Liputan6.com, Jakarta - - Saham Apple (AAPL) mengalami tekanan dalam beberapa pekan terakhir. Namun jika dilihat secara jangka panjang. Investasi di saham Apple cukup prospektif.
Apple Inc telah menorehkan laba yang solid selama 12 bulan terakhir, yang menggarisbawahi statusnya sebagai salah satu perusahaan dengan kinerja paling stabil di pasar Amerika Serikat (AS).
Advertisement
Baca Juga
Pada Kamis kemarin, Apple merilis kinerja dengan perolehan pertumbuhan pendapatan yang moderat sebesar 4%. Perusahaan melaporkan laba per saham sebesar USD 2,40, yang mengalahkan ekspektasi analis sebesar USD 2,35.
Advertisement
APPL melaporkan pendapatan sebesar USD 124,3 miliar untuk kuartal tersebut, yang melampaui prediksi analis sebesar USD 124,12 miliar.
Sementara investor khawatir tentang adanya persaingan sengit di Tiongkok dan penjualan iPhone yang lamban yang menampilkan "Apple Intelligence" yang didukung AI, sahamnya masih naik 26,4% dari tahun ke tahun hingga penutupan pasar pada 30 Januari.
Pada kuartal keempat, Apple biasanya membukukan kinerja positif karena belanja liburan.
Hitungan Nilai Investasi di Apple
dikutip dari CNBC, Sabtu (1/2/2025), meskipun saham AAPL cukup bergejolak selama setahun terakhir, tetapi jika dilihat secara jangka panjang keuntungan yang dibukukan masih sangat besar.
Untuk memberi gambaran tentang nilai saham, CNBC menghitung berapa nilai investasi USD 1.000 atau kurang lebih Rp 16,31 juta (estimasi kurs Rp 16.313 per UAS) yang dilakukan ke saham Apple dalam satu, lima, 10, dan 44 tahun yang lalu saat perusahaan tersebut pertama kali melantai di bursa saham.
Perhitungan CNBC di bawah ini mencakup total laba dan didasarkan pada harga saham penutupan Apple pada 30 Januari. Perhitungan tersebut tidak memperhitungkan potensi perubahan harga saham perusahaan setelah laporan pendapatan terbarunya.
Jika kamu berinvestasi satu tahun lalu:
Kenaikan: 26,9%
Total per 30 Januari: USD 1.269
Jika Anda berinvestasi lima tahun lalu
Kenaikan: 199%
Total per 30 Januari: USD 2.990
Jika Anda berinvestasi 10 tahun lalu
Kenaikan : 737%
Total per 30 Januari: USD 8.373
Jika Anda berinvestasi saat Apple go public pada 1980
kenaikan: 250.743%
Total per 30 Januari: USD 2.508.432
Sejak debutnya pada 1980, harga saham Apple telah melonjak 241.810%, jauh melampaui kenaikan S&P 500 sebesar 4.598%.
Peringatan Analis
Namun, para ahli keuangan memperingatkan agar tidak memilih saham individual hanya berdasarkan kinerja masa lalu.
Pasar tidak dapat diprediksi dan keberhasilan suatu perusahaan tidak menjamin keuntungan di masa mendatang — terutama yang seperti Apple.
Bagi sebagian besar investor, pendekatan pasif umumnya lebih efektif dan kurang berisiko. Strategi yang terbukti adalah berinvestasi dalam dana indeks berbiaya rendah, yang menawarkan eksposur pasar yang luas tanpa volatilitas saham tunggal.
Jelang Laporan Keuangan, Bagaimana Prospek Harga Saham Apple?
Sebelumnya, saham Apple melonjak 4% setelah analis TD Cowen menegaskan kembali peringkat 'buy' mereka dan menaikkan target harga menjadi USD 250. Perusahaan akan melaporkan pendapatannya untuk kuartal IV, dan analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan Apple tahun ke tahun (year on year/yoy) sebesar 4 persen, lapor GuruFocus.
Analis juga mengharapkan panduan pertumbuhan persentase satu digit menengah untuk kuartal Maret 2025, tambah laporan tersebut. Melansir The Economic Times, Kamis (30/1/2025), analis TD Cowen memperkirakan bahwa dampak potensial dari kemajuan AI, khususnya model yang terjangkau, dapat mendorong lebih banyak peningkatan perangkat pada tahun kalender 2025.
Upaya AI Apple, seperti AFM LLM-nya, diharapkan dapat mendorong inovasi dan mendorong permintaan konsumen. Analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan sebesar 12 persen di segmen Layanan Apple pada kuartal Desember, sesuai laporan tersebut.
Fokus Apple dalam mengintegrasikan AI ke dalam ekosistemnya telah membawa perusahaan tersebut menuju kesuksesan yang berkelanjutan, menurut GuruFocus. Meskipun mungkin ada beberapa tantangan regulasi di masa mendatang, langkah strategis Apple mendorong kepercayaan investor, dan sebagai hasilnya, sahamnya tetap kuat.
Advertisement
Sektor Teknologi sedang Gempar
Saat ini, pasar teknologi dan dunia secara umum penuh dengan ketidakpastian. Bahkan saham Nvidia yang biasanya sangat kuat mengalami penurunan tajam pada hari Senin, kehilangan nilai pasar sebesar $589 miliar setelah perusahaan China, DeepSeek, membuat investor mempertanyakan efisiensi model AI yang lebih kecil.
Di sisi lain, saham Apple tetap stabil menjelang laporan keuangan kuartal pertamanya, yang akan diumumkan setelah penutupan pasar pada hari Kamis. Meski sempat turun sedikit akibat berita tentang DeepSeek, saham Apple langsung naik kembali sebesar 7%. Hal ini mungkin karena investor melihat bahwa Apple tertinggal dalam investasi AI dibanding Google dan Microsoft. Dengan demikian, nasib Apple tidak sepenuhnya bergantung pada keberhasilan atau kegagalan AI generatif.
Memang, beberapa teknologi unggulan Apple kurang berhasil, terutama Apple Intelligence, sistem AI generatif mereka yang diperkenalkan musim panas lalu. Apple memilih pendekatan model kecil, berbeda dengan strategi OpenAI dan Google yang mengandalkan model besar dengan lebih banyak data.
Secara umum, semakin besar model AI, semakin baik hasilnya. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan—karena model besar seperti itu sulit untuk dipahami, rentan terhadap kesalahan informasi (hallucinations), dan bisa saja kurang akurat jika data pelatihannya kurang.
Inisiatif Apple Terkait AI
Apple baru-baru ini menarik kembali fitur ringkasan berita di Apple Intelligence karena sering memberikan informasi yang salah. Masalah ini membuktikan bahwa hanya mengandalkan model yang lebih kecil dan spesifik tidak selalu menjadi solusi sempurna.
Dalam kasus Apple, ringkasan berita di iOS 18 sering kali tidak akurat, yang bisa semakin memperburuk kondisi industri media yang sudah mengalami kesulitan. Apple mengambil langkah yang tepat dengan menghentikan fitur tersebut untuk diperbaiki. Namun, masalah di awal seperti ini bisa mengurangi kepercayaan investor, terutama jika fitur tersebut merupakan bagian penting dari strategi masa depan perusahaan.
Tantangan Apple muncul di saat yang kurang menguntungkan. Selama musim liburan, penjualan iPhone di China turun 18%, akibat persaingan ketat dengan merek lokal seperti Oppo, Vivo, Honor, dan Xiaomi. Huawei, yang sebelumnya terhambat oleh sanksi dari pemerintahan Trump, kini bangkit kembali dengan sistem operasi HarmonyOS.
Advertisement
Apple Vision Pro
Selain itu, Apple Vision Pro—produk berbasis AI yang digunakan untuk pemetaan ruangan—juga tidak mencapai ekspektasi dari segi penjualan. Namun, jika AI terbukti hanya menjadi tren sementara seperti yang diperkirakan sebagian analis, Apple masih memiliki portofolio produk yang beragam untuk menopang bisnisnya.
Karena banyak produknya bergantung pada ekosistem perangkat keras, Apple berusaha agar pemrosesan AI bisa dilakukan langsung di perangkat. Apple juga berinvestasi dalam server untuk menangani komputasi AI jarak jauh melalui layanan Private Cloud Compute, yang diperkenalkan bersamaan dengan Apple Intelligence.
Pendekatan DeepSeek—yang merilis versi “distilled” dari model AI R1 mereka, termasuk model kecil yang bisa dijalankan di laptop—mendukung masa depan di mana model AI generatif yang akurat dapat berjalan langsung di perangkat pribadi. Jika hal ini terbukti berhasil, ini bisa menjadi keuntungan besar bagi Apple.