Wall Street Beragam, Indeks Nasdaq dan S&P 500 Lesu di Tengah Kekhawatiran Resesi

Wall street bervariasi pada perdagangan Rabu, 5 April 2023 didorong tekanan saham teknologi sehingga bebani indeks Nasdaq. Hal ini usai laporan data tenaga kerja menunjukkan perlambatan.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Apr 2023, 06:32 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2023, 06:32 WIB
Wall Street Bervariasi Setelah Laporan Tenaga Kerja AS Melambat
Wall street beragam pada perdagangan Rabu, 5 April 2023. Indeks Dow Jones mencatat penguatan sendirian. (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Rabu, 5 April 2023. Koreksi wall street didorong tekanan saham teknologi setelah laporan data tenaga kerja AS menunjukkan perlambatan pertumbuhan pekerjaan sektor swasta dan pertumbuhan di penyedia layanan AS juga merosot.

Dikutip dari Yahoo Finance, Kamis (6/4/2023), indeks S&P 500 melemah 0,25 persen ke posisi 4.090,38. Indeks Nasdaq susut 1,07 persen ke posisi 11.996,86 dan indeks Dow Jones bertambah 0,24 persen ke posisi 33.482,72.

Imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) turun tajam. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun menjadi 3,30 persen. Pergerakan itu terjadi setelah laporan gaji ADP yang lemah pada pertumbuhan pekerjaan sektor swasta.

Sementara itu, di sisi komoditas, harga emas berjangka berada di level tertinggi dalam lebih dari satu tahun, dan mendekati rekor tertinggi di tengah tanda-tanda pelunakan di pasar tenaga kerja. Harga minyak yang melonjak pada Senin, 3 April 2023 jatuh ke posisi USD 80 per barel.

Adapun indeks S&P 500 ditutup melemah 0,6 persen pada perdagangan saham Selasa, 4 April 2023 setelah data baru menunjukkan tanda-tanda baru dari pasar tenaga kerja yang melambat.

The Monthly Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan pemberi kerja Amerika Serikat melaporkan 9,93 juta lowongan pekerjaan pada Februari 2023 turun lebih dari 10,5 juta pada Januari dan secara signifikan lebih lemah dari perkiraan konsensus 10,5 juta.

“Sejak 2000 ketika data JOLTS (dimulai), penarikan sebelumnya dengan besaran yang sama dalam jumlah lowongan pekerjaan dikaitkan dengan resesi,” tulis Pendiri Bespoke Investments, Paul Hickey, dikutip dari Yahoo Finance.

Rilis Data Ekonomi AS Menunjukkan Perlambatan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Pada Rabu, 5 April 2023, dua rilis data baru menunjukkan kelemahan ekonomi lebih lanjut. Perusahaan swasta menambahkan 145.000 pekerjaan pada Maret 2023, lebih rendah dari perkiraan konsensus 210.000 menandakan pemberi kerja mundur.

“Data penggajian pada Maret 2023 kami adalah salah satu dari beberapa sinyal ekonomi sedang melambat. Pengusaha menarik diri dari satu tahun perekrutan yang kuat dan pertumbuhan gaji, setelah tiga bulan semakin turun,” ujar Ekonom ADP, Nela Richardson.

Sementara itu, pertumbuhan penyedia layanan AS melambat pada Maret 2023. Indeks aktivitas layanan Institute for Supply Management turun menjadi 51,2 lebih rendah dari perkiraan konsensus 54,4. Pesanan baru turun dari 62,6 menjadi 52,2 pada Maret, sementara harga turun dari 65,6 menjadi 59,5.

Selain itu, data ketenagakerjaan terus berkembang tetapi merosot ke 51,3 pada bulan ini. Adapun level di atas 50 menunjukkan ekspansi.

