Meneropong Kondisi Pasar Modal pada Tahun Politik

Pada saat siklus suku bunga sudah mencapai puncak dan mengalami penurunan, Ashmore AM percaya investasi akan mulai kembali masuk di negara-negara berkembang.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 16 Nov 2023, 18:37 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 18:37 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) mencermati kondisi pasar modal pada tahun politik bisa tetap solid.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) mencermati kondisi pasar modal pada tahun politik bisa tetap solid. Ini mengingat, ada potensi penurunan suku bunga pada 2024.

Direktur Ashmore AM, Steven Satya Yudha mengatakan, pihaknya memiliki optimisme yang sifatnya balance. Hal pertama yang kritikal untuk pasar modal adalah siklus suku bunga. 

"Kami melihat di mana suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat telah mendekati puncak, dan ini menjadi kunci penting pergerakan pasar modal di negara-negara berkembang untuk tahun 2024," kata Steven dalam paparan publik, Kamis (16/11/2023). 

Dia bilang, pada saat siklus suku bunga sudah mencapai puncak dan mengalami penurunan, pihaknya percaya investasi akan mulai kembali masuk di negara-negara berkembang. 

Menurut ia, faktor fundamental domestik tetap berada dalam arah yang stabil di mana pertumbuhan ekonomi masih bisa dipertahankan di kisaran 4,8 sampai 5 persen. Selain itu, inflasi juga relatif terkendali. 

Dengan demikian, ia mencermati pasar modal Indonesia bisa mencetak kinerja yang lebih baik. Artinya, kinerja pasar modal Tanah Air berpotensi memiliki prospek yang cerah pada tahun politik. 

"Terkait dengan politik sendiri kami percaya bahwa kalau kita melihat secara historis pemilu-pemilu yang terjadi tahun 2019-2014 tersebut akan berdampak positif pada pergerakan pasar modal dan gairah investor untuk berinvestasi," kata dia.

Alhasil, Ashmore Asset Management Indonesia pun optimistis menghadapi tahun politik terutama di ranah pasar modal. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dana Kelolaan Ashmore Asset Management Indonesia Sentuh Rp 32,6 Triliun

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) mengumumkan dana kelolaan (tidak diaudit) untuk kuartal IV yang berakhir pada 30 Juni 2023.

Pada periode tersebut, dana kelolaan (Asset Under Management/AuM) mengalami kenaikan sebesar 3,5 persen secara kuartalan (quarter on quarter/QoQ) menjadi Rp 32,6 triliun. Memberi sinyal terjadinya perbaikan sentimen investasi terutama di tema investasi pendapatan tetap.

Pergerakan sebesar Rp 1,1 triliun selama kuartal tersebut terdiri dari kinerja pasar sebesar Rp 1,0 triliun dan arus masuk bersih sebesar Rp 0,1 triliun.

Tema pendapatan tetap menghasilkan pertumbuhan yang kuat sebesar 21 persen QoQ, dengan aliran masuk bersih sebesar Rp 1,4 triliun yang didorong oleh ekspektasi tingkat suku bunga yang memuncak, dan kinerja yang sangat kuat terutama pada tema ekuitas.

Pasar ekuitas mengalami tekanan pada periode tersebut dikarenakan harga komoditas yang menurun sementara saham yang sensitif terhadap suku bunga belum membukukan kinerja sebaik pasar obligasi.

 

 


Suku Bunga

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Narasi suku bunga telah mencapai puncak telah tercermin di pasar obligasi Indonesia, dengan imbal hasil turun dari 6,8 persen menjadi 6,2 persen dan sangat mengungguli Emerging Market lainnya dan pasar obligasi negara Amerika Serikat.

"Terlepas dari latar belakang pasar yang menantang dalam beberapa periode terakhir, pendekatan manajemen aktif Ashmore telah memberikan kinerja relatif yang kuat dengan 64 persen dan 98 persen dari AuM-nya mengungguli masing-masing selama satu tahun dan tiga tahun," kata President Director, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk, Ronaldus Gandahusada dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (14/7/2023).

Selama 12 bulan terakhir, dampak dari perubahan peraturan yang mendorong rotasi ke produk Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), telah mengakibatkan pelemahan di perkembangan AuM industri.

Hal ini juga tercermin dari penurunan AuM Ashmore sebesar 2,5 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp 32,6 triliun dari Rp 33,4 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Rata-rata AuM periode 12 bulan turun 11,4 persen menjadi Rp 32,3 triliun.


Tantangan Industri

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun, pada paruh kedua tahun ini hingga Juni 2023, Ashmore mengungguli industri dengan pertumbuhan AuM sebesar +2,3 persen dibandingkan dengan +1,6 persen untuk industri.

Menurut Ronaldus, industri manajemen aset Indonesia menghadapi tantangan yang signifikan dalam 12 bulan terakhir, yang berdampak pada penurunan aset kelolaan, khususnya reksa dana.

Namun, model bisnis Ashmore yang gesit dan filosofi investasi yang terbukti telah memberikan kinerja investasi yang kuat dan hasilnya AuM yang bertahan.

"Reksadana ekuitas andalan kami, misalnya, menghasilkan kelebihan pengembalian rata-rata 8,3 persen dibandingkan dengan indeks acuan, sementara reksadana obligasi menghasilkan pengembalian berlebih rata-rata 3,9 persen dibandingkan indeks acuannya," imbuh Ronaldus.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya