Berlawanan dengan Wall Street, Bursa Saham Asia Melesat Hari Ini 3 Januari 2025

Di tengah wall street yang lesu pada awal 2025, bursa saham Asia Pasifik mampu menghijau pada Jumat, 3 Januari 2025.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jan 2025, 08:42 WIB
Diterbitkan 03 Jan 2025, 08:42 WIB
Berlawanan dengan Wall Street, Bursa Saham Asia Melesat Hari Ini 3 Januari 2025
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (3/1/2025). (Foto by AI)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada perdagangan Jumat (3/1/2025). Penguatan bursa saham Asia Pasifik ini berlawanan dengan wall street yang melemah pada sesi pertama perdagangan 2025 yang didorong saham teknologi.

Mengutip CNBC, Jumat pekan ini, Bank Sentral China atau the People’s Bank of China dilaporkan akan memangkas suku bunga pada waktu yang tepat pada 2025, demikian laporan Financial Times. Adapun suku bunga reverse repo 7 hari di China ditetapkan sebesar 1,5 persen.

Secara terpisah, Kementerian Perdagangan China berencana untuk membatasi ekspor pada teknologi tertentu yang digunakan untuk membuat komponen baterai dan untuk memproses mineral penting seperti litium dan galium, menurut pemberitahuan yang dikeluarkan pada hari Kamis.

Investor di Asia akan terus menilai ketidakpastian politik di Korea Selatan karena pengawas korupsi negara itu berusaha untuk melaksanakan surat perintah penangkapan untuk Presiden Yoon Suk Yeol yang dimakzulkan, menurut media lokal Yonhap News. Upaya darurat militer yang berumur pendek oleh Yoon pada 3 Desember telah menyebabkan kekacauan politik di negara itu.

Di bursa saham Asia, indeks Kospi Korea Selatan naik 1,64 persen dan indeks Kosdaq bertambah 1,65 persen. Saham SK Hynix melonjak 4,32 persen, sehari setelah produsen chip itu akan mengungkapkan rencana untuk memposisikan diri sebagai penyedia memori AS di Consumer Electronics Show 2025 pada pekan depan.

Indeks ASX 200 di Australia naik 0,50 persen. Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong melemah ke posisi 19.610, lebih rendah dari penutupan indeks terakhir di 19.623,31. Sedangkan bursa saham Jepang libur.

 

Wall Street Melemah

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Di wall street, tiga indeks acuan mengakhiri sesi perdagangan di zona merah. Hal itu memperpanjang koreksi pada akhir 2024 yang menandakan pasar mungkin tidak akan melihat reli sinterklaus pada 2025.

Investor berharap akan adanya "Reli Sinterklas" yang berlangsung selama lima hari perdagangan terakhir dalam setahun dan dua hari perdagangan pertama pada bulan Januari berikutnya. Selama rentang waktu ini, S&P 500 telah naik rata-rata 1,3% sementara hampir 80% dari waktu berakhir lebih tinggi, Data Pasar Dow Jones yang berlaku sejak tahun 1950 menunjukkan.

Semalam di Amerika Serikat, indeks Dow Jones Industrial Average yang merupakan saham unggulan turun 151,95 poin, atau 0,36%, dan ditutup pada level 42.392,27.

Sementara itu, indeks S&P 500 turun 0,22% menjadi 5.868,55 dan Nasdaq Composite yang merupakan saham teknologi turun 0,16% menjadi 19.280,79.

Itu menandai sesi kelima berturut-turut dalam posisi merah untuk S&P 500 dan Nasdaq, penurunan terpanjang sejak April. Saham teknologi besar membebani pasar, dengan Apple turun 2,6%, dan Tesla merosot 6% karena pengiriman tahunan yang lebih rendah.

 

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 2 Januari 2025

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik diperdagangkan beragam pada perdagangan Kamis, 2 Januari 2025. Bursa saham China memimpin penurunan seiring sejumlah pasar utama kembali beroperasi setelah libur Tahun Baru.

Mengutip CNBC, indeks manajer pembelian manufaktur global Caixin untuk Desember turun menjadi 50,5, meleset dari perkiraan ekonom sebesar 51,7 dalam jajak pendapat Reuters.

Selain itu, PMI berada di posisi 51,5 pada November dan 50,3 pada Oktober. Penurunan angka PMI menunjukkan laju pertumbuhan telah melambat sejak November dan secara keseluruhan marjinal, demikian disebutkan dalam laporan itu.

“Ekspor terseret permintaan di tengah meningkatnya ketidakpastian yang berasal dari lingkungan ekonomi luar negeri dan perdagangan global,” ujar Ekonom Senior Caixin Insight Group, Wang Zhe.

PMI resmi pada Desember yang dirilis pada Selasa pekan ini berada di angka 50,1 dan meleset dari harapan.

Indeks saham acuan China CSI 300 turun lebih dari 3 persen sebelum mempersempit penurunan menjadi 2,91 persen ke posisi 3.820,39. Pasar saham yang merosot pada hari perdagangan perdana meski Presiden China Xi Jinping berjanji dalam pidato tahun barunya untuk menerapkan kebijakan yang lebih proaktif. Hal ini untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, indeks Hang Seng di Hong Kong merosot 2,37 persen pada jam terakhir perdagangan.

Saham Sun Art Retail Group anjlok lebih dari 23%, sehari setelah raksasa e-commerce China Alibaba Group mengumumkan untuk menjual saham mayoritasnya di jaringan hipermarket tersebut.

Saham Alibaba turun lebih dari 1%. Indeks Kospi Korea Selatan sedikit lebih rendah hingga ditutup pada 2.398,94 sementara Kosdaq naik 1,24% menjadi 686,63. Pasar dibuka satu jam lebih lambat dari biasanya, karena upacara pembukaan tahun baru.

 

Indeks Saham Acuan Lainnya

Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)
Ilustrasi bursa saham Asia (Foto by AI)

Rhee Chang-yong, gubernur bank sentral negara itu, mengatakan dalam pidato Tahun Baru yang dirilis Kamis kebijakan moneter akan "dikelola dengan fleksibilitas dan kelincahan" mengingat "peningkatan ketidakpastian politik dan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bank of Korea, yang telah memangkas suku bunga secara berturut-turut  yang pertama sejak 2009 akan mengumumkan keputusan suku bunga berikutnya akhir bulan ini.

Indeks S&P/ASX 200 Australia naik 0,52 persen hingga ditutup pada 8.201,2. Pasar di Jepang akan tetap tutup selama sisa minggu ini.

Selain itu, pelaku pasar di Asia juga menilai data produk domestik brutp (PDB) Singapura. Berdasarkan estimasi awal, ekonomi tumbuh 4,3 persen tahun ke tahun pada kuartal IV 2024, lebih lambat dari pertumbuhan 5,4 persen pada kuartal sebelumnya.

Perkiraan produk domestik bruto (PDB) awal sebagian besar disusun berdasarkan data dalam dua bulan pertama kuartal itu. Selain itu dapat direvisi ketika lebih banyak data tersedia, menurut Kementerian Perdagangan dan Industri.

Pertumbuhan ekonomi tahunan pada 2024 meningkat menjadi 4 persen dibandingkan 1,1 persen pada 2023, berdasarkan data resmi yang dirilis.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya