Wall Street Turun Terbatas pada Akhir 2023, Saham Teknologi Kembali Bangkit

Wall street melemah tipis pada perdagangan saham Jumat, 29 Desember 2023. Akan tetapi, tiga indeks saham acuan catat kinerja positif pada 2023.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Des 2023, 06:53 WIB
Diterbitkan 30 Des 2023, 06:53 WIB
Wall Street Turun Terbatas pada Hari Terakhir Perdagangan 2023
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street susut pada perdagangan terakhir 2023, tepatnya pada Jumat, 29 Desember 2023. (Foto: Darian Garcia/Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street lesu pada perdagangan terakhir 2023, tepatnya pada Jumat, 29 Desember 2023. Namun, indeks acuan di wall street mencatat kinerja positif sepanjang 2023.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (30/12/2023),pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,28 persen ke posisi 4.769,83. Namun, sepanjang 2023, indeks S&P 500 mencatat penguatan 24,2 persen.

Penguatan indeks saham acuan itu didorong inflasi yang melambat, ekonomi tetap kuat dan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) isyaratkan bakal hentikan kenaikan suku bunga.

Indeks S&P 500 menguat selama sembilan minggu berturut-turut pada 2023. Ini merupakan rekor kemenangan beruntun terbaiknya sejak 2004. Saham-saham teknologi kapitalisasi besar angkat indeks Nasdaq ke pencapaian terbaik sejak 2020 karena antusiasme kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Sementara itu, indeks Dow Jones melemah 20,56 poin atau 0,05 persen ke posisi 37.689,54 pada Jumat pekan ini. Indeks Dow Jones melesat 13,7 persen pada 2023 dan mencatat rekor baru.

Indeks Nasdaq turun tipis 0,56 persen ke posisi 15.011,35 pada perdagangan Jumat pekan ini. Akan tetapi, sepanjang 2023, indeks Nasdaq melambung 43,4 persen, dan mencatat kinerja terbaik sejak 2020.

"Momentum tetap menguntungkan menjelang akhir tahun. Ini merupakan perjalanan yang sangat fenomenal,” ujar Senior Investment Strategist Edward Jones, Mona Mahajan.

Selama sepekan ini, indeks S&P 500 menguat 0,3 persen pada pekan ini. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing naik 0,8 persen dan 0,1 persen, dan mencatat kenaikan mingguan terbaik sejak 2019.

Adapun saham-saham kembali bangkit pada 2023 setelah 2022 merupakan tahun yang sulit. Hal tersebut didukung euforia kecerdasan buatan yang memicu kenaikan saham magnificent 7 antara lain saham Nvidia dan Microsoft.

Antusiasme tersebut memperkuat indeks bahkan ketika rata-rata saham mengalami kesulitan di tengah kenaikan suku bunga dan memicu kinerja lebih baik dari indeks Nasdaq.

Namun, dengan ada sinyal dari the Federal Reserve (the Fed) kemungkinan kenaikan suku bunga akan berakhir, dan bahkan dapat menurunkan suku bunga beberapa kali pada 2024.

Penguatan Indeks Acuan Bakal Berlanjut hingga 2024

Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)
Ilustrasi Bursa Efek New York atau New York Stock Exchange (Foto: Tomas Eidsvold/Unsplash)      

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mencapai di atas 5 persen pada akhir Oktober 2023 menjadi kurang dari 3,9 persen pada Jumat pekan ini.

Saat tingkat suku bunga turun dan data tenaga kerja tetap kuat, investor semakin yakin kemungkinan terjadinya “soft landing” di mana perekonomian AS dapat hindari resesi.

Akibatnya, reli pasar meluas pada kuartal IV 2023 dengan indeks Dow Jones mencatat rekor tertinggi pada Desember 2023. Indeks Russel 2000 yang berisi saham kapitalisasi kecil naik lebih dari 12 persen pada Desember dan mencatat kinerja terbaik sejak November 2020. Indeks ini juga mencatat kuartal terbaiknya sejak kuartal IV 2020.

CEO Laffer Tengler Investments, Nancy Tengler menuturkan, penguatan indeks saham acuan ini akan berlanjut hingga tahun baru, meski periode konsolidasi tidak mustahil karena beberapa perusahaan besar kalibrasi ulang.

Selain itu, wall street juga akan mewaspadai semakin banyak pernyataan the Fed yang mempertimbangkan prospek penurunan suku bunga jelang pertemuan pada Januari 2023. Hal ini dapat menyebabkan beberapa volatilitas awal pada tahun baru.

“Risiko yang dihadapi the Fed adalah mereka akan menunggu terlalu lama atau bergerak terlalu cepat. Jika mereka melakukan pemotongan terlalu cepat, dan kita melihat inflasi kembali meningkat, itu akan menjadi berita buruk bagi semua orang,” kata dia.

Investor Diimbau Hati-Hati

Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))
Ilustrasi Bursa Efek New York, di New York, Amerika Serikat (AS) ((Foto: Unsplash/Aditya Vyas))

Sementara itu, Managing Partner DCLA, Sarat Sethi menuturkan, investor harus berhati-hati dalam mengejar reli pasar saham baru-baru ini saat memasuki tahun baru.

“Saya pikir valuasinya melenceng dan menurut saya kuncinya adalah pasar sangat bergantung pada the Fed. Karena itulah yang menjadi poros kenaikan saham. Saya pikir Anda tidak akan mendapatkan banyak ekspansi, Anda harus mengalami pertumbuhan laba, dan kita masih hadapi ketidakpastian geopolitik di luar sana,” ujar Sethi.

Reli makin meluas jelang akhir tahun karena penurunan suku bunga. Investor bertaruh penurunan suku bunga the Fed pada 2024. Namun, saham-saham teknologi kapitalisasi besar menanggung beban sebelumnya masih terus meningkat.

“Segala sesuatunya dihargai dengan sempurna, terutama magnificent 7, dan kinerjanya baik-baik saja, tapi menurut saya ada peluang di tempat lain, dan menurut saya, Anda harus berhati-hati setelah kenaikan 24 persen untuk indeks S&P 500,” ujar Sethi.

Penutupan Wall Street pada 28 Desember 2023

Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)
Bursa Efek New York, Amerika Serikat (Foto: Unsplash/Jimmy Woo)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street  bervariasi pada perdagangan Kamis, 28 Desember 2023. Indeks S&P 500 menguat tipis, mendekati level tertinggi baru sepanjang masa pada perdagangan 2023.

Mengutip CNBC, Jumat (29/12/2023), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 naik 0,04 persen ke posisi 4.783,35.  Indeks S&P 500 mendekati level rekor tertinggi di 4.796,56 yang terjadi pada Januari 2022. Indeks Dow Jones bertambah 53,58 poin atau 0,14 persen ke posisi 37.710,10. Indeks Dow Jones menyentuh rekor tertinggi baru. Indeks Nasdaq melemah tipis 0,03 persen ke posisi 15.095,14.

“Apa yang kami lihat sekarang adalah pasar menunjukkan ketahanan yang ekstrem, meski beberapa indikator teknis menunjukkan kondisi jenuh beli,” ujar CEO 50 Park Investments, Adam Sarhan.

Ia menambahkan, setiap orang punya peluang saat pasar saham akan merosot dan pasar tidak akan anjlok secara berarti. “Hal ini memberi tahu saya kalau pembeli tetap memegang kendali yang jelas,” ujar dia.

Dengan hanya satu hari perdagangan yang tersisa pada 2023, semua rata-rata indeks saham acuan berada di zona positif. Indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing menguat hampir 13,8 persen dan 24,6 persen.

 

Kinerja Indeks Saham Acuan

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Sementara itu, indeks Nasdaq mencatat kinerja terbaik sejak 2003 dengan naik 44,2 persen. Kinerja indeks saham acuan yang lebih baik ini didorong euforia terhadap kecerdasan buatan dan bangkitnya kembali nama-nama perusahaan teknologi yang memiliki kapitalisasi besar setelah aksi jual yang terjadi pada 2022.

Tiga indeks acuan juga diperkirakan mencatat kenaikan selama sembilan minggu berturut-turut. Hal ini menekankan reli pasar pada akhir 2023 yang pulih dari kuartal III yang negatif. Indeks S&P 500 naik 11,6 persen pada kuartal ini dan menuju kinerja kuartalan terbaiknya dalam tiga tahun.

Saham-saham yang saat ini berada di tengah periode reli Sinterklas yang mengacu pada lima hari perdagangan terakhir pada akhir tahun dan dua hari pertama pada tahun baru. Rata-rata indeks S&P 500 naik 1,3 persen selama jangka waktu ini, per data sejak 1950 dari Stock Trader’s Almanac.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya