Wall Street Tergelincir Imbas Kenaikan Imbal Hasil Obligasi hingga Penjualan Ritel AS

Wall street melemah pada perdagangan Rabu, 17 Januari 2024 waktu setempat seiring kenaikan imbal hasil obligasi dan data ekonomi lebih kuat dari perkiraan.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jan 2024, 08:29 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2024, 07:09 WIB
Wall Street Tergelincir Imbas Kenaikan Imbal Hasil Obligasi hingga Penjualan Ritel AS
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan Rabu, (18/1/2024).(AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tertekan pada perdagangan Rabu, 17 Januari 2024. Koreksi wall street terjadi seiring rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Kamis (18/1/2024),pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 94,45 poin atau 0,25 persen ke posisi 37.266,67. Indeks Dow Jones turun dalam tiga hari berturut-turut.

Indeks S&P 500 merosot 0,56 persen ke posisi 4.739,21. Indeks Nasdaq tergelincir 0,59 persen ke posisi 14.855,62.

Sementara itu, saham Charles Schwab merosot 1,3 persen setelah melaporkan hasil kuartalan yang beragam. Saham Walgreens dan Caterpilar masing-masing turun 3 persen. Dua saham tersebut memimpin koreksi di indeks Dow Jones.

Di sisi lain, saham Boeing naik 1,3 persen, dan mencatatkan keuntungan terbesar di indeks Dow Jones setelah turun tajm baru-baru ini.

Data penjualan ritel pada Desember yang lebih kuat dari perkiraan menunjukkan konsumen yang tangguh dan keraguan akan penurunan suku bunga agresif dari the Federal Reserve.

Sementara itu, penjualan ritel naik 0,6 persen pada November, dan naik 0,4 persen month over month (MoM) termasuk otomotif. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan penjualan ritel 0,4 persen dari month-to-month dan kenaikan penjualan ritel sebesar 0,2 persen dari bulan ke bulan.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun terakhir diperdagangkan naik hampir 4 basis poin menjadi 4,102 persen melanjutkan kenaikannya pada perdagangan Selasa pekan ini setelah Gubernur the Federal Reserve Christopher Waller memperingatkan pelonggaran kebijakan moneter mungkin lebih lambat dari yang diperkirakan.

Sejauh ini, pelaku pasar prediksi kemungkinan besar 57 persen the Federal Reserve (the Fed) akan mulai menurunkan suku bunga pada Maret seiring dengan meningkatnya harapan untuk melakukan perubahan, menurut FedWatch dari CME Group.

“Pada akhir tahun ini, suku bunga kemungkinan akan lebih rendah dibandingkan sekarang, tetapi hal ini tidak akan berjalan mulus,” ujar Senior Portfolio Manager Globalt Investments, Thomas Martin.

Gerak Saham di Wall Street

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Ia menambahkan, sementara itu, pelaku pasar berada pada posisi agresif untuk mengambil risiko dan menjadi sedikit lebih terdiversifikasi dalam memiliki saham seiring lebih banyak penurunan suku bunga. “Anda memang ingin memegang obligasi, tetapi Anda juga ingin memegang saham,” ujar Martin.

Adapun saham real estate menjadi penghambat terbesar di indeks S&P 500 pada Rabu pekan ini, dan menyeret sektor saham tersebut turun 1,2 persen.

Saham Boston Propertis alami kerugian terbesar di sektor ini dengan turun hampir 3 persen. Saham Prologis, Healthpeak Properties dan Equinix masing-masing turun lebih dari 1 persen.

Saham layanan komunikasi, teknologi informasi dan konsumen merosot hampir 1 persen. Saham Semiconductor, NXP Semiconductors dan Jabil turun 3 persen. Sedangkan saham Enpahse Energy dan Fortinet melemah 3 persen.

Penutupan Wall Street pada 16 Januari 2024

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street tergelincir pada perdagangan saham Selasa, 16 Januari 2024. Indeks Dow Jones merosot seiring imbal hasil obligasi kembali naik.

Selain itu,pelaku pasar juga mencerna rilis laporan keuangan perusahaan kuartal IV. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 231,86 poin atau 0,62 persen ke posisi 37.361,12. Indeks S&P 500 tergelincir 0,37 persen ke posisi 4.765,98. Indeks Nasdaq terpangkas 0,19 persen ke posisi 14.944,35. Adapun wall street Senin libur memperingati Hari Martin Luther King Jr. Demikian dikutip dari CNBC, Rabu (17/1/2024).

Saham Boeing anjlok sekitar 7,9 persen setelah Wells Fargo menurunkan peringkat perusahaannya menjadi equal weight dari overweight. Koreksi saham Boeing terjadi seiring masalah yang sedang berlangsung dengan model 737 Max 9.

Sementara itu, saham AMD melonjak 8,3 persen menyusul komentar optimistis analis mengenai permintaan semikonduktor. Produsen chip tersebut mencoba mengejar Nvidia dalam kompetisi kecerdasarn buatan. Saham Nvidia naik ke level tertinggi dalam 52 minggu dan dijadwalkan untuk melaporkan kinerjanya pada 30 Januari 2024.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik lebih dari 11 basis poin menjadi 4,064 persen setelah Gubernur The Federal Reserve (the Fed) Christopher Wallser dalam pidatonya mengindikasikan bank sentral akan melonggarkan kebijakan moneter lebih lambat dari perkiraan wall street.

Beberapa bank besar merilis laba kuartalannya pada Selasa pagi. Goldman Sachs melaporkan laba dan pendapatan lebih baik dari perkiraan. Sementara itu, Morgan Stanley membukukan pendapatan yang mengalahkan pada kuartal IV. Saham Goldman Sachs naik tipis 0,7 persen. Sedangkan saham Morgan Stanley turun lebih dari 4 persen.

 

 

Kinerja Keuangan Perusahaan

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

“Sejauh ini, tampaknya konsumen bertahan dengan cukup baik. Kalau dilihat secara keseluruhan, bank-bank yang sudah melaporkan secara umum pembelanjaannya oke. Saldo kartu kredit meningkat, tetapi kami juga mengalami pertumbuhan rekening yang lebih besar,” ujar Senior Investment Strategist U.S Bank Asset Management, Tom Hainlin.

Sekitar 30 perusahaan S&P 500 telah melaporkan kinerja kuartal IV. Dari jumlah tersebut, 78 persen telah melampaui harapan laba, menurut FactSet.

Investor juga menantikan data penjualan ritel Desember yang akan dirilis Rabu pekan ini, yang dapat memicu ketakutan resesi dan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi jika belanja konsumen Amerika Serikat (AS) menurun.

Sementara itu, UBS melihat indeks S&P 500 kembali memasuki tahun yang kuat lagi. UBS menaikkan target akhir tahun indeks S&P 500 dari 4.850 menjadi 5.150, naik 7,7 persen dari penutupan Jumat lalu. Indeks S&P 500 pekan lalu di posisi 4.783,83.

“Mengingat perubahan kebijakan the Fed baru-baru ini, penurunan harapan suku bunga dan revisi EPS 2024 yang berada di atas tren, kami sekarang menerima skenario kenaikan ini sebagai kasus dasar kami,” tulis Analis UBS Jonathan Golub.

Ia menambahkan, meski kinerja laba akan mendorong imbal hasil pada 2024, penurunan suku bunga akan mendukung kelipatan lebih tinggi secara bertahap.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya