Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 28 Desember 2023. Indeks S&P 500 menguat tipis, mendekati level tertinggi baru sepanjang masa pada perdagangan 2023.
Mengutip CNBC, Jumat (29/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,04 persen ke posisi 4.783,35. Indeks S&P 500 mendekati level rekor tertinggi di 4.796,56 yang terjadi pada Januari 2022. Indeks Dow Jones bertambah 53,58 poin atau 0,14 persen ke posisi 37.710,10. Indeks Dow Jones menyentuh rekor tertinggi baru. Indeks Nasdaq melemah tipis 0,03 persen ke posisi 15.095,14.
Baca Juga
“Apa yang kami lihat sekarang adalah pasar menunjukkan ketahanan yang ekstrem, meski beberapa indikator teknis menunjukkan kondisi jenuh beli,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.
Advertisement
Ia menambahkan, setiap orang punya peluang saat pasar saham akan merosot dan pasar tidak akan anjlok secara berarti. “Hal ini memberi tahu saya kalau pembeli tetap memegang kendali yang jelas,” ujar dia.
Dengan hanya satu hari perdagangan yang tersisa pada 2023, semua rata-rata indeks saham acuan berada di zona positif. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing menguat hampir 13,8 persen dan 24,6 persen.
Sementara itu, indeks Nasdaq mencatat kinerja terbaik sejak 2003 dengan naik 44,2 persen. Kinerja indeks saham acuan yang lebih baik ini didorong euforia terhadap kecerdasan buatan dan bangkitnya kembali nama-nama perusahaan teknologi yang memiliki kapitalisasi besar setelah aksi jual yang terjadi pada 2022.
Tiga indeks acuan juga diperkirakan mencatat kenaikan selama sembilan minggu berturut-turut. Hal ini menekankan reli pasar pada akhir 2023 yang pulih dari kuartal III yang negatif. Indeks S&P 500 naik 11,6 persen pada kuartal ini dan menuju kinerja kuartalan terbaiknya dalam tiga tahun.
Saham-saham yang saat ini berada di tengah periode reli Sinterklas yang mengacu pada lima hari perdagangan terakhir pada akhir tahun dan dua hari pertama pada tahun baru. Rata-rata indeks S&P 500 naik 1,3 persen selama jangka waktu ini, per data sejak 1950 dari Stock Trader’s Almanac.
Dibayangi Sentimen Penurunan Suku Bunga The Fed
Sarhan menuturkan, menjelang berakhirnya 2023, indeks secara teknikal menguat untuk menciptakan hal yang kuat untuk saham pada 2024. Hal ini karena pasar menantikan penurunan suku bunga dan berlanjutnya penurunan inflasi. “Risiko terbesarnya saat ini adalah resesi,” kata dia.
Direktur Fidelity Investments, Jurrien Timmer menuturkan, pasar berada dalam kondisi yang baik karena penurunan suku bunga lebih lanjut menjaga perekonomian dalam skenario goldilocks. “Namun, masih ada pertanyaan mengenai seberapa jauh pasar benar-benar dapat berjalan,” ujar dia.
Ia mengatakan, beberapa penurunan suku bunga masuk akal karena inflasi telah turun. Timmer prediksi, kemungkinan akan bertahan sekitar 3 persen.
“Pasar itu seperti anak manja. Ia mendapat sedikit dan menginginkan lebih, dan itu adalah situasi yang sangat umum yang kita alami saat ini,” ujar dia.
Timmer optimistis terhadap pasar karena yakin pasar akan positif pada 2024. “Jika imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun tetap berada di antara level 4 persen-5 persen, pasar saham akan baik-baik saja,” ujar dia.
Ia menuturkan, valuasi saham sudah diperhitungkan sehingga memaksa laba melakukan peningkatan besar pada 2024.
“Pertanyaan terbukanya menurut saya adalah jika melihat perputaran dari the Magnificent Seven ke segala sesuatu yang telah tertinggal, dan menurut saya hal itu sangat mungkin terjadi, tren absolut seperti apa yang dihasilkannya,” ujar dia.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 27 Desember 2023
Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada perdagangan Rabu, 27 Desember 2023 seiring pelaku pasar mengawasi pergerakan indeks S&P 500 menuju level rekornya.
Dikutip dari CNBC, Kamis (28/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik tipis 0,14 persen ke posisi 4.781,58. Indeks Nasdaq bertambah 0,16 persen ke posisi 15.099,18. Indeks Dow Jones menguat 111,19 poin atau 0,3 persen ke posisi 37.656,52.
Indeks Dow Jones menyentuh level penutupan tertinggi terbaru. Sedangkan indeks S&P 500 berakhir kurang dari 0,5 persen dari rekor penutupan di 4.796,56 yang dicapai pada Januari 2022. Bersama dengan indeks Dow Jones dan Nasdaq, indeks S&P 500 juga mencatat kenaikan beruntun selama delapan minggu yang terpanjang sejak 2017.
"Pasar ingin menyelesaikan hal ini sebelum tahun ini berakhir. Ini adalah upaya utama, tetapi pada saat yang sama, ketika pasar mencapai titik tertinggi baru sepanjang masa, pasar mungkin rentan terhadap jeda pasca titik tertinggi,” ujar Chief Investment Strategis CFRA, Sam Stovall seperti dikutip dari CNBC.
Adapun 2023 merupakan tahun yang kuat bagi saham. Indeks Dow Jones dan S&P 500 siap mengakhir 2023 dengan kenaikan masing-masing 13 persen dan 24 persen. Indeks Nasdaq melonjak 44 persen, unggul di tengah kenaikan saham teknologi kapitalisasi besar dan euforia kecerdasan buatan.
Indeks acuan teknologi ini juga berada di jalur kenaikan terbesar dalam satu tahun sejak 2003, ketika melonjak 50 persen. Saham-saham berada di tengah-tengah apa yang disebut sebagai reli sinterklaus, suatu periode yang terdiri dari lima hari perdagangan terakhir pada akhir tahun dan dua hari pertama pada tahun baru.
Sentimen The Fed
Rata-rata indeks S&P 500 meningkat sekitar 1,3 persen selama jangka waktu ini, menurut the Stock Trader’s Almanac.
Stovall menuturkan, ,eski terdapat sentimen optimistis, beberapa pihak di wall street khawatir kalau pasar mungkin terlalu optimistis yang dapat menyebabkan kekecewaan jika the Federal Reserve (the Fed) mulai menurunkan suku bunga lebih lambat dari yang diperkirakan. Penetapan harga fed funds futures mencerminkan kemungkinan penurunan suku bunga yang signifikan pada awal Maret 2023.
"Ekspektasinya sangat tinggi saat ini. Itu selalu membuat saya gugup karena itu benar-benar bisa membuatmu patah hati. The Fed nampaknya masih sangat ingin untuk tidak melakukan kesalahan seperti tahun 1970-an,” ujar Portfolio Manager dan Chief Market Strategist Kayne Anderson Rudnick, Julie Biel.
Di sisi lain, Stovall mencatat 90 persen saham di indeks S&P 500 diperdagangkan di atas rata-rata pergerakan 50 hari menunjukkan “sedikit kegaduhan” di pasar. Data sentimen bullish baru-baru ini yang menunjukkan kegembiraan yang berlebihan juga dapat menempatkan investor pada risiko “tersesat” oleh kejadian-kejadian yang tidak diantisipasi.
Advertisement