BNI Bidik ROE 18% pada 2025, Intip Strateginya

Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom mengatakan, dalam upaya mencapai tingkat profitabilitas yang lebih optimal, BNI menetapkan target ROE sebesar 18% pada 2025.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 27 Nov 2023, 21:39 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2023, 21:39 WIB
BNI Bidik ROE 18% pada 2025, Intip Strateginya
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI terus berupaya untuk meningkatkan Return on Equity (ROE). (Dok: BNI)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI terus berupaya untuk meningkatkan Return on Equity (ROE) pada masa mendatang. Hingga September 2023, ROE BNI telah mencapai 15,5%, meningkat 30 bps YoY. 

Direktur Human Capital & Compliance BNI Mucharom menuturkan, dalam upaya mencapai tingkat profitabilitas yang lebih optimal, BNI menetapkan target ROE sebesar 18% pada 2025. ROE ini didukung oleh program transformasi fundamental yang sampai saat ini berjalan.

"Kami punya target jangka panjang ROE yang dapat mencapai 18 persen pada 2025,” kata dia dalam Public Expose 2023, Senin (27/11/2023). 

Mucharom menuturkan, BNI memiliki empat langkah strategis yang menjadi prioritas dalam menjaga kinerja tetap solid serta memberikan pendapatan yang optimal bagi para pemegang saham.

Pertama, BNI mengoptimalkan keunggulan kompetitif berupa jaringan kantor luar negeri yang terluas dibandingkan dengan bank domestik lainnya. Hal ini sejalan dengan mandat yang diberikan Pemerintah agar BNI menjadi bank Indonesia dengan kapasitas global.

Kantor Luar Negeri (KLN) berperan dalam pemberian fasilitas kepada grup usaha nasabah yang beroperasi di luar negeri, serta supplier dan buyer dari debitur BNI Kantor Pusat. Kemudian perseroan juga semakin aktif berpartisipasi dalam kredit sindikasi top tier, pembiayaan skema khusus supply chain financing serta melayani kebutuhan nasabah-nasabah individual yang utamanya adalah Diaspora.

"Selain jaringan global yang kuat, bisnis BNI di dalam negeri secara konsisten terus tumbuh. Kami tetap senantiasa meningkatkan efisiensi proses bisnis. Perseroan juga melakukan berbagai terobosan seperti konsolidasi mesin ATM dengan bank BUMN, serta memperkuat model bisnis branchless atau keagenan melalui Agen46 yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata dia.

Kedua, BNI tetap disiplin dalam melakukan diversifikasi kredit dengan fokus pada segmen bisnis yang sehat, termasuk menyasar segmen korporasi unggulan atau blue-chip company. 

Hingga September 2023, kredit segmen korporasi swasta tumbuh 8,7% year to date (YTD) menjadi Rp251,6 triliun, diikuti segmen konsumer yang tumbuh 9,1% YTD, dan segmen enterprise yang merupakan direct value chain dari nasabah korporasi, tumbuh 0,6% YTD menjadi Rp57,4 triliun.

 

BNI Jaga CAR

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI. (Dok BNI)

Selanjutnya, kredit yang disalurkan kepada BUMN juga mengalami peningkatan 6,9% ytd, dari Rp91,6 triliun pada Desember 2022 menjadi Rp97,9 triliun di September 2023, terutama disalurkan kepada BUMN yang menjalankan fungsi strategis seperti PLN, Pertamina dan Bulog, serta beberapa BUMN lainnya di antaranya Pegadaian dan Jasa Marga.

Ketiga, BNI akan terus melakukan perbaikan struktur Dana Pihak Ketiga (DPK) yang sehat. Adapun hingga September 2023, komposisi DPK yang kami himpun didominasi oleh CASA atau Giro dan tabungan sebesar 69%.

Di tengah tren peningkatan suku bunga saat ini, biaya dana pihak ketiga BNI tercatat di kisaran 2%. Secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi yang di atas 3%. 

Hal ini didukung layanan channel digital yang semakin baik, termasuk BNI Mobile Banking dan BNIDirect, sehingga kami mampu meningkatkan CASA berbasis transaksi dari nasabah secara berkelanjutan sehingga likuiditas BNI terjaga sehat untuk memenuhi kebutuhan ekspansi kredit. 

Keempat, perseroan terus mengedepankan pengelolaan manajemen risiko yang prudent. Selain indikator NPL dan LAR yang terus membaik, NPL coverage ratio per September 2023 telah mencapai 325%, meningkat dari Desember tahun lalu sebesar 278%.

"Perseroan juga mampu menjaga level Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada pada level yang memadai di level 21,9% per September 2023, jauh di atas batas minimum dari regulator sebesar 13,8%. Tingginya NPL coverage ratio dan juga CAR ini memberikan gambaran fundamental BNI yang kokoh sebagai pondasi dalam mengantisipasi risiko gejolak ekonomi di masa depan,” tandasnya.

 

BNI Genjot Investasi Berkelanjutan, Ini Alasannya

Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). (Foto BNI)
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). (Foto BNI)

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI berkomitmen untuk terus mendorong investasi berkelanjutan di sektor keuangan. Ini mengingat, hal tersebut berpotensi untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi jangka menengah. 

Direktur Institutional Banking BNI Muhammad Iqbal mencermati terdapat beberapa sektor investasi yang dapat dimaksimalkan. Misalnya, industri yang berbasis dan terintegrasi dengan rantai pasok global. 

"Perbankan memandang hilirisasi sumber daya alam merupakan investasi yang menjanjikan ke depan," kata Iqbal dalam acara  CEO Networking 2023, Selasa (7/11/2023).  

Ia menuturkan, Indonesia diyakini mempunyai potensi yang baik dalam industri hilir, sehingga memberikan peluang besar untuk tumbuh pada masa mendatang. Lalu, investasi juga bisa dilakukan terhadap ekosistem kendaraan listrik, produk dengan tujuan ekspor khususnya otomotif, makanan dan minuman serta produk elektronik.

Ia melanjutkan, ada industri yang memerlukan tenaga kerja besar diantaranya pertanian, bisnis pariwisata dan pelayanan jasa. Tak hanya itu, ada juga industri yang memiliki konsentrasi terhadap ESG. Misalnya, memanfaatkan energi panas bumi, ketahanan pangan, infrastruktur hijau dan ekstraksi mineral. 

Dia bilang, pihaknya berupaya memberikan dampak yang positif atas pembiayaan berkelanjutan tersebut. Sehingga, nantinya sektor perbankan ini memiliki pembiayaan hijau dalam porsi yang besar. Adapun sektor yang menjadi prioritas dari BNI, yakni energi dan transportasi.

Selanjutnya, sebagai bank pionir Green Banking dan motor penggerak pelaksana Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) di Indonesia, perseroan berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan pada nilai-nilai, budaya kerja, strategi perusahaan, kebijakan operasional, serta sistem dan prosedur operasional perseroan.  

 

Sektor Ramah Lingkungan

Gedung BNI (Dok: BNI)
Gedung BNI (Dok: BNI)

Sustainable Portofolio yang BNI lakukan untuk sektor-sektor ramah lingkungan hingga September 2023 tercatat, pembiayaan pada Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) mencapai Rp178,9 triliun atau 27 persen dari total portofolio kredit BNI. 

Sustainable Portfolio ini utamanya diberikan untuk kebutuhan pengembangan ekonomi sosial masyarakat melalui pembiayaan segmen UMKM sebesar Rp118,3 triliun, pengelolaan bisnis ramah lingkungan dan sumber daya alam hayati sebesar Rp21,5 triliun, energi baru dan terbarukan sebesar Rp10,1 triliun, pembiayaan untuk pencegahan polusi sebesar Rp3,7 triliun, serta Sustainable Portfolio lainnya sebesar Rp25,3 triliun. 

Selain aktif dalam pembiayaan Sustainable Portfolio, Perseroan juga bekerjasama dengan beberapa korporasi dalam program Sustainability Linked Loan (SLL) yang digunakan untuk investasi bisnis keberlanjutan dan mendorong debitur guna menerapkan prinsip bisnis berkelanjutan, dimana hingga kuartal ketiga 2023 Portfolio SLL telah mencapai Rp4,7 triliun.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya