Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) bakal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (24/2/2023).Â
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk mencatatkan saham perdana dengan kode saham PGEO.
Baca Juga
Pertamina Geothermal Energy mencatatkan saham di papan utama dengan jumlah saham yang ditawarkan ke publik 10,35 miliar saham. Emiten pelat merah ini akan mencatatkan saham 41,39 miliar saham.Â
Advertisement
Adapun, harga penawaran saham Rp 875 per saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Dengan demikian, Pertamina Geothermal Energy meraih dana segar Rp 9,05 triliun.Â
Dalam rangka IPO, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia dan PT Mandiri Sekuritas (terafiliasi). Sedangkan penjamin emisi efek yang ditunjuk yakni PT HSBC Sekuritas Indonesia, PT Bahana Sekuritas (terafiliasi), PT Danasakti Sekuritas, dan PT Samuel Sekuritas.
Perseroan akan mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum perdana saham atau sebanyak-banyaknya 630.398.000 saham untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/MESOP).
Sementara itu, Perseroan berencana mengalokasikan sekitar 85 persen akan digunakan untuk pengembangan usaha Perseroan hingga 2025.
Sisanya sekitar 15 persen akan digunakan perseroan untuk pembayaran sebagian facilities agreement tertanggal 23 Juni 2021 antara perseroan dengan Mandated Lead Arrangers, kreditur sindikasi awal dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebagai facility agent.
Â
IPO Pertamina Geothermal Energy
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Perseroan akan melepas 10,35 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 500 dalam rangka IPO.
Mengutip prospektus di laman e-ipo, ditulis Rabu (1/2/2023), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk melepas saham IPO itu setara 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Pada pelaksanaan IPO, perseroan menawarkan harga di kisaran Rp 820-Rp 945 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 9,78 triliun dari IPO.
Selain itu, perseroan juga akan alokasikan maksimal 1,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan perseroan (MESOP). Jumlah maksimal untuk program MESOP setara 630,39 juta saham untuk program MESOP.
Dalam rangka IPO, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia dan PT Mandiri Sekuritas (terafialisi). Sedangkan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Pertamina Gheotermal Energy akan memakai dana IPO sekitar 85 persen untuk pengembangan usaha perseroan hingga 2025.
Dana pengembangan usaha itu antara lain sekitar 55 persen untuk investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional perseroan yang saat ini dilakukan melalui pengembangan konvesional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing persen.
Lalu sekitar 33 persen untuk belanja modal atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional perseroan yang dilakukan melalui pengembangan konvensial dan utilisasi co-generation. Selanjutnya sekitar 12 persen akan dipakai perseroan untuk capital expenditure (capex) pengembangan kemampuan digital, analitik dan manajemen reservoir untuk dukung produksi, operasi dan perawatan.
Â
Â
Advertisement
Janji Tebar Dividen hingga 50 Persen
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) menjanjikan akan membagikan dividen sebanyak-banyaknya 50 persen dari laba bersih untuk tahun buku 2023.
Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy, Nelwin Aldriansyah mengatakan, pihaknya akan memberikan dividen maksimal 50 persen dari laba bersih kepada investor publik.
"Kita akan membagikan dividen 50 persen dari laba bersih mulai tahun buku 2023," kata Nelwin dalam Public Expose Pertamina Geothermal Energy, Rabu (1/2/2023).
Pertamina Geothermal Energy memiliki rekam jejak kinerja keuangan yang solid. Pendapatan PGE mencapai USD 287 juta hingga akhir kuartal III 2022 atau tumbuh 3,9 persen year-on-year (yoy) atau hampir 4 persen.
Rapor pertumbuhan pendapatan ini melanjutkan tren positif kinerja top line PGE dalam tiga tahun terakhir atau pada rentang 2019-2021. Tercatat, pendapatan tiap tahun yakni USD 328 juta pada 2019, USD 354 juta pada 2020, dan USD 369 juta pada 2021.
Sejalan dengan pertumbuhan pendapatan, PGE membukukan kenaikan laba bersih signifikan 67,8 persen secara tahunan menjadi USD 111 juta pada September 2022. Net profit margin (NPM) juga melesat dari 24 persen pada kuartal III 2021 menjadi 38,8 persen per akhir kuartal III 2022.
Â
Kesepakatan Kontrak Jangka Panjang
Kinerja solid PGE didukung kesepakatan kontrak jangka panjang atau rata-rata di atas 20 tahun dengan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sebagai offtaker tunggal. Posisi ini sekaligus memastikan perolehan arus kas yang dapat diprediksi.
"PGE memiliki hubungan yang baik dan luas dengan PLN dan secara historis mampu menegosiasikan ulang tarif kontraktual yang ada dengan PLN," kata Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy, Ahmad Yuniarto.
Rekam jejak keuangan yang solid menjadi modal PGE untuk menangkap peluang industri panas bumi ke depan. Wood Mackenzie memperkirakan tambahan hingga 3,4 GW kapasitas geothermal dalam satu dekade ke depan.
Ahmad menambahkan, komitmen besar PGE yang melekat kepada ESG juga sejalan dengan agenda dekarbonisasi nasional. Pemerintah Indonesia telah menerbitkan pela jalan untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.
Â
Advertisement