Liputan6.com, Jakarta - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia prediksi bursa saham serta animo perusahaan menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) akan tinggi menjelang tahun pemilu.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta prediksi bursa saham serta animo perusahaan menggelar IPO akan tinggi menjelang tahun pemilu.
Baca Juga
“Meskipun demikian, dalam jangka pendek, inflasi dan tren kenaikan suku bunga masih akan menjadi sentimen penahan potensi kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),” kata Nafan dalam keterangan resminya, ditulis Kamis (11/8/2022).
Advertisement
Mirae Asset Sekuritas Indonesia juga memprediksi inflasi dunia yang tinggi masih akan menekan bursa saham global dan domestik dalam jangka pendek.
“Untuk jangka waktu menengah hingga akhir tahun, tren pasar saham masih baik karena Indonesia didukung faktor fundamental dan makroekonomi yang solid," ujar Nafan.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina memprediksi di tengah tekanan makroekonomi jangka pendek tersebut, secara teknikal IHSG masih akan tertekan dengan kisaran 6.765.
“Jika sentimen pasar tidak mendukung, maka IHSG berpotensi melanjutkan koreksi ke arah 6.539,” ujar Martha.
Dia menyatakan sektor pilihan pada Agustus 2022 adalah sektor keuangan, energi, dan industri.
Kemudian, untuk sektor keuangan, Mirae Asset Sekuritas memilih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Sedangkan, untuk sektor energi, tiga produsen batu bara yang menjadi pilihan yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).
Selain itu, saham rekomendasi dari sektor industri, ada dua saham pilihan yaitu PT Astra International Tbk (ASII) dan PT United Tractors Tbk (UNTR).
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BEI Genjot IPO Melalui IDX Incubator
Sebelumnya, saat ini masih ada 16 emiten yang harus melakukan penawaran saham perdana (initial public offering atau IPO). Lantas, bagaimana strategi bursa untuk mendorong perusahaan terbuka?
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, pihaknya mendorong perusahaan untuk IPO, salah satunya melalui program IDX Incubator atau IDX Inkubasi.
"Bahwa memang saat ini di pipeline sekitar 28 yang sedang proses, artinya memang kita mendorong perusahaan-perusahaan untuk IPO, tidak saja kami menunggu mereka mempersiapkan dokumen tapi kami juga secara aktif dimana kami juga menyiapkan yang namanya IDX Inkubasi,” kata Iman dalam konferensi pers BEI, pada Rabu (10/8/2022).
Selanjutnya, Iman menuturkan, IDX Incubator merupakan program yang dilakukan oleh BEI untuk perusahaan, salah satunya untuk mendapatkan terkait pengetahuan IPO dari profesi penunjang yang membantu persiapannya.
"Jadi kami lakukan indeks inkubasi bagi perusahan yang ingin mendapatkan pengetahuan tentang IPO, kami menyiapkan tenaga-tenaga pengajar dari profesi penunjang yang membantu persiapannya,” ujar dia.
Selain itu, BEI juga memiliki infrastruktur khusus yang mempersiapkan sosialisasi bagi emiten-emiten untuk persiapkan IPO
"Tentu saja kita harapkan dapat mendapatkan pengetahuan dan dibantu konsultan-konsultan profesi penunjang pasar modal. Sehingga memudahkan bagi bursa dan OJK melakukan verifikasi sehingga mereka layak untuk melakukan IPO ke depannya,” kata Iman.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Jumlah Saham IPO Terbanyak
Sebelumnya, pasar modal tanah air terpantau cukup aktif kendati harus berjibaku dengan pandemi COVID-19. Pada 2020 dan 2021, Bursa efek Indonesia (BEI) berhasil mencatatkan masing-masing 51 dan 54 emiten baru melalui initial public offering (IPO).
BEI menjadi bursa dengan jumlah IPO saham terbanyak dan menjadi Bursa pertama yang mencatatkan saham perusahaan unicorn di kawasan ASEAN. Selain itu, penghimpunan dana sebesar Rp62,6 triliun dari pencatatan baru saham di BEI pada 2021 merupakan yang tertinggi untuk Bursa di ASEAN.
"Kami bersyukur atas pencapaian tersebut. Hal ini tidak terlepas dari kerja keras dan dukungan dari banyak pihak dalam upaya untuk menciptakan bursa yang lebih inklusif terhadap seluruh sektor dan size perusahaan," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, dikutip Kamis (21/7/2022).
Tak lupa, Bursa juga apresiasi kepada para owner dan manajemen perusahaan yang telah mempercayakan Pasar Modal Indonesia sebagai rumah pertumbuhan perusahaan (house of growth).
Dia menuturkan, tren positif di pasar modal telah diutilisasi oleh stakeholder pasar modal termasuk para pemilik perusahaan untuk mendapatkan pendanaan sesuai kebutuhan dan strategi internal perusahaan masing-masing.
"Momentum pemulihan ekonomi nasional kami yakini juga turut mendorong korporasi dalam melakukan penggalangan dana melalui pasar modal,” imbuh dia.
Berdasarkan data BEI, beberapa indikator pasar modal Indonesia seperti minat perusahaan yang akan melakukan penggalangan dana dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pertumbuhan positif.
45 Emiten Proses Right Issue, Dominan Sektor Keuangan
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat 45 perusahaan tercatat atau emiten sedang dalam proses rights issue hingga 1 Agustus 2022. Total dana yang diperkirakan dihimpun dari rights issue mencapai Rp 36,9 triliun.
"Berdasarkan catatan kami, sampai dengan 1 Agustus 2022 terdapat 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue. Total dana yang diperkirakan diperoleh melalui rights issue sebesar Rp 36,9 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (3/8/2022).
Ia menuturkan, dari 45 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline rights issue antara lain:
6 perusahaan dari sektor basic materials
5 perusahaan dari sektor consumer cyclicals
2 perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
3 perusahaan dari sektor energy
17 perusahaan dari sektor financials
1 perusahaan dari sektor healthcare
2 perusahaan dari sektor industrials
2 perusahaan dari sektor properties & real estates
1 perusahaan dari sektor teknologi
3 perusahaan dari sektor transportation & logistics
3 perusahaan dari sektor infrastructures
Nyoman menuturkan, ditinjau dari jumlah emiten yang berada pada pipeline rights issue, mencerminkan ada kepercayaan untuk memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan.
Ia mengatakan, hal ini sejalan dengan perusahaan yang menggalang dana melalui pencatatan saham di BEI. Hingga 1 Agustus 2022 terdapat 29 perusahaan yang telah mencatatkan saham di BEI dengan total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 19,5 triliun.
"Sedangkan pada pipeline Pencatatan saham, masih ada 32 calon Perusahaan Tercatat yang berada dalam antrian untuk mencatatkan sahamnya di BEI,” tutur dia.
Advertisement