American Express, Saham Kesayangan Miliarder Warren Buffett yang Kini Digenggam 20 Persen

Perusahaan investasi milik miliarder dan investor Warren Buffett, Berkshire Hathaway tetap pertahankan saham di American Express (AMEX) meski saham AMEX sempat lesu pada 2020.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jan 2023, 10:18 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2023, 10:18 WIB
Ini 10 Daftar Orang Terkaya Dunia Tahun 2017 Versi Forbes
Perusahaan investasi milik miliarder dan investor Warren Buffett, Berkshire Hathaway memiliki 20 persen saham American Express. (NYC)

Liputan6.com, Jakarta - American Express (AXP) atau AmEx, salah satu perusahaan kartu kredit top dunia, juga telah lama menjadi favorit CEO Berkshire Hathaway, Warren Buffett.

Per 29 September 2022, Warren Buffet melalui perusahaan investasinya, Berkshire Hathaway memiliki 151.610.700 saham AmEx, atau 20,29 persen dari total.

Pada akhir 2021, American Express merupakan holding company terbesar Berkshire yang dimiliki berdasarkan bobot dan kepemilikan terbesar ketiga berdasarkan kapitalisasi pasar, dengan sahamnya senilai USD 24,8 miliar, yang tumbuh menjadi USD 26,1 miliar pada 29 September 2022.

"Sekarang kami memiliki 20 persen American Express. Kebetulan itu berhasil dengan sangat baik, kata Buffett pada Rapat Pemegang Saham Berkshire Hathaway Tahunan 2022, dikutip dari Yahoo Finance, Senin (30/1/2023).

Pada 2020, ketika pandemi melanda, saham AmEx turun ke level USD 66 karena pembatasan dan larangan bepergian menurunkan laba sebesar 39 persen. Namun, Warren Buffett mempertahankan sahamnya di perusahaan, bahkan saat dia menjual saham maskapai dan bank.

AmEx mampu pulih setelah bertahan dari penurunan ekonomi yang disebabkan COVID-19 dan mencapai harga tertinggi dalam beberapa dekade pada posisi USD 196 per saham pada 2022 dan tampaknya berlanjut hingga 2023.

Bagaimana Buffett Akuisisi  Sahamnya di AmEx?

Meskipun merek AmEx muncul dari pandemi dalam posisi yang kuat, namun bukan berarti tidak ada gejolak. Ketertarikan Buffett pada AmEx dimulai pada 1960-an.

Mulanya, dia mengakuisisi 5 persen saham AmEx dengan harga sekitar USD 20 juta. Tren penggunaan kartu kredit terjadi pada 1970-an dan 1980-an, menjadikan AmEx pemain top di pasar. Pada akhir 90-an, dua pertiga rumah tangga Amerika memiliki kartu kredit.

Menyusul perkembangan itu, Buffett berhasil mencatatkan saham besar pertamanya di perusahaan pada 1991 dengan USD 300 juta.

Dalam tujuh tahun, Buffett memiliki lebih dari 50 juta saham perusahaan. Berkshire Hathaway belum membeli saham American Express sejak akhir 1990-an, tetapi sahamnya di AmEx terus meningkat akibat pembelian kembali saham.

Antara 1998 dan 2005, saham Berkshire naik dari 11,2 persen menjadi 12 persen. Pada 2020, AXP menjadi kepemilikan Berkshire terbesar berdasarkan persentase. Bahkan, meskipun AmEx memiliki awal yang sulit pada 2016 secara finansial, Buffett bertahan dengan investasinya.

 

 

 

Perusahaan Investasi Warren Buffett Beli Saham Produsen Chip TSMC Rp 79,39 Triliun

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, perusahaan investasi milik Warren Buffett yaitu Berkshire Hathaway membeli saham produsen chip Taiwan Semiconductor Manufacturing (TSMC) sekitar USD 5 miliar atau sekitar Rp 77,82 triliun (asumsi kurs Rp 15.564 per dolar AS).

Pembelian saham TSMC ini sebagai bagian dari perubahan portofolio Berkshie Hathaway pada kuartal terakhir. Warren Buffett memperoleh sekitar 60 juta American Depository Receipts (ADRs) di TSMC dalam tiga bulan terakhir yang berakhir September 2022, demikian disebutkan dalam pengajuan ke otoritas.

Produsen chip Taiwan tersebut produksi semikonduktor untuk klien Nvidia dan Qualcomm, dan merupakan pemasok eksklusif chip silicon kustom Apple. Apple tetap menjadi holding tunggal paling berharga dalam portofolio Berkshire.

Dengan asumsi Buffett membeli ADR TSMC dengan rata-rata harga pada kuartal III 2022, saham tersebut akan menelan biaya USD 5,1 miliar atau sekitar Rp 79,39 triliun. Saham TSMC diperdagangkan sekitar USD 72,80. Demikian mengutip dari Business Times, Selasa (15/11/2022).

Saham TSMC menguat 9,4 persen di Taiwan setelah keterbukaan informasi tersebut. Penguatan saham TSCM termasuk terbesar secara intraday lebih dari dua tahun.

 

 

Sempat Menjauh dari Industri Teknologi

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Buffett yang berusia 92 tahun telah lama menjauh dari industri teknologi menyatakan kalau tidak ingin berinvestasi dalam bisnis yang tidak sepenuhnya dia pahami. Namun, sikap tersebut berubah dalam beberapa tahun terakhir. Buffett telah mendedikasikan sebagian besar investasi perusahaannya untuk sektor teknologi.

Produsen chip menjadi salah satu segmen yang mencatat pertumbuhan berkelanjutan selama beberapa tahun mendatang. Hal ini untuk perluasan industri yang baru lahir seperti self-driving dan mobil listrik atau electric vehicle (EV), kecerdasan buatan (AI) dan aplikasi rumah terhubung.

Layanan cloud seperti AWS Amazon.com juga menjanjikan untuk mendatangkan lebih banyak pesanan silicon yang masuk ke pusat data yang luas.

TSMC yang telah mengambil alih dari Intel sebagai perusahaan terdepan dalam pembuatan chip juga telah muncul sebagai pemain penting secara strategis pada saat Amerika Serikat (AS) dan China yang berselisih tentang kepemimpinan dalam industri teknologi global.

Saham TSMC Merosot pada 2022

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Perusahaan Taiwan yang paling berharga memiliki kecakapan manufaktur untuk membuat chip tercanggih di dunia berperan penting untuk memajukan industri komersial masa depan setiap negara seperti EV dan AI.

Di sisi lain, AS telah menerapkan sanksi yang lebih tinggi pada produsen chip kelas atas yang diproduksi untuk pelanggan China secara khusus untuk mencegah masuk ke tangan militer China.

Sementara itu, saham TSMC di Taiwan telah merosot 28 persen hingga penutupan perdagangan Senin, 14 November 2022. Hal ini seiring permintaan chip telah melambat dengan penurunan ekonomi dan investor khawatir tentang kelebihan pasokan.

Pada Oktober 2022, perseroan mengatakan menarik kembali belanja modal menjadi sekitar USD 36 miliar atau sekitar Rp 560,34 triliun pada 2022, yang masih menjadi rekor tertinggi. Namun, belanja modal itu turun dari rencana sebelumnya USD 40 miliar atau sekitar Rp 622,60 triliun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya