Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) dikabarkan akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. Hal itu muncul di tengah isu unit usaha syariah (UUS) BTN, yaitu BTN Syariah akan memisahkan diri.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi menuturkan, saat ini belum ada permohonan perizinan terkait rencana aksi korporasi dimaksud.
Baca Juga
"Namun demikian, kedua pihak telah melakukan komunikasi dengan OJK. Dalam hal terdapat bank mengajukan permohonan kepada OJK, maka kami akan segera mengevaluasi dan memproses sesuai ketentuan yang berlaku," kata Inarno dalam keterangan resminya, Sabtu (12/1/2024).
Advertisement
Terkait dengan upaya pengembangan dan penguatan industri perbankan syariah, OJK akan mendukung langkah konsolidasi yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan perbankan syariah Indonesia.
Ia melanjutkan, OJK akan terus mendorong terjadinya konsolidasi BUS dan UUS untuk menjadi bank syariah baru dengan minimal total aset Rp 200 triliun.
"Kami harapkan akan ada 1-2 BUS hasil konsolidasi," kata dia.
Selanjutnya, dengan upaya konsolidasi ini diharapkan struktur pasar perbankan syariah ke depan akan lebih ideal dengan kehadiran beberapa bank syariah berskala besar yang lebih kompetitif.
Spin Off Unit Usaha Syariah, BTN Bakal Akuisisi Salah Satu Bank
Sebelumnya diberitakan, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau Bank BTN siap mengakuisisi salah satu bank sebagai strategi pemisahan atau spin off Unit Usaha Syariah (UUS) milik perbankan.
Direktur Utama Bank BTN Nixon Napitupulu mengatakan, strategi spin off ini bakal diikuti oleh penggabungan BTN dengan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI).
"Memang skemanya kan spin off dulu, baru nanti di ujungnya dikerjasamakan dengan BSI," ujar Nixon di sela-sela acara acara akad massa KPR BTN di Perumahan Puri Delta Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (8/8/2023).
Skema ini dipilih lantaran opsi pengalihan aset tidak memungkinkan dilakukan saat ini. Bank BTN kemudian bernegosiasi dengan Kementerian BUMN untuk melakukan spin off.
"Ada risiko yang cukup besar kalau polanya pengalihan aset. Sehingga kita sepakati dengan BUMN, polanya adalah spin off dulu, nanti equity-nya akan dikerjasamakan dengan BSI," terang Nixon.
Nixon menyampaikan, Bank BTN juga tengah bernegosiasi dengan salah satu bank untuk proses jual beli. Namun, ia belum mau membocorkan nama bank dimaksud.
"Kita lagi proses, kita harap bisa ada kontak kesepakatan jual belinya dengan salah satu bank yang kita lagi deketin sebelum akhir tahun," kata Nixon.
Advertisement
Langkah Spin Off
"Ini lagi nego harga dengan mereka. Kita enggak ngejar buat PT baru, jadi kita akuisisi salah satu bank, dan itu jadi syariah. Kemudian kalau sudah jadi, BSI nanti masuk sebagai pemegang saham," tuturnya.
Adapun langkah spin off ini diambil setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meluncurkan Peraturan OJK (POJK) 12/2023 tekajt spin off Unit Usaha Syariah.
Regulasi ini mewajibkan UUS dengan nilai aset 50 persen dari bank umum konvensional (BUK) atau memiliki jumlah aset minimal Rp 50 triliun menyampaikan permohonan izin atau persetujuan paling lama 2 tahun pasca POJK diterbikan untuk menjadi entitas sendiri.
Di sisi lain, nilai aset Bank BTN Syariah terpantau mengalami pertumbuhan. Pada semester I 2023, aset perbankan melonjak 14,69 persen menjadi Rp 46,27 triliun. Pada periode sama tahun sebelumnya, nilai aset BTN Syariah tercatat sebesar Rp 40,35 triliun.
Laba BTN Syariah Meroket 70 Persen, Capai Rp 400,8 Miliar
Sebelumnya diberitakan, Unit Usaha Syariah milik PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mencatatkan lonjakan positif per kuartal III/2023. Kinerja BTN Syariah tersebut ikut mendongkrak perolehan laba bersih Bank BTN.
Adapun, laporan keuangan Bank BTN menunjukkan laba bersih Unit Usaha Syariah (UUS) BTN melonjak 70,40% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari Rp235,27 miliar di kuartal III/2022 menjadi senilai Rp400,89 miliar.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan kinerja positif BTN Syariah tersebut sejalan dengan semakin besarnya minat masyarakat Indonesia untuk membeli rumah melalui skema pembiayaan syariah.
“Masyarakat Indonesia mayoritas merupakan muslim yang merupakan basis nasabah yang kuat untuk bisnis pembiayaan perumahan dengan skema syariah. Kami optimistis BTN Syariah memiliki ruang besar untuk terus bertumbuh besar sehingga dapat melayani kebutuhan pembiayaan perumahan masyarakat Indonesia,” jelas Nixon di Jakarta, Senin (27/11/2023).
Perolehan laba bersih BTN Syariah tersebut disumbang penyaluran pembiayaan yang naik hingga 17,94% yoy dari Rp30,35 triliun menjadi Rp35,79 triliun per kuartal III/2023. Hingga kuartal III/2023, pembiayaan perumahan tercatat masih mendominasi penyaluran pembiayaan di BTN Syariah atau sebesar 97,43%.
Perolehan DPK
BTN Syariah juga telah menghimpun DPK senilai Rp36,25 triliun pada kuartal III/2023 atau naik 16,76% yoy dari Rp31,05 triliun di kuartal III/2022. Dengan kinerja tersebut, aset syariah tercatat naik 17,26% yoy dari Rp41,29 triliun pada kuartal III/2022 menjadi Rp48,41 triliun per kuartal III/2023.
Sementara itu, laba bersih BTN Syariah juga turut menopang perolehan laba bersih Bank BTN. Per kuartal III/2023, Bank BTN mencatatkan laba bersih senilai Rp2,31 triliun atau sesuai target perseroan.
Selain disumbang bisnis syariah, perolehan laba bersih Bank BTN juga ditopang bisnis perseroan yang positif mulai dari KPR, high yield loan, hingga lonjakan fee based income.
Advertisement
Optimistis Capai Target
Nixon menuturkan hingga akhir tahun, perseroan optimistis akan mencatatkan kinerja sesuai target. "Mulai bergairahnya sektor perumahan dan insentif Pemerintah akan semakin mendorong bisnis pembiayaan sektor perumahan tumbuh positif hingga 2024. Momentum tersebut terus kami manfaatkan dengan berbagai inisiatif bisnis yang terus kami lakukan," ujar Nixon.
Laporan keuangan Bank BTN menunjukkan per kuartal III/2023, bank yang berfokus pada pembiayaan perumahan ini mencatatkan total kredit dan pembiayaan senilai Rp318,30 triliun atau naik 9,87% yoy.
Peningkatan tersebut didorong pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi yang naik 11,87% yoy dari Rp140,97 triliun menjadi Rp157,71 triliun pada kuartal III/2023.
Berbagai inisiatif Bank BTN pun terus menunjukkan kinerja positif. Segmen high yield loan misalnya, menunjukkan kinerja moncer. Kredit Ringan (Kring) untuk pegawai naik 17,59% yoy menjadi Rp4,32 triliun per kuartal III/2023.
Di periode yang sama, Kredit Agunan Rumah (KAR) tumbuh 10,63% yoy menjadi Rp7,34 triliun. Kredit Usaha Rakyat (KUR) pun melonjak 162,82% yoy menjadi Rp1,60 triliun di kuartal III/2023.