Liputan6.com, Jakarta - Direksi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN membeli 3.050.791 lembar saham BBTN. Pembelian saham BBTN dilakukan dalam rangka pemenuhan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (17/1/2023), Direktur Utama BTN, Haru Koesmahargyo merealisasikan 99.000 lembar saham BBTN atau senilai Rp 118,8 juta.
Baca Juga
Wakil Direktur Utama, Nixon L.P. Napitupulu beli 754.700 lembar senilai Rp 905,64 juta. Kemudian Direktur Finance, Nofry Rony Poetra tercatat melakukan beberapa kali transaksi selama 2—10 Januari 2022 dengan total saham yang dibeli sebanyak 533.422 lembar, atau senilai Rp 640,11 juta.
Advertisement
Direktur Human Capital, Compliance, and Legal, Eko Waluyo juga tercatat melakukan pembelian pada 29—30 Desember 2022 dengan total saham yang dibeli sebanyak 222.964 lembar, atau senilai Rp 267,56 juta.
Direktur Risk Management, Setiyo Wibowo melakukan transaksi pada 29 Desember 2022 dan 10 Januari 2023 dengan total saham yang dibeli 381.800 lembar atau senilai Rp 458,16 juta.
Selanjutnya, Direktur Assets Management, Elisabeth Novie Riswanti melakukan pembelian pada 29—30 Desember 2022 dengan total saham 189.000 lembar senilai Rp 226,8 juta. Direktur Distribution and Funding, Jasmin melakukan pembelian 462.630 lembar saham pada 29 Desember 2022 dan 2 Januari 2023 senilai Rp 55,52 juta.
Direktur Consumer, Hirwandi Gafar membeli 196.414 lembar saham BBTN pada 30 Desember 2022 senilai Rp 235,7 juta, serta Direktur IT dan Digital, Andi Nirwoto membeli 210.861 lembar saham BBTN pada 28 Desember 2022 senilai Rp 253,03 juta.
Dalam rangka rights issue BBTN menerbitkan sebanyak-banyaknya 3.444.444.413 saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham. BTN menetapkan harga pelaksanaan rights issue Rp 1.200 per saham. Dengan demikian, dana yang akan diraup dari rights issue sebesar Rp 4,13 triliun.
Rights Issue BTN Alami Kelebihan Permintaan 1,6 Kali
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) sukses menggelar penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau rights issue dengan kelebihan permintaan (oversubscribed) untuk porsi pemegang saham publik mencapai sekitar 1,6 kali.
"Kami sangat bersyukur, proses rights issue BTN berjalan lancar. Jumlah permintaan yang masuk juga sangat tinggi, sehingga rights issue BTN ini mengalami oversubscribed sekitar 1,6 kali,” ujar Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo dalam keterangannya, Kamis (5/1/2023).
Haru sangat berterima kasih kepada Pemerintah, pemegang saham publik dan stakeholder lainnya yang telah mendukung proses rights issue perseroan sehingga berjalan lancar dan sukses. Kelebihan permintaan rights issue Bank BTN merupakan kepercayaan yang besar dari para pemegang saham Bank BTN terhadap kinerja perseroan.
Haru mengatakan, BTN akan menjaga kepercayaan dari pemegang saham dengan menghasilkan kinerja yang terus bertumbuh positif dan berkelanjutan antara lain dengan memperbesar kapasitas penyaluran pembiayaan perumahan dari sebelumnya 800 ribu unit selama lima tahun menjadi 1,32 juta unit.
Dalam aksi korporasi ini BTN menerbitkan 3,44 miliar saham baru seri B yang setara dengan 24,54 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga pelaksanaan Rp1.200, BTN akan mendapatkan tambahan modal sebesar Rp4,13 triliun setelah aksi korporasi ini selesai.
Advertisement
BTN Resmi Ekspansi Bisnis di Jasa Kustodian, Incar Dana Kelolaan Rp 12 Triliun
Sebelumnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau disebut BTN ekspansi bisnis di jasa kustodian. BTN menargetkan dana kelolaan dari nasabah institusi yang memakai jasa kustodian sekitar Rp 12 triliun pada tahun pertama.
Ekspansi bisnis ini ditandai dengan penandatanganan kerja sama dengan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai pemegang rekening kustodian KSEI. Dengan demikian, BTN resmi menjadi bank ke-24 yang menyediakan dan melayani bisnis jasa kustodian di industri pasar modal Indonesia.
Penandatanganan kerja sama itu dilakukan oleh Wakil Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu dan Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo pada Selasa, 27 Desember 2022. Nixon mengapresiasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan KSEI yang mendukung BTN untuk mengembangkan pasar modal Indonesia.
Nixon mengatakan, setelah terdaftar sebagai pemegang rekening KSEI, BTN dapat memberi layanan dan menjalin kerja sama dengan nasabah dan investor yang investasi melalui pasar modal. Layanan ini berupa jasa administrasi efek, penyelesaian transaksi dan mengurus hak-hak nasabah sehubungan dengan efek yang dimiliki dan diadministrasikan di kustodian BTN.
Pada tahun pertama, BTN targetkan dana kelolaan dari nasabah institusi yang memakai jasa kustodian sekitar Rp 12 triliun. Dengan menyandang status sebagai kustodian akan melengkapi layanan BTN bagi nasabah yang berinvestasi di pasar modal. Selain itu menunjukkan komitmen perseroan mengembangkan pasar modal Indonesia.
Perluas Jaringan
“Bergabungnya BTN ini merupakan salah satu upaya kita bersama dalam memperluas jaringan pasar modal kepada seluruh masyarakat Indonesia,” tutur Uriep dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 Desember 2022.
Dengan kehadiran BTN dalam jasa kustodian diharapkan menjadi pilihan terbaru dan semakin mempermudah proses administrasi dan penyimpanan efek. Menurut Uriep, upaya tersebut seiring dengan pertumbuhan jumlah investor pasar modal yang terus berjalan hingga kini.
Total jumlah investor pasar modal Indonesia mencapai 10,24 juta investor hingga 16 Desember 2022. Jumlah investor pasar modal tumbuh 36,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Investor pasar modal tersebut didominasi investor individu lebih dari 99 persen.
Nilai aset yang tersimpan juga meningkat 15,8 persen menjadi Rp 6.531 triliun per 16 Desember 2022 dibandingkan akhir 2021. Lebih dari 61 persen aset tersebut tersimpan di bank kustodian, terutama didominasi investor institusi. Dengan demikian menunjukkan peran penting bank kustodian di pasar modal Indonesia.
Advertisement