“Pembacaan hari ini mungkin merupakan tanda kebijakan moneter pengetatan the Fed mendapatkan daya tarik terhadap sektor jasa yang tangguh, mungkin sehubungan dengan pengetatan persyaratan pinjaman yang terkait dengan tekanan perbankan baru-baru ini,” tulis tim ekonomi Amerika Serikat di Barclays.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Pada saat yang sama, pertemuan investor dua hari Walmart ditutup pada Rabu, 5 April 2023. Perusahaan mengatakan pada pertemuan itu, pada 2026, sekitar 65 persen toko akan diotomatisasi. Kabar tersebut muncul setelah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Walmart juga memperlambat perekrutan tenaga kerja di tengah inflasi yang berkelanjutan. Saham Walmart naik 1,5 persen.

Di sisi lain, Presiden Federal Reserve Bank of Cleveland Loretta Mester menuturkan, inflasi masih terlalu tinggi dan berharap suku bunga bergerak di atas 5 persen. Sementara tingkat dana riil tetap di wilayah positif.

Sementara itu, saham Johnson &Johnson naik 4,5 persen setelah raksasa perawatan kesehatan itu melipatgandakan tawarannya untuk menyelesaikan tuntutan hukum terkait bedak bayinya. Perusahaan sekarang menawarkan USD 8,9 miliar kepada 60.000 ribu penggugat.

Selain itu, saham bank turun pada Rabu, 5 April 2023 dengan indeks KBW Bank turun hampir 0,5 persen. Performa terburuk adalah Western Alliance setelah perusahaan rilis hasil kuartal I yang tidak memuaskan investor. Saham Western Alliance jatuh lebih dari 12 persen.

Saham C3.ai, Inc turun lebih dari 15 persen setelah Kerrisdale Capital, perusahaan yang memegang posisi short di saham AI mengatakan telah mengirim surat kepada auditor pembuat perangkat pelunak, menuduh serangkaian penyimpangan akuntansi. Perusahaan membantah.

Saham InflaRx melonjak setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memberikan otorisasi penggunaan darurat kepada andibodi monoclonal Inflarx NV untuk perawatan pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Saham FedEx naik 1,5 persen setelah raksasa pengiriman mengumumkan akan konsolidasikan perusahaan operasi darat, ekspres dan pengangkutannya ke dalam satu organisasi.

Penutupan Wall Street 4 April 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall  street merosot pada perdagangan saham Selasa, 4 April 2023. Indeks Dow Jones merosot hampir 200 poin seiring pelaku pasar menilai lonjakan harga minyak dan dampaknya terhadap ekonomi global.

Dikutip dari CNBC, Rabu (5/4/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 198,77 poin atau 0,59 persen ke posisi 33.402,38. Indeks S&P 500 susut 0,58 persen ke posisi 4.100,60. Dua indeks acuan tersebut hentikan penguatan beruntun selama empat hari. Indeks Nasdaq tergelincir 0,52 persen ke posisi 12.126,33.

Koreksi pasar ikuti laporan lowongan pekerjaan terbaru. Pada Februari 2023, jumlah posisi yang tersedia turun di bawah 10 juta untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, sebuah tanda pasar tenaga kerja yang mendukung ekonomi mulai melambat.

“Masih banyak lowongan pekerjaan dibandingkan dengan pengangguran,” ujar President of Yardeni Research, Ed Yardeni dikutip dari CNBC, Rabu pekan ini.

Ia menambahkan, pasar sangat sensitif terhadap perubahan kecil apapun ke arah yang tidak ingin dilihat. Di sisi lain, pasar telah tangguh akhir-akhir ini dengan rata-rata indeks acuan meningkat bahkan ketika dihadapkan pada inflasi yang terus menerus, krisis perbankan dan suku bunga lebih tinggi.

“Tangguh adalah kata yang bagus. Intinya adalah latar belakang ekonomi ke depan terus melemah bahkan kondisi saat ini (2-3 persen produk domestik bruto (PDB) kuartal I) tetap kuat, dibandingkan dengan posisi yang sudah defensif, saham tetap menemui jalan buntu di kisaran 3.800-4.200,” ujar Direktur Pelaksana Senior Evercore ISI, Julian Emanuel.

Pada pekan ini, pasar energi menjadi potensi sumber ketidakpastian lainnya, setelah OPEC+ mengumumkan akan memangkas produksi sebesar 1,16 juta barel minyak per hari.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya