Dharma Satya Nusantara Siapkan Belanja Modal Rp 800 Miliar, untuk Apa Saja?

PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan memakai belanja modal untuk infrastruktur dan pengembangan pabrik.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 21 Jan 2023, 08:07 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2023, 08:07 WIB
Perkebunan sawit PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) (Foto: laman PT Dharma Satya Nusantara Tbk)
Perkebunan sawit PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) (Foto: laman PT Dharma Satya Nusantara Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) akan ekspansi pada 2023. Dharma Satya Nusantara akan membangun dua pabrik kelapa sawit (PKS) baru.

Direktur Dharma Satya Nusantara Jenti Widjaja menuturkan, pihaknya akan meningkatkan produksi. Hal itu sejalan dengan strategi Dharma Satya Nusantara yang akan lebih menitikberatkan pada perbaikan kinerja produksi TBS dan CPO. 

Asal tahu saja, sepanjang 2021 hingga semester I 2022, area terbesar perkebunan Perseroan di Kalimantan Timur mengalami penurunan produksi tajam akibat El Nino akhir 2019.  Namun, sejak kuartal III 2022, kondisi berangsur normal dan Perseroan akan mengupayakan kinerja kebun kembali optimal.

Jenti menegaskan, Dharma Satya Nusantara akan terus konsisten dan berkomitmen dalam pelaksanaan sejumlah kegiatan berkelanjutan dengan menjamin kelangsungan kinerja Perseroaan dalam jangka panjang. Lantaran, Dharma Satya Nusantara akan membangun dua PKS baru pada 2023.

Pabrik baru tersebut akan dibangun di Kalimantan Barat dan Kalimantan Utara. Untuk masing-masing pabrik membutuhkan belanja modal sekitar Rp 110 miliar - Rp 120 miliar. 

Jenti menyebutkan, pembangunan pabrik tersebut akan dimulai pada kuartal II 2023 dan ditargetkan selesai pada 2025. Sedangkan, kapasitas produksi kedua pabrik tersebut sebesar 30 ton per jam.

Dengan demikian, Dharma Satya Nusantara telah menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) Rp 800 miliar pada 2023. 

"Capex sekitar Rp 800 miliar. Digunakan sebagai capex rutin untuk infrastruktur, ada rencana pengembangan dua pabrik kelapa sawit baru," kata Jenti kepada Liputan6.com, Sabtu (21/1/2023).

Selain untuk pembangunan pabrik, dana tersebut digunakan sebagai belanja modal rutin untuk pembangunan dan juga perawatan infrastruktur. Sementara itu, Perseroan menargetkan produksi CPO meningkat 10 persen dibandingkan pada 2022.

Kinerja Kuartal III 2022: Laba Naik 112 Persen

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III 2022. Dharma Satya Nusantara mencatatkan laba kuartal III 2022 sebesar Rp 898 miliar atau mengalami kenaikan sebesar 112 persen dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu. 

Kenaikan laba tersebut dipicu oleh kenaikan harga rata-rata serta volume penjualan CPO dibandingkan kuartal III 2021. Selain itu, kinerja segmen usaha produk kayu yang baik selama sembilan bulan 2022 juga mendongkrak pertumbuhan laba sepanjang tahun ini. 

Pada sembilan bulan pertama 2022, Dharma Satya Nusantara membukukan penjualan sebesar Rp 6,6 triliun. Segmen kelapa sawit memberikan kontribusi sebesar Rp 5,4 triliun atau 82 persen dari total penjualan konsolidasian. 

Nilai penjualan kelapa sawit pada kuartal III 2022 tersebut tumbuh 32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 5,05 triliun.

Hal itu didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO sebesar 28 persen menjadi Rp 11 juta per ton dan pertumbuhan positif volume penjualan CPO sebesar 3 persen, setelah sebelumnya dalam periode enam bulan pertama, volume penjualan CPO masih bertumbuh negatif sebesar -24 persen.

Direktur Utama Dharma Satya Nusantara, Andrianto Oetomo mengatakan, sejak semester II 2022, produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) perkebunan Perseroan, terutama yang berada di Kalimantan Timur, yang merupakan area terbesar DSNG, berangsur normal karena telah melewati fase dampak 24 bulan pasca El-Nino.

“Produksi TBS Perseroan di kuartal III tahun ini tumbuh 26 persen dibandingkan kuartal II, sehingga menjadikan total produksi TBS di sembilan bulan pertama 2022 lebih tinggi 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya," kata Andrianto, dikutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Rabu (26/10/2022).

Ia menambahkan,hingga enam bulan pertama yang lalu, produksi TBS perseroan masih 8 persen lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Kami memperkirakan pola produksi TBS kami pada 2022 ini adalah 40:60, mirip proporsi 2018, 

Naiknya produksi TBS, ditambah dengan membaiknya kinerja Oil Extraction Rate (OER) yang berada di atas 23 persen pada kuartal III tahun ini, ikut mendorong kenaikan produksi CPO Dharma Satya Nusantara sebesar 5 persen menjadi 441 ribu ton dibandingkan kuartal III tahun lalu sebesar 420 ribu ton.

 

Segmen Bisnis Perseroan

Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel
Ilustrasi Laporan Keuangan. Unsplash/Austin Distel

Dharma Satya Nusantara juga mencatat peningkatan kinerja untuk segmen usaha produk kayu sepanjang sembilan bulan pertama 2022.

Pendapatan dari segmen usaha produk kayu pada kuartal III 2022 mencapai Rp 1,2 triliun, naik 24 persen dibandingkan kuartal III 2021, yang terutama didorong oleh kenaikan volume penjualan, baik produk panel dan engineered flooring serta naiknya harga jual kedua produk tersebut. 

Kemudian, volume penjualan panel naik 10 persen menjadi 88 ribu m3, ditunjang oleh tingginya permintaan dari pasar Jepang. Sementara harga rata-rata produk panel perseroan pada kuartal III 2022 juga naik 23 persen dibandingkan kuartal III 2021. 

Sementara itu, volume penjualan engineered flooring Dharma Satya Nusantara pada kuartal III 2022 tercatat sebesar 931.000 m2, naik 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan peningkatan harga jual sebesar 6 persen dibandingkan periode lalu, seiring dengan kenaikan permintaan dari pasar Kanada dan Amerika Serikat. 

Pada kuartal III 2022, Dharma Satya Nusantara mencatat perolehan EBITDA sebesar Rp 2,1 triliun, naik 61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan EBITDA margin yang juga membaik menjadi 32 persen dibandingkan kuartal III 2021 sebesar 26 persen.

 

Kinerja 2021

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) mencatat pertumbuhan kinerja keuangan positif sepanjang 2021. Penjualan itu ditopang peningkatan kinerja segmen usaha produk kayu dan kenaikan harga jual crude palm oil (CPO).

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (23/2/2022), PT Dharma Satya Nusantara Tbk mencatat penjualan Rp 7,12 triliun pada 2021. Penjualan tersebut tumbuh 6,3 persen dari periode sama tahun lalu Rp 6,69 triliun.

Pertumbuhan penjualan itu juga didukung kenaikan laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 52,5 persen.

Perseroan mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 727,15 miliar pada 2021 dari periode saham tahun sebelumnya Rp 476,63 miliar. Dengan demikian, laba per saham dasar atau dilusi naik menjadi Rp 68,60 pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 44,97.

Perseroan mencatat laba bruto Rp 2,02 triliun pada 2021. Laba bruto itu tumbuh 15,57 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,75 triliun. Laba operasi naik menjadi Rp 1,39 triliun pada 2021 dari periode 2020 sebesar Rp 995,05 miliar.

Direktur Utama PT Dharma Satya Nusantara Tbk, Andrianto Oetomo menuturkan, segmen produk kayu menunjukkan kinerja cukup mengesankan sepanjang 2021 dengan nilai penjualan naik 34 persen menjadi Rp 1,3 triliun. Hal ini akibat dari peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata produk kayu yang terutama didorong pulihnya permintaan dari pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Kanada.

“Kinerja segmen produk kayu yang membaik ini menyebabkan kontribusi pendapatan produk kayu naik menjadi 19 persen dari total pendapatan pada 2021 dibandingkan 15 persen pada 2020,” ujar dia dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Rabu pekan ini.

Ia menuturkan, kinerja itu ikut mendorong lonjakan laba sebelum pajak dari segmen produk kayu sebesar 2.659 persen dari Rp 4,6 miliar pada tahun lalu menjadi Rp 126,9 miliar pada 2021.

 

Segmen Usaha

(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)
(Foto: Ilustrasi laporan keuangan. Dok Unsplash/Carlos Muza)

Sepanjang 2021, segmen produk kayu terus menunjukkan kinerja yang positif, baik volume penjualan maupun harga jual rata-rata. Volume penjualan panel melonjak 27 persen menjadi 109 ribu m3 seiring dengan meningkatnya permintaan dari Jepang, dengan kenaikan harga jual sebesar 5 persen.

Pulihnya pasar Amerika Serikat dan Kanada ikut mendorong peningkatan volume penjualan engineered flooring sebesar 15 persen menjadi 1.137 ribu m2, dengan harga jual yang lebih tinggi sekitar 7 persen.

Sementara itu, segmen usaha kelapa sawit memberikan kontribusi pendapatan pada 2021 sebesar Rp 5,8 triliun, naik 2 persen dibandingkan tahun lalu.

Peningkatan pendapatan segmen ini lebih kecil dibandingkan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 13 persen menjadi Rp 9,2 juta per ton karena tergerus oleh penurunan volume penjualan CPO sebesar 15 persen menjadi 545 ribu ton.

Sepanjang 2021 Perseroan mencatat total produksi TBS sebanyak 1.9 juta ton, turun 4,7 persen dibandingkan produksi tahun sebelumnya, mengindikasikan dampak lanjutan El Nino 2019 masih dirasakan oleh perkebunan milik Perseroan yang berada di Kalimantan.

Selain itu, sejumlah banjir yang terjadi di perkebunan Perseroan pada kuartal II dan IV 2021 turut mengganggu proses panen sehingga tingkat ekstrasi lebih rendah dan tingkat FFA menjadi lebih tinggi. Alhasil, pencapaian volume produksi CPO hanya tercatat 544 ribu ton.

Namun demikian, segmen usaha kelapa sawit masih tetap membukukan peningkatan laba sebelum pajak sebesar 21 persen menjadi Rp 945 miliar pada 2021 dibandingkan Rp 783 miliar pada 2020.

Secara konsolidasian, DSNG mencatatkan kenaikan profitabilitas yang signifikan pada 2021, sebagaimana tercermin dari laba kotor, laba usaha, laba setelah pajak, dan EBITDA, yang tumbuh masing-masing sebesar 16 persen, 40 persen, 55 persen, dan 18 persen dibandingkan 2020.

"Selain harga jual CPO yang lebih tinggi, faktor lain yang turut berkontribusi pada kenaikan laba Perseroan adalah sejumlah inisiatif efisiensi biaya berkelanjutan melalui penerapan teknologi dan otomasi pada proses produksi, baik di segmen usaha produk kayu maupun kelapa sawit. Di samping itu, kami juga terus melakukan upaya deleveraging untuk mengurangi beban keuangan,”tambah Andrianto.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya