Wall Street Tersungkur, Investor Khawatir Lonjakan Harga Minyak Bebani Ekonomi Global

Wall street tertekan pada perdagangan saham Selasa, 4 April 2023. Pelaku pasar mencerna lonjakan harga minyak dan dampaknya terhadap ekonomi global.

oleh Agustina Melani diperbarui 05 Apr 2023, 06:47 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2023, 06:47 WIB
Wall Street Tertekan pada Perdagangan Selasa 4 April 2023
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan saham Selasa, 4 April 2023. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall  street merosot pada perdagangan saham Selasa, 4 April 2023. Indeks Dow Jones merosot hampir 200 poin seiring pelaku pasar menilai lonjakan harga minyak dan dampaknya terhadap ekonomi global.

Dikutip dari CNBC, Rabu (5/4/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 198,77 poin atau 0,59 persen ke posisi 33.402,38. Indeks S&P 500 susut 0,58 persen ke posisi 4.100,60. Dua indeks acuan tersebut hentikan penguatan beruntun selama empat hari. Indeks Nasdaq tergelincir 0,52 persen ke posisi 12.126,33.

Koreksi pasar ikuti laporan lowongan pekerjaan terbaru. Pada Februari 2023, jumlah posisi yang tersedia turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, sebuah tanda pasar tenaga kerja yang mendukung ekonomi mulai melambat.

“Masih banyak lowongan pekerjaan dibandingkan dengan pengangguran,” ujar President of Yardeni Research, Ed Yardeni dikutip dari CNBC, Rabu pekan ini.

Ia menambahkan, pasar sangat sensitif terhadap perubahan kecil apapun ke arah yang tidak ingin dilihat. Di sisi lain, pasar telah tangguh akhir-akhir ini dengan rata-rata indeks acuan meningkat bahkan ketika dihadapkan pada inflasi yang terus menerus, krisis perbankan dan suku bunga lebih tinggi.

“Tangguh adalah kata yang bagus. Intinya adalah latar belakang ekonomi ke depan terus melemah bahkan kondisi saat ini (2-3 persen produk domestik bruto (PDB) kuartal I) tetap kuat, dibandingkan dengan posisi yang sudah defensif, saham tetap menemui jalan buntu di kisaran 3.800-4.200,” ujar Direktur Pelaksana Senior Evercore ISI, Julian Emanuel.

Pada pekan ini, pasar energi menjadi potensi sumber ketidakpastian lainnya, setelah OPEC+ mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel minyak per hari.

Sektor Saham Industri Bebani Pasar

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Pada Senin, 3 April 2023, West Texas Intermediate (WTI) futures mengalami kenaikan harian terbesar dalam hampir setahun karena berita. “Mengingat transisi yang sedang dialami dunia saat merangkul energi bersih dan hijau. OPEC+ memahami dengan sangat baik “emas cair” yang masih bernilai tinggi pada suatu saat akan mulai kehilangan kilauannya,” tutur Chief Global Strategist LPL Financial, Quincy Krosby.

Ia mengatakan, sampai saat itu, ketika negara-negara yang mendominasi OPEC+ mempersiapkan masa depan dengan menghabiskan triliunan dolar Amerika Serikat untuk membangun kembali infrastruktur dan mengalihkan fokus dari minyak mentah sebagai sumber pendapatan utamanya. “Mengelola harga minyak mentah akan digunakan lebih langsung dan agresif dari pada yang diantisipasi,” ujar dia.

Saham industri bebani S&P 500 pada perdagangan Selasa pekan ini. Sektor ini menjadi yang terburuk dari 11 indeks sektor saham dengan turun 2,1 persen. Sebagai perbandingan, S&P 500 susut sekitar 0,6 persen.

Saham United Rentals dan Generac membebani sektor saham ini dengan masing-masing susut 7 persen dan 6 persen. Caterpillar juga menjadi salah satu saham yang bebani sektor saham industri dengan penurunan 5 persen.

Tujuh dari 11 sektor saham melemah pada sesi perdagangan itu. Sektor saham utilitas naik 0,4 persen, perawatan kesehatan menanjak 0,2 persen, dan layanan komunikasi naik 0,1 persen adalah tiga sektor saham yang mampu melawan tren penurunan.

Penutupan Wall Street 3 April 2023

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan saham Senin, 3 April 2023. Indeks Dow Jones melonjak seiring wall street menunjukkan ketahanan meski penurunan produksi minyak dari OPEC+ yang mengancam memicu inflasi dan kekhawatiran resesi.

Mengutip CNBC, Selasa (4/4/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melompat 327 poin atau 0,98 persen ke posisi 33.601,15. Indeks S&P 500 menguat 0,37 persen ke posisi 4.124,51. Indeks Nasdaq tergelincir 0,27 persen ke posisi 12.189,45.

Pelaku pasar menghabiskan sebagian besar sesi perdagangan untuk mencerna berita dari OPEC+ yang memangkas 1,16 juta barel per hari. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) futures naik 6,28 persen menjadi USD 80,42 dan Brent berjangka naik 6,31 persen menjadi USD 84,93.

Analis dari Morningstar, Stephen Ellis menuturkan, prospek harga minyak yang lebih tinggi dapat menambah kegelisihan lebih lanjut ke wall street karena terjadi penurunan produksi.

“Pemotongan sebenarnya itu sendiri tidak terlalu mengejutkan, mengingat peningkatan besar dalam persediaan global dan kekhawatiran resesi yang kemungkinan meningkat akibat kesulitan perbankan baru-baru ini,” ujar dia dikutip dari CNBC.

Ia menambahkan, harga minyak lebih tinggi cenderung memberikan dorongan sederhana untuk inflasi, memberikan lebih banyak efek meredam ekonomi.

Namun, wall street menghilangkan perkembangan terbaru, dan menambah serangkaian keuntungan baru-baru ini. Pada kuartal I 2023, rata-rata tiga indeks acuan bergerak positif meski gejolak di sektor perbankan disorot karena Silicon Valley Bank yang jatuh pada Maret 2023.

 

Investor Menanti Data Ekonomi AS

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Indeks Nasdaq memimpin pada kuartal I 2023 dengan menguat 16,8 persen, sedangkan indeks S&P 500 bertambah 7 persen. Indeks Dow Jones tertinggal, dan naik 0,4 persen.

The Energy Select Sector SDPR fund (XLE) yang melacak sektor energi S&P 500 melonjak lebih dari 4 persen. Saham Marathon Oil dan Halliburton mencatat kinerja terbaik dengan kenaikan masing-masing hampir 9,9 persen dan 7,7 persen.

Analis Senior OANDA, Ed Moya menuturkan, reli-reli baru ini mungkin berjangka pendek mengingat faktor makro ekonomi yang lebih kuat.

“Latar belakang makro saat ini tidak kondusif untuk reli pasar saham yang berarti. Perekonomian terikat resesi karena konsumen jelas melemah, pinjaman akan menjadi buruk, ketidakpastian biaya energi akan tetap tinggi untuk sementara waktu dan kebijakan moneter akhirnya membatasi dan akan merusak ekonomi,” tutur Moya.

Di sisi lain, pada pekan ini, hari bursa akan singkat karena ada perayaan Jumat Agung. Namun, akan ada beberapa bagian penting dari data ekonomi bagi investor, termasuk data lowongan pekerjaan pada Selasa, 4 April 2023, laporan gaji swasta ADP pada Rabu, 5 April 2023 dan laporan pekerjaan bulanan pada Jumat, 7 April 2023.

Saham Tesla turun 7 persen mendekati posisi terendah pada Senin, 3 April 2023 seiring rilis data pengiriman yang lebih lemah dari perkiraan pada kuartal I 2023. Tesla mengirimkan 422.875 kendaraan pada kuartal I 2023, sementara analis yang disurvei oleh FactSet prediksi 432.000.

Saham McDonald’s dan Ulta Beautcy mencatat rekor, bahkan ketika pasar yang lebih luas menilai implikasi dari harga minyak yang lebih bagi ekonomi.

Saham McDonald diperdagangkan di posisi USD 282,13 per saham, dan naik 0,8 persen. Saham Utla naik menjadi USD 548,78 per saham.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya