Bank Syariah Indonesia Penuhi Aturan Free Float 7,5%, Siapa Investor yang Eksekusi Rights Issue?

PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) menyatakan pemenuhan aturan free float sebesar 7,5 persen seiring rights issue yang dilakukan.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 29 Nov 2023, 16:48 WIB
Diterbitkan 29 Nov 2023, 16:46 WIB
Bank Syariah Indonesia Penuhi Aturan Free Float 7,5%, Siapa Investor yang Eksekusi Rights Issue?
PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengaku telah memenuhi aturan free float atau kepemilikan saham publik dari Bursa Efek Indonesia (BEI). (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengaku telah memenuhi aturan free float atau kepemilikan saham publik dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Head of Investor Relations Bank Syariah Indonesia Rizky Budinanda menuturkan, pihaknya telah memenuhi aturan free float sebesar 7,5 persen. Hingga saat ini, saham BSI yang beredar di publik sekitar 10 persen. 

"Jadi memang untuk ketentuan free float kami sudah mencapai. Kalau dari  komposisi free float hampir mencapai 10 persen," kata Rizky dalam Public Expose 2023, Rabu (29/11/2023). 

Menurut ia, raihan tersebut tidak terlepas dari aksi korporasi berupa rights issue yang dilakukan tahun lalu. Ini mengingat, sebagian dari rights issue BRI atau BNI itu dilepas kepada masyarakat. Sehingga membantu peningkatan saham BSI yang beredar di masyarakat. 

Dia melanjutkan, dengan adanya rights issue saham BSI yang semula hanya 5,5 persen di publik sekarang bertambah menjadi sekitar 7 persen. 

"Sekarang juga sedikit demi sedikit tahun ini  beberapa sudah melepas juga dari pihak afiliasi, sehingga sekarang sudah lebih dari ketentuan," imbuhnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Kepatuhan & SDM BSI Tribuana Tunggadewi menuturkan, divestasi saham oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (BBNI) masih dalam tahap proses. 

Alhasil, ia belum bisa menjabarkan siapa investor strategis yang bakal menggantikan kepemilikan saham kedua bank tersebut di BSI. 

"Kami belum bisa memberikan gambaran seperti apa nantinya yang akan menggantikan terkait divestasi," kata Dewi. 

Mengutip RTI, hingga saat ini, Bank Mandiri memegang saham BRIS sebanyak 51,47 persen, disusul oleh BNI sebanyak 23,24 persen dan BRI memegang saham BSI  sebanyak 15,38 persen dan saham BSI yang beredar di masyarakat sebesar 9,87 persen. 

Prediksi Pembiayaan

BSI.
Bank Syariah Indonesia. (Foto: Istimewa)

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) memproyeksikan penyaluran pembiayaan di kisaran 15 persen hingga akhir tahun ini. 

Direktur Risk Management BSI Grandhis H. Harumansyah menuturkan, hingga akhir 2023, proyeksi pembiayaan masih di kisaran di 15 persen. 

"BSI terus jalankan bisnis syariah. Kalau bicara strategi pertumbuhan ada tiga hal utama, apa yang dicapai, bagaimana bisnis di monitor dan bagaimana sisi sumber daya manusia," kata dia dalam Public Expose 2023, Rabu (29/11/2023). 

Di samping itu, pertumbuhan tersebut harus tetap sejalan dengan target market yang ditetapkan. Sehingga, BSI juga melakukan digitalisasi dalam prosesnya dan monitoring terkait aset yang disalurkan. 

"Portfolio guideline juga direview bulanan dan triwulan. SDM yang terkait pembiayaan juga ditingkatkan kapabilitasnya," kata dia.

Sebagaimana diketahui, pembiayaan BSI mayoritas masih berasal dari sisi konsumer. Sehingga, sektor tersebut bakal menopang pembiayaan BSI hingga akhir tahun ini.

"Terkait pembiayaan wholesale kami harapkan pembiayaan segmen ini harus membawa value chain creation ke segmen di bawahnya," imbuhnya. 

Strategi Kerek Laba

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Dirut BSI Hery Gunardi menjelaskan bahwa integrasi tiga bank syariah BUMN yakni Bank BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan sejak Maret 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) optimistis laba bakal tumbuh dua digit hingga akhir 2023. Lantas, bagaimana strategi BSI dalam mengerek laba tersebut? 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi menuturkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi dalam rangka mencapai pertumbuhan laba hingga akhir tahun ini. Salah satunya, BSI memilih segmen prospektif agar mampu menopang pertumbuhan kinerja. 

