Bursa Saham Asia Menguat Jelang Rilis Data Manufaktur hingga The Fed

Ikuti wall street, bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu, 1 November 2023. Pelaku pasar menanti hasil pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Nov 2023, 08:08 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2023, 08:08 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu (1/11/2023). (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Rabu (1/11/2023) jelang keputusan kebijakan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed). Selain itu, investor memantau serangkaian data manufaktur.

Dikutip dari CNBC, the Fed akan akhiri pertemuan kebijakan moneter dua harinya pada Rabu, 1 November 2023 waktu setempat. Pasar berharap bank sentral untuk mempertahankan suku bunga.

Rilis Data indeks manajer pembelian pada Oktober akan berasal dari negara-negara besar termasuk China, India dan Korea Selatan.

Indeks Nikkei 225 menguat 2 persen, sedangkan indeks Topix menguat 1,9 persen. Indeks Kospi Korea Selatan melesat 0,76 persen. Indeks Kosdaq mendaki 1,27 persen pada pembukaan perdagangan.

Indeks Hang Seng berjangka berada di posisi 17.113, lebih tinggi dari penutupan perdagangan terakhir di kisaran 17.112,48.Di Australia, indeks ASX menguat 0,2 persen.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Selasa, 31 Oktober 2023 di tengah lonjakan suku bunga. Indeks S&P 500 naik 0,65 persen. Indeks Nasdaq bertambah 0,48 persen. Indeks Dow Jones menguat 0,38 persen.

Penutupan Bursa Asia 31 Oktober 2023

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik bervariasi pada perdagangan Selasa, 31 Oktober 2023. Bursa saham Jepang menguat setelah rilis keputusan kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ).

Sedangkan sentimen negatif lainnya yang bebani IHSG yakni aktivitas manufaktur secara tak terduga alami kontraksi di China.

Bank of Japan mempertahankan suku bunga pinjaman jangka pendek dan telah membuat kebijakan pengendalian kurva imbal hasil lebih fleksibel.

Di sisi lain, data indeks manufaktur China pada Oktober berada di posisi 49,5 dibandingkan jajak pendapat Reuters 50,2. Angka PMI di bawah 50 menandakan kontraksi.

Indeks Nikkei 225 Jepang menguat 0,53 persen ke posisi 30.858,85. Indeks Topix melesat 1,01 persen ke posisi 2.253,73.

Indeks Kospi merosot 1,41 persen ke posisi 2.277,99. Indeks Kosdaq melemah 2,78 persen ke posisi 736,10. Indeks Hang Seng merosot 1,69 persen. Sedangkan indeks CSI 300 terpangkas 0,31 persen ke posisi 3.572,5. Indeks ASX 200 bertambah 0,12 persen ke posisi 6.780,7.

Penutupan Wall Street pada 31 Oktober 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Selasa, 31 Oktober 2023. Wall street seperti kembali mendapatkan kekuatan pada akhir bulan di tengah sentimen lonjakan suku bunga.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 bertambah 0,65 persen menjadi 4.193,80. Indeks Nasdaq melesat 0,48 persen menjadi 12.851,24. Indeks Dow Jones meroket 123,91 poin atau 0,38 persen ke posisi 33.052,87.

Sektor saham real estate dan keuangan mengungguli indeks S&P 500. Sektor saham tersebut masing-masing menguat 2 persen dan 1,1 persen. Namun, saham teknologi melemah setelah beberapa saham teknologi dengan kapitalisasi pasar terbesar lesu. Saham Alphabet dan Meta merosot. Saham Nvidia menurun hampir 1 persen.

Indeks volatilitas Cboe (VIX) turun ke angka 18, di bawah rata-rata jangka panjang dari ukuran ketakutan di angka 20. Tingkat VIX yang lebih tinggi menunjukkan ketidakpastian lebih besar di pasar.

Musim laporan keuangan berlanjut pada Selasa pekan ini. Saham Caterpillar tergelincir lebih dari 6 persen setelah produsen peralatan konstruksi itu menyebutkan pendapatan kuartal IV hanya akan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Saham JetBlue merosot lebih dari 10 persen setelah hasil kinerja keuangan kuartal III meleset dari harapan baik laba dan rugi.

Saham mencatat penurunan dalam bulan ketiga berturut-turut. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 1,4 persen dan 2,2 persen. Ini menandai penurunan selama tiga bulan berturut-turut bagi kedua indeks sejak Maret 2020.

Indeks Nasdaq terpangkas 2,8 persen pada Oktober dan mencatat penurunan dalam bulan ketiga secara berturut-turut.

Lonjakan Imbal Hasil Obligasi

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Koreksi saham pada Oktober terjadi di tengah kenaikan imbal hasil obligasi. Pada Oktober 2023, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun menembus posisi 5 persen untuk pertama kalinya sejak 2007.

Pelaku pasar menghubungkan kenaikan ini dengan beberapa faktor termasuk kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama.

The Fed akan merilis keputusan suku bunga pada Rabu, 1 November 2023 waktu setempat. Penetapan suku bunga the Fed menunjukkan kemungkinan lebih dari 99 persen bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini, menurut CME FedWatch Tool.

“Jika the Fed mengatakan mungkin akan menyelesaikan tahun ini, memberikan petunjuk mereka merasa lebih dovish, itu bisa menjadi sesuatu yang sangat membantu,” kata Analis Baird, Ross Mayfield.

Ia menilai perlu tekanan untuk menurunkan suku bunga akan pergerakan saham menjadi lebih berkelanjutan.

Sementara itu, secara historis, November adalah bulan yang kuat bagi pasar. Pelaku pasar berharap dorongan musiman akan mendukung reli pada akhir tahun. Namun, mereka prediksi puncak imbal hasil obligasi akan diperlukan sebelum melihat ada pemulihan di pasar saham.

Penutupan Wall Street pada 30 Oktober 2023

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Senin (30/10/2023). Wall street yang melesat seiring pelaku pasar hadapi pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang akan memutuskan suku bunga acuan.

Selain itu, pelaku pasar juga hadapi laporan tenaga kerja dan laporan keuangan Apple. Demikian dikutip dari laman CNBC, Selasa (31/10/2023).

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 511,37 poin atau 1,58 persen ke posisi 32.928,96. Indeks Dow Jones mencatat penguatan terbaik sejak 2 Juni 2023.

Indeks S&P 500 melonjak 1,2 persen ke posisi 4.166,82. Indeks S&P 500 mencatat kinerja terbaik sejak akhir Agustus 2023. Indeks Nasdaq melambung 1,16 persen menjadi 12.789,48.

Sektor saham layanan komunikasi mencatat kinerja terbaik di indeks S&P 500. Sektor saham layanan komunikasi bertambah lebih dari 2 persen. Saham Amazon dan Meta masing-masing melonjak 3,9 persen dan 2 persen.

Pergerakan wall street terjadi setelah S&P jatuh ke wilayah koreksi pekan lalu. Indeks S&P 500 merosot 2,5 persen selama sepekan. Indeks S&P 500 juga turun lebih dari 10 persen dari penutupan tertinggi pada 2023. Sepanjang Oktober 2023, indeks susut 2,8 persen.

“Kami menutup posisi terendah pekan lalu. Sering kali Anda mendapatkan hal-hal negatif seperti itu pada akhir pekan dan tidak ada hal baru yang muncul mengubah prospek pasar dan perekonomian, Anda akan mendapatkan sedikit tekanan,” ujar Chief Market Strategist B.Riley Financial, Art Hogan.

“Investor akhirnya merasa sedikit lebih yakin bahwa mungkin kita sudah memperhitungkan cukup banyak berita buruk dan itu benar-benar terwujud dalam pasar yang lebih kuat saat ini,” ia menambahkan.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya