Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Jumat, 31 Januari 2025. Indeks S&P 500 anjlok seiring kabar tarif agresif Presiden AS Donald Trump terhadap mitra dagang utama AS akan dimulai pada Sabtu, 1 Februari 2025.
Mengutip CNBC, indeks S&P 500 terpangkas 0,50 persen ke posisi 6.040,53. Indeks Dow Jones anjlok 337,47 poin atau 0,75 persen terbebani oleh penurunan saham Chevron. Indeks Dow Jones ditutup ke posisi 44.544,66. Indeks Nasdaq susut 0,28 persen menjadi 19.627,44.
Advertisement
Baca Juga
Pergerakan bursa saham dipengaruhi pernyataan Gedung Putih soal tarif dagang. Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengumumkan pada Jumat sore waktu setempat kalau tarif Donald Trump akan berlaku pada Sabtu. Donald Trump akan menaikkan tarif 25 persen kepada Kanada dan Meksiko, di samping bea masuk 10 persen kepada China.
Advertisement
Pada sesi tertingginya, saham unggulan Dow Jones telah naik lebih dari 170 poin. Saham yang memiliki eksposur ke pasar ini bereaksi seperti perusahaan pembuat bir Corona Constellation Brands dan jaringan makanan Meksiko Chipotle yang masing-masing turun 2 persen dan 1 persen setelah berita itu.
"Ini sangat mirip dengan apa yang kita lihat pada Senin dengan DeepSeek bukan?Jadi ada beritanya, reaksi pertama adalah menjual,” ujar Senior Investment Strategist US Bank Asset Management Group Tom Hainlin.
Ia menambahkan, ada reaksi awal terhadap berita utama tentang tarif. "Kami tidak memiliki rincian tentangnya. Kami tidak memiliki rincian tentang persentasenya, apakah itu sementara atau permanen, reaksi apa yang mungkin Anda dapatkan dari Kanada, Meksiko dan China,” ujar dia.
"Perspektif kami adalah kami akan menunggu, dan mencari tahu kapan kebijakan yang sebenarnya diterapkan,” kata Hainlin.
Selain itu, investor juga fokus pada Apple yang melampaui harapan kuartal pertama tahun fiskal. Sementara Apple melaporkan penjualan yang mengecewakan terkait dengan iPhone, pendapatan jasa tampaknya menjadi sorotan. Saham Apple turun 0,7 persen.
Di sisi lain, saham Chevron dan Exxon Mobil masing-masing susut 4,6 persen dan 2,5 persen, seiring kinerja kuartal IV yang mengecewakan.
Kinerja Wall Street
Sementara itu, sesi perdagangan cenderung bergejolak untuk tiga indeks acuan pada Jumat pekan ini. Sektor teknologi telah menjadi fokus utama investor pekan ini mengingat aksi jual besar-besaran pada Senin.
Hal ini dipicu oleh perkembangan dari perusahaan rintisan kecerdasan buatan DeepSeek China dan laporan pendapatan dari perusahaan selama beberapa hari terakhir.
"Saya pikir aksi jual besar-besaran itu berlebihan. Kegilaan DeepSeek mulai memudar. Kami pikir itu akan semakin memudar dengan laporan Amazon dan Google pekan depan, dan tentu saja, Nvidia nanti. Kami optimistis akan hal itu,” ujar CEO Infrastructure Capital Advisors.
Selama sepekan, indeks Nasdaq merosot 1,6 persen. Indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing turun 1 persen dan naik 0,3 persen. Saham Nvidia turun 16 persen selama sepekan, usai jatuh hampir 17 persen pada 27 Januari 2025.
Untuk kinerja bulanan, pelaku pasar menilai Januari menjadi sulit. Akan tetapi, tiga indeks acuan melambung selama sebulan. Indeks S&P 500 naik 2,7 persen, indeks Nasdaq bertambah 1,7 persen. Sedangkan indeks Dow Jones meroket 4,7 persen.
"Kami masih memiliki cukup banyak laba," Hatfield menambahkan.
"Biasanya, menguntungkan untuk mengambil posisi beli selama laba, jadi kami akan terus optimistis hingga Februari."
Advertisement
Data Ekonomi
Rilis data Desember untuk indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi — pengukur inflasi pilihan Federal Reserve — pada Jumat menunjukkan peningkatan sebesar 0,3 persen dari November dan tingkat tahunan sebesar 2,6 persen.
Meskipun kenaikan tahunan ini sejalan dengan ekspektasi para ekonom, kenaikan ini menandai percepatan dari tingkat bulan sebelumnya sebesar 2,4 persen, yang menimbulkan kekhawatiran inflasi tetap stabil. Tidak termasuk makanan dan energi, PCE inti juga meningkat 0,2 persen per bulan dan 2,8 persen per tahun.