Liputan6.com, Jakarta - PT Mora Telematika Indonesia (Persero) Tbk (MORA) atau disebut Moratelindo mencatatkan kinerja positif hingga akhir 2022. MORA membukukan pendapatan Rp 4,64 triliun pada 2022, meningkat 11 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 4,18 triliun.
Mengutip laporan keuangan Mora Telematika Indonesia, ditulis Senin (6/3/023), Beban langsung hingga akhir 2022 mencapai Rp 1,89 triliun atau meningkat 15,24 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 1,64 triliun.
Baca Juga
Dengan demikian, laba kotor Mora Telematika Indonesia naik 8,69 persen menjadi Rp 2,75 triliun pada 2022 dari Rp 2,53 triliun pada 2021. Perseroan juga mencatatkan peningkatan laba usaha 1,29 persen menjadi Rp 1,56 triliun pada 2022 dari tahun sebelumnya Rp 1,54 triliun.
Advertisement
Hingga akhir 2022, Mora Telematika Indonesia mengantongi laba bersih sebesar Rp 579,50 miliar. Laba perseroan naik tipis 0,10 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 578,92 miliar
Sementara itu, aset Mora Telematika Indonesia senilai Rp 14,91 triliun hingga akhir 2022 naik dari akhir tahun lalu sebesar Rp 14,56 triliun. Kemudian, liabilitas MORA Rp 8,68 triliun hingga akhir 2022 turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 10 triliun. Sedangkan, ekuitas perseroan tercatat sebesar Rp 6,2 triliun hingga akhir 2022 meningkat dari akhir tahun lalu Rp 4,55 triliun.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 3 Maret 2023, saham MORA berada di posisi Rp 474 per saham.
`
Smartfren Berniat Tambah Kepemilikan Saham di Moratelindo
Sebelumnya, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) berniat menambah kepemilikan sahamnya di PT PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) atau Moratelindo.
Direktur Smartfren, Antony Susilo mengatakan, perseroan saat ini masih melakukan diskusi dengan pemegang saham mayoritas MORA untuk memperoleh lampu hijau atas rencana penambahan saham.
"Kita selalu ingin menambah jumlah investasi di Moratelindo, karena kita lihat Moratelindo ini perusahaan sangat baik, sehat dan potensial. Jadi kami berupaya melakukan diskusi dengan pemegang saham mayoritas, apakah kita bisa tambah porsi kepemilikan,” kata Antony dalam paparan publik perseroan, Senin (28/11/2022).
Kendati begitu, Antony mengatakan saat ini terlalu dini untuk mendiskusikan rencana itu lebih lanjut. Adapun penambahan kepemilikan saham bisa dilakukan dengan berbagai cara, apakah melalui penambahan modal dengan hal memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement, atau membeli saham eksisting yang beredar saat ini.
"Jadi kalau dari kami ada rencana, semoga kita bisa diberi izin tahun depan kita bisa menambah kepemilikan di Moratelindo, tidak tahu besarnya berapa, kita masih diskusi," ujar dia.
Pada 2021, Smartfren Telecom masuk sebagai pemegang 20,5 persen saham Moratelindo. Kemudian pada tahun ini Moratelindo melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), di mana Smartfren tidak berpartisipasi. Sehingga kepemilikan saham Smartfren terdilusi menjadi sebesar 18,5 persen.
Advertisement
Dirut Moratelindo Galumbang Menak Mengundurkan Diri Usai Tersandung Kasus Korupsi BTS
Sebelumnya, Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia Tbk Galumbang Menak mengundurkan diri. Manajemen PT Mora Telematika Indonesia Tbk (MORA) telah menerima surat pengunduran diri pada 26 Januari 2023 dari anggota direksi atas nama Galumbang Menak selau Direktur Utama Moratelindo.
Sekretaris Perusahaan PT Mora Telematika Indonesia Tbk, Henry Rumopa menuturkan, selanjutnya sesuai dengan Pasal 14 ayat (9) Anggaran Dasar Perseroan dan Pasal 8 ayat (3) POJK 33/2014, Perseroan akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Perseroan untuk memutuskan permohonan pengunduran diri anggota direksi Mora Telematika Indonesia.
“Dan perubahan susunan anggota direksi perseroan sesegera mungkin dengan memperhatikan waktu pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan dan anggaran dasar perseroan,” ujar Henry dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Jumat (27/1/2023).
Sebelumnya, Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkan tiga tersangka dalam kasus dugaan korupsi penyediaan infrastruktur Base Transceiver Station (BTS) 4G dan infrastruktur pendukung paket 1, 2, 3, 4, dan 5 Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Tahun 2020-2022.
Tiga tersangka tersebut yakni AAL selaku Direktur Utama BAKTI Kominfo, GMS selaku Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, dan YS selaku Tenaga Ahli Human Development Universitas Indonesia (Hudev UI) Tahun 2020.
Tiga tersangka tersebut yakni AAL selaku Direktur Utama BAKTI Kominfo, GMS selaku Direktur Utama PT Mora Telematika Indonesia, dan YS selaku Tenaga Ahli Human Development Universitas Indonesia (Hudev UI) Tahun 2020.