"Untuk mencapai target laba akhir tahun. Seperti yang diketahui, strategi perseroan adalah tentunya kita sudah memilih segmen yang kita ingin tumbuh, proyeksi laba akan tumbuh double digit," kata Hery dalam konferensi pers, Selasa (19/9/2023). 

Adapun fokus pertama Bank Syariah Indonesia, yakni akan melakukan ekspansi pembiayaan pada segmen yang bisa tumbuh sehat dan berkelanjutan dengan berkisar 15-16 persen. Kemudian, melakukan perbaikan kualitas pembiayaan, BSI juga telah membuktikan dalam beberapa kuartal non performing financing (NPF) lebih baik alias NPF mengalami penurunan.

"BSI juga saat ini sedang terus fokus meningkatkan transaction banking retail maupun wholesale, tujuannya bagaimana kita dapatkan dana murah kalau nasabah transaksi lewat kanal baik cabang m-banking, atm, saldo nasabah akan bertambah besar,” kata dia.

Selain itu, dari sisi inisiatif BSI ada QRIS, smart agent atau agent banking ini akan jadi engine untuk pengumpulan dana murah. BSI juga berharap tabungan bisnis dengan target market adalah pedagang dan pengusaha dan tabungan wadiah bisa mendorong pertumbuhan laba. 

BSI juga mulai mengaktifkan lagi weekend banking di wilayah yang memiliki pusat dagang. Tujuannya untuk memberikan keleluasaan bagi nasabah untuk transaksi termasuk menyetor uang.

"Kami juga tingkatkan rasio tingkatan dana murah kita. Di sisi lain mendorong pendapatan melalui transaksi melalui mobile banking untuk meningkatkan fee based income,” ujarnya.

Kaji Ekspansi ke Arab Saudi

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Nasabah menunggu di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) resmi beroperasi dengan nama baru mulai 1 Februari 2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya diberitakan, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI sedang mengkaji soal ekspansi ke wilayah Timur Tengah, yakni Arab Saudi. 

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengaku, pihaknya masih melakukan kajian untuk membuka cabang baru di Arab Saudi. 

"Pembukaan cabang Timur Tengah sekarang kami punya di Dubai yang sekarang menjadi cabang penuh. Harapannya, cabang ini berkembang, BSI satu-satunya bank syariah asal Indonesia yang ada di Dubai,” kata Hery dalam konferensi pers, Selasa (19/9/2023). 

Dengan demikian, ia mengatakan, hingga saat ini BSI masih mengkaji kemungkinan untuk membuka cabang di Arab Saudi.

“Nanti ke Arab Saudi, tapi masih dikaji kemungkinannya nanti perkembangan kami sampaikan,” ujar dia. 

Dalam kesempatan berbeda, Hery menyebut, pihaknya masih melihat potensi terkait pembukaan cabang di Arab Saudi. 

 

 

Prospek Pasar Arab Saudi

FOTO: Pelayanan Bank Syariah Indonesia Usai Diresmikan Jokowi
Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Nanti kita lihat, kita mencoba mendalami regulasi, bagaimana caranya dan sebagainya. Dan sedang mempersiapkan visibility tadi apakah memiliki cabang di negara tadi punya potensi bisnis yang optimal tidak untuk Indonesia?," kata Hery dalam konferensi pers, dikutip Jumat, 28 April 2023.

Dia bilang, jika dilihat secara kasat mata pasar Arab Saudi memang terbilang prospektif. Ini mengingat jamaah haji setiap tahun lebih dari 200 ribu orang dan lebih dari 1 juta orang jamaah umroh berasal dari Indonesia.

"Secara kasat mata memang kelihatan tapi harus dihubungkan dengan regulator di sana untuk melihat bagaimana kita bisa punya kesempatan hadir di sana," kata dia.

Menurut ia, untuk saat ini BSI akan fokus terlebih dahulu ke Dubai. Lantaran, BSI ingin mendapatkan hasil yang optimal dari pembukaan cabang baru.

 "Jadi kalau ditanya management, berikan waktu kami fokus dulu ke Dubai sampai dubai mulai kelihatan baru kita mikir ke negara lain. Percuma kita buka lagi kalau hasilnya tidak optimal, nanti akan jadi beban, kita mau rapi dulu Dubainya nanti baru ke negara lain," tandasnya.

Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Deretan Bank Digital di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya