Indofarma Baru Serap Belanja Modal Rp 1,7 Miliar hingga Kuartal I 2023

Emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) menyiapkan belanja modal Rp 68 miliar untuk bisnis alat kesehatan hingga manufaktur.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 31 Mei 2023, 22:07 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2023, 22:07 WIB
Indofarma Baru Serap Belanja Modal Rp 1,7 Miliar hingga Kuartal I 2023
Emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 68 miliar pada 2023.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten farmasi pelat merah, PT Indofarma Tbk (INAF) menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 68 miliar pada 2023. Dana belanja modal tersebut berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN). 

Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan SDM Indofarma Ariesta Krisnawan menuturkan, pihaknya menargetkan penyerapan belanja modal hingga Rp 24 miliar pada 2023 untuk mengembangkan bisnis perseroan. Selain itu, Indofarma juga menyiapkan belanja modal rutin dari pendanaan internal sebesar Rp 28 miliar.

Dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis alat kesehatan hingga pengembangan fasilitas manufakturing. Hingga Maret lalu, belanja modal tersebut telah terserap sebanyak Rp 1,7 miliar. 

"PMN saat ini masih dalam proses pengadaan, semoga semester II sudah bisa merealisasikan lebih baik lagi di mana lokasinya akan terserap untuk pengadaan mesin," kata Ariesta dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).

Di sisi lain, perseroan memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun pada tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 63,36 persen dari realisasi pendapatan 2022. Dengan laba kotor sebesar Rp 406 miliar atau margin sebesar 22 persen, diharapkan laba tahun berjalan yang diperoleh 2023 sebesar Rp 5,1 miliar.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Indofarma menginisiasi perubahan strategi (shifting strategy) dengan mengubah cara pendekatan dari hanya Business to Consumer (BtoC) menjadi Business to Business (BtoB) dengan pola partnership dalam proses produksi dan pemasaran. 

 

 

 

Fokus Perseroan

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, perseroan fokus pada kelompok produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan kapabilitas yang dimiliki perseroan, optimalisasi pasar ekspor dan pemanfaatan fasilitas pabrik perseroan untuk produksi Natural Extract yang telah tersertifikasi CPOTB, Halal dan HACCP.

"Kita melihat Indofarma ini memiliki kekuatan di manufacturing capability. Kita punya fasilitas produksi yang luar biasa, kita akan mengembalikan bagaimana kita memperkuat kekuatan kita di manufacturing di hulunya sehingga yang kita lakukan lebih ke Business to Business," kata Direktur Utama Indofarma Agus Heru Darjono.

Hingga Mei 2023, shifting strategy telah direalisasikan dalam beberapa kerjasama Business to Business (BtoB), diantaranya melalui penandatangan kerjasama distribusi dengan PT Bintang Kencana Artha (BAK), perjanjian kerjasama produksi dan pemasaran dengan PT Quantum Laboratoris Internasional, perjanjian kerjasama toll manufacturing dengan PT Rama Emerald Multi Sukses dan kolaborasi dengan Smesco Indonesia dalam peningkatan pemasaran produk koperasi dan usaha kecil menengah berbasis teknologi, guna optimalisasi.

Target 2023

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, PT Indofarma Tbk (INAF) mengincar pertumbuhan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun dan laba tahun berjalan sebesar Rp 5,1 miliar pada 2023.

Direktur Utama Indofarma Agus Heru Darjono menuturkan, perseroan memproyeksikan pendapatan sebesar Rp 1,86 triliun pada tahun ini, dengan pertumbuhan sebesar 63,36 persen dari realisasi pendapatan 2022.

Dengan laba kotor sebesar Rp 406 miliar atau margin sebesar 22 persen, diharapkan laba tahun berjalan yang diperoleh 2023 sebesar Rp 5,1 miliar.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Indofarma menginisiasi perubahan strategi (shifting strategy) dengan mengubah cara pendekatan dari hanya Business to Consumer (BtoC) menjadi Business to Business (BtoB) dengan pola partnership dalam proses produksi dan pemasaran. 

Selain itu, perseroan fokus pada kelompok produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar dan kapabilitas yang dimiliki perseroan, optimalisasi pasar ekspor dan pemanfaatan fasilitas pabrik perseroan untuk produksi Natural Extract yang telah tersertifikasi CPOTB, Halal dan HACCP.

"Kita melihat Indofarma ini memiliki kekuatan di manufacturing capability. Kita punya fasilitas produksi yang luar biasa, kita akan mengembalikan bagaimana kita memperkuat kekuatan kita di manufacturing di hulunya sehingga yang kita lakukan lebih ke Business to Business," kata dia dalam paparan publik, Rabu (31/5/2023).

Hingga Mei 2023, shifting strategy telah direalisasikan dalam beberapa kerjasama Business to Business (BtoB), diantaranya melalui penandatangan kerjasama distribusi dengan PT Bintang Kencana Artha (BAK).

Selain itu, perjanjian kerja sama produksi dan pemasaran dengan PT Quantum Laboratoris Internasional, perjanjian kerjasama toll manufacturing dengan PT Rama Emerald Multi Sukses dan kolaborasi dengan Smesco Indonesia dalam peningkatan pemasaran produk koperasi dan usaha kecil menengah berbasis teknologi, guna optimalisasi.

 

Program Restrukturisasi

Ilustrasi Laporan Keuangan, Laba, Rugi. Foto: Freepik/mindandi
Ilustrasi Laporan Keuangan, Laba, Rugi. Foto: Freepik/mindandi

Selain itu, guna meningkatkan kinerja, perseroan melaksanakan program restrukturisasi yang diharapkan mampu menciptakan arus kas operasi yang positif dan posisi keuangan yang sehat pada 2023 sehingga dapat memicu kesinambungan bisnis yang baik bagi perseroan.

Dengan demikian, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2022 memberikan persetujuan fasilitas pinjaman sebesar Rp 157 miliar dari induknya, PT Bio Farma (Persero). Suntikan dana tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan restrukturisasi perseroan.

"Persetujuan Penerimaan Pinjaman dari Pihak Terafiliasi dan Memiliki Nilai yang Material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 42/POJK 04/2020 dan Nomor 17/POJK 04/2020, yaitu permohonan persetujuan SHL 157 M kepada PT Bio Farma (PERSERO) dalam rangka restrukturisasi perseroan," katanya. 

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain
Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya