Profil Indofood Sukses Makmur, Induk Perusahaan Mie Instan Terbesar di Dunia

Tak hanya produsen mie terbesar, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga menjadi salah satu emiten kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tercatat kapitalisasi pasar mencapai Rp 58,17 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Feb 2023, 11:13 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2023, 11:13 WIB
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) (Foto: laman Indofood Sukses Makmur)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk menjadi salah satu emiten terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kapitalisasi pasar di atas Rp 50 triliun. (Foto: laman Indofood Sukses Makmur)

Liputan6.com, Jakarta - PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) atau lebih dikenal dengan Indofood merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman. Salah satu produk yang terkenal adalah Indomie, sebuah merek mie instan yang cukup melegenda di Indonesia dan diekspor ke lebih dari 60 negara di dunia. produk tersebut diproduksi di bawah entitas anak, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

PT Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma pada 1990. Sata itu, perusahaan memulai kegiatan usaha di bidang makanan ringan. Perusahaan ini merupakan lengan usaha Salim Group milik taipan Anthoni Salim. Anthoni Salim sendiri tercatat menduduki peringkat ke-5 dalam daftar orang terkaya di Indonesia 2022 versi Forbes dengan kekayaan sebesar USD 7,5 miliar atau sekitar Rp 113,8 triliun (kurs Rp 15.174,05 per USD).

Pada 1994, perusahaan mengganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur dan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode saham INDF.

Dalam rangka penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), perseroan menerbitkan 21 juta saham baru dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Harga penawaran dipatok sebesar Rp 6.200 per saham, sehingga perseroan berhasil mengantongi dana segar Rp 130,2 miliar dari IPO.

Pemegang saham perseroan mayoritas atau sebesar 50,07 persen dimiliki oleh First Pacific Investment Management Ltd. Sisanya 49,93 persen merupakan kepemilikan publik.

Pada perdagangan Senin, 21 Februari 2023 saham INDF ditutup naik 0,38 pesen ke posisi 6625. Dalam satu tahun terakhir, harga saham INDF telah naik 5,58 persen. Kapitalisasi pasar saat ini tercatat sebesar Rp 58,17 triliun.

Ekspansi

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menghasilkan beragam produk makanan dan minuman. (Foto: laman Indofood Sukses Makmur)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) menghasilkan beragam produk makanan dan minuman (Foto: laman Indofood Sukses Makmur)

Setahun berselang, pada 1995 perseroan memulai integrasi bisnis melalui akuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari. Pada 1997, perseroan memperluas integrasi bisnisnya dengan mengakuisisi grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis dan distribusi. Pada 2005, perseroan memulai kegiatan usaha di bidang perkapalan dengan mengakuisisi PT Pelayaran Tahta Bahtera.

Pada 2007, perseroan mencatatkan saham Group Agribisnis, Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri) di Singapore Stock Exchange (SGX). Grup Agribisnis lantas memperluas perkebunannya dengan mengakuisisi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), sebuah perusahaan perkebunan yang sahamnya tercatat di BEI dengan kode LSIP. Perseroan melalui Grup Agribisnis melanjutkan melanjutkan ekspansi dan memasuki kegiatan usaha gula dengan mengakuisisi PT Laju Perdana Indah pada 2008.

Pada tahun yang sama, Grup Consumer Branded Products (CBP) memasuki kegiatan usaha dairy melalui akuisisi PT Indolakto, salah satu produsen produk dairy terkemuka di Indonesia. Pada 2010, perseroan mencatatkan saham Grup CBP, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk di BEI dengan kode saham ICBP.

 

Anak Usaha Indofood

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada 2011, perseroan kembali mengantarkan anak usaha dari Grup Agribisnis melantai di BEI, yakni PT Salim Ivomas Pratama Tbk dengan kode saham SIMP.

Pada 2013, Grup CBP memasuki kegiatan usaha minuman dan berhasil mengakuisisi aset AMDK termasuk merek Club pada 2014. Sedangkan Grup Agribisnis memperluas kegiatan usaha gula ke Brasil dan Filipina melalui penyertaan saham di Companhia Mineira de Açúcar e Álcool Participações (CMAA) dan Roxas Holdings Inc. (Roxas).

Pada 2018, Grup CBP mengakuisisi seluruh kepemilikan saham pada anak perusahaan di bidang minuman dan produk kuliner serta memperluas pendistribusian produk kegiatan usaha paper diaper.

Pada 2020, Grup CBP memperluas kegiatan usaha mi instan dengan mengakuisisi Pinehill Company Limited (PCL), produsen mie instan yang beroperasi di Afrika, Timur Tengah dan Eropa Tenggara. Setahun berselang, pada 2021 Grup CBP mengakuisisi seluruh kepemilikan saham pada anak perusahaan di bidang makanan ringan.

Bidang Usaha

Secara garis besar, perseroan memiliki empat lini usaha. Antara lain produk konsumen bermerek (consumer Branded Product/CBP) melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kemudian bisnis perusahaan penggilingan tepung terigu terintegrasi melalui Bogasari Flour Mills, agribisnis melalui Indofood Agri Resources Ltd, dan distribusi.

 

Kinerja Indofood Sukses Makmur

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

HIngga 30 September 2022, Indofood Sukses Makmur membukukan kenaikan penjualan neto konsolidasi sebesar 11 persen menjadi Rp 80,82 triliun dibandingkan Rp 72,81 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Bersamaan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok penjualan naik menjadi Rp 55,74 triliun dibanding September 2021 sebesar Rp 48,75 triliun.

Meski begitu, laba bruto perseroan pada periode ini naik 4,24 persen menjadi Rp 25,08 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 24,06 triliun. Melansir laporan keuangan perseroan, laba usaha per September 2022 naik 16 persen menjadi Rp 14,18 triliun dari Rp 12,23 triliun pada September 2021.

Marjin laba usaha meningkat menjadi 17,6 persen dari 16,8 persen. Pada periode ini, perseroan mencatatkan penghasilan keuangan sebesar Rp 366,36 miliar, beban keuangan Rp 5,44 triliun, pajak final atas penghasilan bunga, dan bagian atas laba neto entitas asosiasi dan ventura bersama sebesar Rp 11,37 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mencatatkan laba periode berjalan sebesar Rp 6,68 triliun. Turun 16,47 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8 triliun.

 Adapun laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 4,65 triliun, turun 14,11 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,41 triliun. Sehingga laba per saham dasar menjadi Rp 529 dibanding sebelumnya Rp 616.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya