Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menilai kesuksesan penawaran umum perdana saham (initial public offering) PT Pertamina Geothermal Energy Tbk tidak hanya dilihat dari harga sahamnya.
"Saya rasa kalau dibilang tidak sukses tidak juga, kita harus melihat bagaimana IPO itu dari sisi fundamental. Hasil dana yang dihimpun Rp 9 triliun, itu kalau menurut saya dari jumlah yang ditawarkan dengan kebutuhan dana kita ternyata oversubscribe dengan angka yang cukup baik," kata Wakil Menteri BUMN (Wamen BUMN) I Pahala Nugraha Mansury dalam konferensi pers, Jumat (24/3/2023).
Baca Juga
Dengan demikian, Pahala mengaku kurang setuju jika IPO Pertamina Geothermal Energy disebut tidak sukses. Dia bilang, masyarakat maupun investor harus melihat kinerja secara menyeluruh. Ia juga berharap dengan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), investor akan melihat dari sisi kinerja fundamental serta kinerja perusahaan dalam jangka menengah atau jangka panjang.
Advertisement
"Dilihat saja kinerja perusahaan ke depan, karena harapan kami pasar modal melihat bagaimana fundamental," kata dia.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 24 Februari 2023 sesi pertama, saham PGEO melemah 6,86 persen ke posisi Rp 815 per saham. Saham PGEO dibuka naik ke posisi Rp 925 per saham. Saham PGEO berada di level tertinggi Rp 925 dan terendah Rp 815 per saham. Total frekuensi perdagangan 38.093 kali dengan volume perdagangan 4.502.049 saham. Nilai transaksi Rp 374,9 miliar.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk resmi tercatat dengan kode emiten PGEO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Jumat, 24 Februari 2023.
Mengutip data RTI, saham PGEO dibuka naik Rp 50 ke posisi Rp 925 per saham dari harga awal Rp 875. Harga saham PGEO berada di posisi Rp 815 atau turun 6,86 persen pada pukul 11.40 WIB.
Saham PGEO berada di level tertinggi Rp 925 dan terendah Rp 815 per saham. Total frekuensi perdagangan 38.032 kali dengan volume perdagangan 448,56 juta saham. Nilai transaksi harian Rp 373,12 miliar.
Tak hanya itu, penawaran umum IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi Perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGE.
Saham PGEO Masuk Indeks Syariah
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk mencatatkan saham perdana di papan utama pada perdagangan saham, Jumat (24/2/2023).
Perseroan mencatatkan saham perdana dengan kode saham PGEO. Jumlah saham yang akan dicatatkan sebesar 41,49 miliar saham yang terdiri dari saham pendiri sebesar 31,04 miliar saham dan penawaran umum kepada masyarakat atau initial public offering (IPO) sebesar 10,35 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500 per saham. Harga penawaran Rp 875 per saham sehingga Pertamina Geothermal Energy meraup dana Rp 9,09 triliun dari IPO.
Selain itu, BEI juga telah memasukkan saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Hal tersebut berlaku efektif mulai 24 Februari 2023 hingga review daftar efek syariah (DES) berikutnya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
BEI memasukkan saham Pertamina Geothermal Energy dalam indeks syariah dengan menunjuk pada Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor Kep-16/D.04/2023 tentang Penetapan Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. sebagai Efek Syariah yang ditetapkan pada tanggal 16 Februari 2023. Selain itu juga Pengumuman PT Bursa Efek Indonesia No. Peng-00097/BEI.PSH/05-2011 tanggal 11 Mei 2011 tentang “Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”.
Advertisement
Alasan IPO Pertamina Geothermal Energy
Sementara itu, dalam keterangan tertulis, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Ahmad Yuniarto menuturkan, pelepasan saham perdana atau IPO (initial public offering) untuk mendukung rencana Perseroan mengembangkan kapasitas terpasang Perseroan sebesar 600 MW hingga 2027.
Perseroan menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672MW saat ini menjadi 1.272MW pada 2027. Selain juga mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumberdaya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE “Energizing Green Future”.
Ahmad menuturkan, PGE mencatatkan diri dengan kode saham PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, di antaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York untuk mengundang investor domestik maupun investor asing untuk ikut berpartisipasi dalam penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy.
INA dan MASDAR Masuk Jadi Investor
PGE berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam IPO PGE. Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
Penawaran Umum IPO Perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi Perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGE.
Berdasarkan informasi dan data dari prospektus, kapasitas pembangkit listrik panas bumi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan kuat dari sekitar 2,8GW pada 2022 menjadi sekitar 6,2GW pada 2030, dengan CAGR sekitar 10,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata global pada CAGR sekitar 3,9 persen dalam periode yang sama.
Pada 2030, Indonesia akan memiliki kapasitas panas bumi terbesar di dunia dengan menyumbang sebesar 28 persen dari proyeksi kapasitas panas bumi bersih secara global.
Advertisement
Potensi Sumber Daya Panas Bumi
Pertumbuhan ini didukung oleh potensi sumber daya panas bumi Indonesia yang signifikan, pertumbuhan permintaan pasar yang pesat serta dukungan kebijakan sebagai bagian utama dari roadmap pemerintah untuk meningkatkan kontribusi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW.
Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).
Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.