Liputan6.com, Jakarta - Saham Intel merosot 12 persen pada perdagangan Jumat, 26 Januari 2024. Penurunan saham Intel itu termasuk paling tajam sejak Juli 2020, setelah produsen chip itu mengeluarkan perkiraan untuk kuartal saat ini jauh di bawah prediksi analis.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (27/1/2024), dalam laporan laba pada Kamis, 26 Januari 2024, Intel mengalahkan laba dan pendapatan, tetapi produsen chip itu prediksi laba yang disesuaikan 13 sen per saham pada kuartal ini dengan penjualan antara USD 12,2 miliar-USD 13,2 miliar.
Baca Juga
Analis prediksi laba 33 sen per saham dari pendapatan USD 14,15 miliar, menurut LSEG. Panduan pendapatan Intel untuk kuartal pertama berada di bawah perkiraan analis, menurut riset CNBC.
Advertisement
Beberapa bagian industri semikonduktor meskipun berkembang pesat karena tingginya permintaan akan chip kecerdasan buatan, bagian server lainnya seperti unit pemprosesan pusat atau CPU yang dibuat Intel tidak memiliki momentum yang sama.
Perkiraan konsensus analis untuk laba Intel untuk kuartal kedua, ketiga, dan keempat 2024 turun. Kepada analis, CEO Intel Patrick Gelsinger menuturkan, kinerja penjualan kuartal pertama akan terpukul karena kelemahan di Mobileye. Intel memiliki saham mayoritas, serta unit chip perusahaan yang dapat di-program.
Dia juga menuturkan, bisnis inti PC dan chip server perusahaan tetap “sehat” dan akan melaporkan penjualan pada kisaran harga musiman yang rendah.
"Walaupun penurunan yang besar tersebut jelas merupakan yang negatif, kami merasa terdorong penyebab dari pelemahan tambahan ini sebagian besar berada di luar segmen CPU, PC/DC, inti INTC,’ ujar Analis Deutsche Bank, Seymour Ross.
Pada Jumat sore, 26 Januari 2024, saham Intel diperdagangkan pada USD 43,68. Angka tersebut turun 13 persen pada 2024 setelah hampir dua kali lipat pada 2023.
Investasi Terbesar, Intel Mau Bangun Pabrik Chip Rp 385 Triliun di Israel
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Israel dan Intel menyepakati pembangunan pabrik pembuat chip senilai USD 25 miliar atau Rp 385,2 triliun di wilayah selatan negara tersebut.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melihat kesepakatan itu sebagai investasi terbesar dalam sejarah Israel.
Intel diketahui ingin memperluas pabrik pembuat chip yang ada di Kiryat Gat, sekitar 16 mil timur laut Gaza.
"Intel telah memilih untuk menyetujui investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya sebesar USD 25 miliar dan mendirikan pabrik barunya di Israel," kata Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich, dikutip dari CNN Business, Rabu (27/12/2023).
"Investasi ini menjanjikan untuk mendorong peluang kerja berkualitas tinggi dengan peningkatan produktivitas di daerah terpencil dan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Israel,” tambahnya, dalam sebuah postingan di platform X.
Perusahaan mengkonfirmasi rencana investasi pada Selasa (26/12).
"Pertumbuhan fasilitas manufaktur Kiryat Gat kami merupakan sumber kebanggaan yang luar biasa bagi karyawan kami di Israel, dan merupakan cerminan dari komitmen teguh mereka terhadap keunggulan,” kata Daniel Benatar, co-general manager Intel Israel, dalam sebuah pernyataan.
Sementara Pemerintah Israel akan juga menyiapkan hibah sebesar USD 3,2 miliar atau Rp. 49,3 triliun untuk perluasan pabrik di Kiryat, menurut laporan media lokal negara itu.
Pabrik baru ini dijadwalkan dibuka pada tahun 2028 dan beroperasi hingga tahun 2035.
Dilaporkan, pekerja konstruksi sedang berlangsung untuk mempersiapkan perluasan lokasi, dan sebagian besar bangunan telah selesai.
Pekerjaan konstruksi tersebut berjalan meski gempuran Israel di jalur Gaza belum menunjukkan tanda akhir.
Advertisement
Intel Miliki 11.700 Karyawan di Israel
Intel sendiri telah mempekerjakan 11.700 orang di Israel dan telah menginvestasikan lebih dari USD 50 miliar di negara tersebut selama 50 tahun terakhir.
Intel mengatakan rencana perluasan situs Kiryat Gat akan membantu meningkatkan kemampuannya dalam mendapatkan bahan dan chip di seluruh dunia.
Sebelumnya, pada tahun 2022 Intel mengatakan bahwa mereka akan menginvestasikan USD 20 miliar untuk membangun dua fasilitas pembuatan chip baru di AS, serta hingga USD 90 miliar untuk pabrik baru di Eropa.