Wall Street Melesat, Data Ekonomi Tunjukkan AS Tak di Ambang Resesi

Wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 8 Desember 2023 waktu setempat. Indeks S&P 500 sentuh level tertinggi baru usai laporan tenaga kerja AS dan survei konsumen.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Des 2023, 06:54 WIB
Diterbitkan 09 Des 2023, 06:54 WIB
Wall Street Melesat, Data Ekonomi Tunjukkan AS Bakal Terhindar dari Resesi
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 8 Desember 2023.(AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, New York Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Jumat, 8 Desember 2023. Indeks S&P 500 naik dan mencapai level tertinggi baru pada 2023.

Hal ini terjadi setelah laporan pekerjaan pada November 2023 dan data survei konsumen Universitas Michigan mengisyaratkan ekonomi yang tangguh dan meredam inflasi sehingga memicu harapan apa yang disebut skenario soft landing.

Mengutip CNBC, Sabtu (9/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street,  indeks S&P 500 bertambah 0,41 persen ke posisi 4.604,37. Indeks Nasdaq naik 0,45 persen ke posisi 14.403,97. Indeks Dow Jones menguat 130,49 poin atau 0,36 persen ke posisi 36.247,87.

Indeks S&P 500 mencatat penutupan tertinggi pada 2023 pada pekan lalu, tetapi belum melampaui level tertinggi intraday pada 2023 yang dicatat pada Juli hingga perdagangan Jumat pekan ini, saat mencapai level 4.609 pada Jumat sore. Indeks S&P 500 naik sekitar 20 persen pada 2023, dan diperdagangkan pada level tertinggi sejak Maret 2022.

Tiga indeks saham acuan di wall street mencatat kinerja positif pada pekan ini. Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen dan indeks Dow Jones berakhir sedikit lebih tinggi. Dua indeks saham acuan itu mencatatkan enam minggu kemenangan, rekor terpanjang sejak 2019. Indeks Nasdaq bertambah 0,7 persen.

Chief Investment Strategist State Street Global Advisors, Michael Arone menuturkan, laporan ketenagakerjaan terus menggambarkan perekonomian yang tidak berada di ambang resesi. "Kombinasi dari penurunan ekspektasi inflasi dan peningkatan sentimen konsumen yang mendukung hasil soft landing," ujar Michael.

"Selama hasil soft landing tetap ada, bias terhadap saham dan aset berisiko tetap positif,” ia menambahkan.

Ia mencatat, inflasi akan turun, serta keseimbangan pasokan dan permintaan tenaga kerja yang lebih baik, tanpa peningkatan besar dalam pengangguran adalah hal yang bisa dilakukan. Hal itu menjadi sentimen positif.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rilis Data Ekonomi AS

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Laporan nonfarm payrolls pada November 2023 menunjukkan penurunan tingkat pengangguran yang tidak terduga. Tingkat pengangguran turun menjadi 3,7 persen pada November dari 3,9 persen pada bulan sebelumnya.

Diharapkan tetap sama. Perekonomian menambah 199.000 lapangan kerja, sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja pada Oktober 2023.

Data tersebut pertama kali menimbulkan kekhawatiran kalau ekonomi berjalan terlalu panas sehingga inflasi tidak cukup dingin sehingga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) mulai menurunkan suku bunga pada awal musim semi mendatang dengan pertemuan kebijakan terbaru yang dijadwalkan pada Rabu pekan ini.

Di sisi lain, laporan ketenagakerjaan bulanan juga dapat mendukung gagasan kalau the Fed mengarahkan perekonomian AS menuju soft landing, pemulihan ekonomi yang stabil di tengah penurunan inflasi. Rata-rata pendapatan per jam yang dipandang sebagai indikator utama inflasi meningkat sesuai perkiraan pada November karena perekonomian menambah lebih banyak lapangan kerja dibandingkan bulan sebelumnya.

Sementara itu, survei Universitas Michigan yang diawasi ketat menunjukkan harapan inflasi turun dan sentimen konsumen melonjak pada Desember ke level tertinggi sejak Juli 2023.

Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan menuturkan, semua poin data ini membantu mendukung tesis the Fed kemungkinan besar akan menyelesaikan siklus kenaikan suku bunga.


Prediksi 2024

Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)
Bursa saham Amerika Serikat atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 setelah the Federal Reserve dongkrak suku bunga. (Foto: Markus Spiske/Unsplash)

Saham Boeing, FedEx, dan Costco mencapai level titik tertinggi baru pada 2023 pada Jumat pekan ini. Hal ini seiring investor prediksi ekonomi akan terhindar dari resesi.

Chief Global Markets Strategist JPMorgan, Marko Kolanovic menuturkan, sekalipun tidak terjadi resesi pada 2024, sulit membayangkan reli saham yang berkelanjutan tanpa penurunan suku bunga yang berarti.

“Ini adalah situasi catch-22, di mana aset-aset berisiko tidak dapat memperoleh kenaikan yang berkelanjutan pada tingkat pembatasan moneter seperti ini, dan kemungkinan besar tidak akan ada pelonggaran yang menentukan kecuali aset-aset berisiko diperbaiki (atau inflasi menurun karena misalnya pelemahan permintaan sehingga merugikan keuntungan perusahaan,” tulis Kolanovic.

“Ini menyiratkan kita perlu melihat terlebih dahulu beberapa penurunan dan volatilitas pasar selama 2024 sebelum kondisi moneter dilonggarkan dan reli yang lebih berkelanjutan,” ia menambahkan.

Ia tidak optimistis terhadap prospek 2024. Dalam skenario bullish-nya, ia prediksi kinerja saham dapat mengungguli obligasi dan kas sekitar 5 persen, jika terjadi resesi kinerja saham akan lebih urung dari pegang kas sekitar 20 persen.


Penutupan Wall Street pada 7 Desember 2023

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya diberitakan, sursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan saham Kamis, 7 Desember 2023. Indeks Dow Jones dan S&P 500 hentikan penurunan tiga hari berturut-turut seiring rilis laporan pekerjaan AS.

Mengutip laman CNBC, Jumat (8/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 menguat 0,80 persen ke posisi 4.585,59. Indeks Dow Jones bertambah 62,95 poin atau 0,17 persen ke posisi 36.117,38. Indeks Nasdaq menguat 1,37 persen ke posisi 14.339,99 seiring kinerja saham teknologi yang lebih baik.

Saham induk usaha Google yakni Alfabet menguat lebih dari 5 persen seiring pelaku pasar menyambut baik peluncuran model kecerdasan buatan Gemini. Saham Nvidia dan AMD masing-masing bertambah lebih dari 2 persen dan 9 persen.

Indeks Nasdaq juga mencatat kinerja lebih baik selama sepekan. Indeks Nasdaq menguat 0,2 persen.  Indeks Dow Jones dan S&P 500 mencatat penurunan masing-masing sekitar 0,4 persen dan 0,2 persen.

Kenaikan indeks saham acuan di wall street juga hentikan penurunan tiga hari berturut-turut pertama sejak Oktober untuk indeks Dow Jones dan indeks S&P 500. Penurunan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran apakah reli terhenti pada akhir 2023.

 

 


Kinerja Indeks Acuan

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Tiga indeks acuan masih tetap siap untuk akhir 2023 tetap catat kinerja lebih tinggi. Menekankan kekuatan reli yang terlihat sebelumnya.

Pada pekan ini, laporan tenaga kerja AS menjadi fokus investor di tengah serangkan rilis data yang beragam. Klaim pengangguran mingguan yang dirilis pada Kamis pekan ini berada di bawah harapan ekonom dan angka klaim pengangguran yang berkelanjutan menurun. Ini menunjukkan laju PHK tidak meningkat.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun menguat setelah rilis data ekonomi tersebut, mencerminkan kekhawatiran seputar kekuatan pasar tenaga kerja AS meski ada upaya the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS untuk mengendalikan inflasi. Imbal hasil obligasi terakhir naik hampir tiga basis poin menjadi 4,148 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya