Bursa Saham Asia Bervariasi, Investor Menanti Data Inflasi

Investor yang akan mencermati data inflasi mempengaruhi laju bursa saham Asia Pasifik pada Senin, 25 September 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 25 Sep 2023, 08:49 WIB
Diterbitkan 25 Sep 2023, 08:47 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Senin (25/9/2023). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan saham Senin (25/9/2023). Hal ini seiring investor menantikan data inflasi dari seluruh wilayah pada pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Singapura dan Australia akan melaporkan inflasi Agustus pada pekan ini. Sedangkan Jepang akan merilis data inflasi Tokyo. Data inflasi wilayah ibu kota dipandang sebagai indikator utama tren nasional.

Di Jepang, indeks Nikkei 225 naik 0,24 persen, dan indeks Topix bertambah 0,16 persen. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,24 persen dan indeks Kosdaq merosot 0,94 persen.

Indeks ASX 200 melemah 0,45 persen pada awal sesi perdagangan. Indeks berjangka Hang Seng berada di posisi 18.040, pembukaan melemah dari penutupan perdagangan terakhir di posisi 18.057,45.

Pada perdagangan Jumat, 22 September 2023 di wall street, tiga indeks acuan melemah selama empat hari berturut-turut seiring investor terus bergulat dengan sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) yang mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan rekor terburuk sejak Maret 2023.

Indeks Dow Jones melemah 0,31 persen, sedangkan indeks S&P 500 turun 0,23 persen dan indeks Nasdaq melemah 0,09 persen.

Sebelumnya diberitakan, Bank Sentral Jepang mempertahankan suku bunga di -0,1 persen dan membatasi imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun di sekitar nol.

Gubernur Bank of Japan (BoJ), Kazuo Ueda menuturkan, kebijakan moneter yang sangat longgar diperlukan hingga Jepang melihat inflasi berkelanjutan 2 persen. Inflasi Jepang tetap berada di atas target sejak April 2022 dengan angka inflasi terbaru 3,2 persen pada Agustus.Demikian dikutip dari CNBC, Jumat, 22 September 2023.

Di bursa saham Asia, indeks Nikkei 225 melemah 0,52 persen ke level 32.402,41. Indeks Topix tergelincir 0,3 persen ke posisi 2.376,27. Indeks Hang Seng bertambah 2,12 persen. Indeks CSI 300 naik 1,8 persen ke posisi 3.738,93.

Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,05 persen ke posisi 7.068,8. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,27 persen ke posisi 2.508,13. Indeks Kosdaq merosot 0,39 persen ke posisi 857,35, ke level terendah sejak 31 Mei.


Wall Street Lesu Sambut Akhir Pekan, Investor Khawatir The Fed Kerek Suku Bunga

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 22 September 2023. Indeks Dow Jones alami koreksi terbesar di antara tiga indeks acuan lainnya.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 106,58 poin atau 0,31 persen ke posisi 33.963,84. Indeks S&P 500 tergelincir 0,23 persen ke posisi 4.320,06. Indeks Nasdaq terpangkas 0,09 persen ke posisi 13.211,81. Demikian dikutip dari CNBC, Sabtu (23/9/2023).

Sementara itu, saham Ford naik 1,9 persen setelah sumber mengatakan kepada CNBC, raksasa otomotif itu membuat kemajuan dalam negosiasi dengan serikat pekerja United Auto Workers yang melakukan pemogokan. Saham Stellantis melemah, diikuti General Motors yang tergelincir.

Penurunan wall street pada Jumat pekan ini menandai koreksi selama empat hari berturut-turut untuk tiga indeks acuan. Koreksi tiga indeks acuan itu terjadi karena investor bereaksi terhadap sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS yang akan mempertahankan suku bunga acuan lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 2,9 persen dan 3,6 persen pekan ini. Hal ini menandai kinerja yang melemah selama tiga pekan berturut-turut dan kinerja mingguan sejak Maret 2023. Indeks Dow Jones turun 1,9 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi pemerintah AS melambung setelah bank sentral prediksi kenaikan suku bunga sekali lagi pada 2023. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang menjadi acuan melonjak ke level tertinggi sejak 2007 pada pekan ini. Sementara itu, suku bunga obligasi bertenor 2 tahun menyentuh level tertinggi sejak 2006.

 


Harga Minyak Berpotensi Menguat

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

“Hal ini mulai menimbulkan kekhawatiran bagi investor. Investor mulai terbiasa dengan tingkat bunga lebih tinggi dan apa artinya bagi aset berisiko pada masa depan,” ujar Senior Investment Strategist Allianz Investment Management, Charlie Ripley.

Kekhawatiran juga meningkat karena penutupan pemerintahan atau shutdown yang dapat mengurangi kepercayaan konsumen dan semakin memperlambat ekonomi.

“Investor saat ini masih khawatir dengan penutupan pemerintahan. Pasar hanya menunggu untuk melihat kapan hal itu terjadi dan kemudian mencoba abaikan durasinya,” ujar Managing Partner Harris Financial, Jamie Cox.

Di sisi lain, JPMorgan prediksi, harga minyak akan kembali menguat. Analis Christyan Malek menaikkan peringkat seluruh sektor energi global ke peringkat overweight dalam riset pada Jumat pekan ini. “Supercyle energi pada akhirnya dapat menaikkan harga minyak mentah Brent hingga USD 150 per barel,” kata dia.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya