The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga 2 Kali pada 2024

Pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve akan menjadi sentimen pasar pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jun 2024, 07:14 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 07:14 WIB
The Fed Bakal Pangkas Suku Bunga 2 Kali pada 2024
Pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan kembali menjadi perhatian pelaku pasar.(Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) akan kembali menjadi perhatian pelaku pasar. Hal ini setelah data ekonomi yang bervariasi dari Amerika Serikat (AS) dan penurunan suku bunga dari Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Kanada.

Sentimen tersebut membuat pelaku pasar berharap terhadap pertemuan the Fed. "Ini akan menjadi pertemuan penting seperti yang kita harapkan sebuah dot plot baru bersama dengan harapan the Fed terhadap ekonomi AS ke depan dan arah yang ditetapkan,” demikian mengutip dari riset Ashmore Asset Management Indonesia.

Berdasarkan data inflasi yang dilihat sejak kuartal I, kalau melihat dari dot plot menunjukkan penurunan suku bunga sebanyak dua kali saja pada 2024. Hal ini memungkinkan tingkat fleksibilitas lebih besar bagi the Fed serta menunjukkan peningkatan kehati-hatian di kalangan pejabat the Fed.

Hal ini mengingatkan ketua the Fed Jerome Powell sering menekankan pentingnya meraih kepercayaan lebih besar terhadap inflasi secara berkelanjutan bergerak lebih rendah. Diperlukan melihat banyak data sebelum the Fed memutuskan mengambil tindakan. Data Bloomberg terbaru menunjukkan harapan lebih tinggi terhadap penurunan suku bunga.

"Jika memang demikian, penurunan suku bunga sudah diperkirakan sepenuhnya pada November, dan satu lagi sudah diperkirakan kemungkinan besar pada Desember,” demikian dikutip.

Selain itu, pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 49 basis poin pada akhir tahun dibandingkan harapan pekan lalu 34 basis poin.

Adapun Ashmore melihat ketidakpastian global masih menjadi tema utama. “Kami merekomendasikan untuk tetap melakukan diversifikasi di reksa dana saham dan pendapatan tetap,”

Adapun pada pekan lalu, IHSG ditutup melemah ke posisi 6.898. Koreksi IHSG didorong sektor saham infrastruktur dan bahan baku yang masing-masing berkontribusi 4,27 persen.

 

Sentimen Pekan Lalu

IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada pekan lalu, sentimen datang dari Amerika Serikat yang menunjukkan data tenaga kerja lebih rendah dari yang diharapkan. Namun, the ISM Services PMI di Amerika Serikat melonjak menjadi 53,8 pada Mei 2024, tertinggi dalam sembilan bulan dan di atas harapan 50,8. Di sisi lain, inflasi inti lebih rendah dari yang diharapkan.

"Hal ini membawa harapan yang lebih optimistis penurunan suku bunga,” demikian dikutip.

Selain itu, Bank Sentral Kanada juga memangkas suku bunga 25 basis poin menjadi 4,75 persen pada Juni 2024, seperti yang diharapkan. Bank sentral Kanada juga berikan sinyal akan pangkas suku bunga lagi jika inflasi melambat. Bank Sentral Kanada memiliki kepercayaan diri kuat kalau inflasi akan penuhi target.

Selain itu, Bank Sentral Eropa juga memotong suku bunga acuan 25 basis poin pada Juni 2024, dan sesuai harapan pelaku pasar. Hal ini setelah inflasi turun lebih dari 2,5 persen sejak September 2023. Dari Indonesia tercatat deflasi 0,03 persen pada Mei 2024, pertama sejak Agustus 2023.

Kinerja IHSG Pekan Lalu

IHSG Berada di Zona Merah
Pasca libur panjang IHSG dibayangi banyak sentimen, mulai dari peperangan hingga nilai tukar dollas AS yang saat ini menembus Rp16.000,-. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan 3-7 Juni 2024. Analis menuturkan, IHSG tertekan seiring aksi jual dan koreksi saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (7/6/2024), IHSG anjlok 1,04 persen ke posisi 6.897,95 dari pekan lalu 6.970,73. Kapitalisasi pasar bursa terpangkas 2,85 persen menjadi Rp 11.488 triliun dari pekan lalu Rp 11.825 triliun. Rata-rata frekuensi transaksi selama sepekan turun 17,94 persen menjadi 927 ribu kali transaksi dari 1,13 juta kali transaksi pada pekan lalu.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian selama sepekan terbenam 23,82 persen menjadi 15,79 miliar saham dari 20,73 miliar saham pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian pekan ini anjlok 42,69 persen menajdi Rp 10,39 triliun dari Rp 18,12 triliun.

Pada Jumat, 7 Juni 2024, investor asing jual saham Rp 894,24 miliar. Sepanjang 2024,investor asing jual saham Rp 8,59 triliun.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG susut 1,04 persen selama sepekan dan masih didominasi volume penjualan. Selain itu, aliran dana keluar dari pasar modal Indonesia mencapai Rp 1,5 triliun pada Kamis, 6 Juni 2024. Ia mengatakan, banyak terdapat rilis data Amerika Serikat dan China yang menunjukkan kedua negara itu membaik.

“Dari Indonesia terdapat pelemahan significan terhadap saham BREN yang saat ini menempati peringkat terbesar ketiga setelah BBCA dan AMMN,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan pada akhir pekan ini, Herditya menuturkan, IHSG dibebani sejumlah sektor saham antara lain sektor saham keuangan yang susut 1,35 persen, diikuti sektor saham teknologi terbenam 1,31 persen.

 

 

 

Prediksi IHSG

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Herditya mengatakan, untuk pekan depan, IHSG masih rawan koreksi. IHSG akan menguji posisi 6.843-6.884 sekaligus menutup gap yang ada. “Untuk sentimen ada rilis data inflasi China dan Amerika Serikat serta keputusan Fed Fund Rate (FFR) dari the Federal Reserve atau the Fed.

Mengawali pekan ini terdapat pencatatan 3 obligasi dan 1 sukuk di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada Rabu, 5 Juni 2024, Obligasi Berkelanjutan IV Summarecon Agung Tahap III Tahun 2024 oleh PT Summarecon Agung Tbk mulai dicatatkan di BEI, dengan nilai obligasi sebesar Rp1,3 trilliun. Hasil pemeringkatan dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) atas obligasi ini adalah idA+ (Single A Plus) dengan Wali Amanat adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pada Kamis, 6 Juni 2024,  Obligasi Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap II Tahun 2024 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Dian Swastatika Sentosa Tahap II Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Dian Swastatika Sentosa Tbk, dan Obligasi Berkelanjutan II Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry Tahap IV Tahun 2024 yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mulai dicatatkan di BEI.

 

Total Emisi Obligasi dan Sukuk

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Dian Swastika Sentosa Tbk menerbitkan obligasi dan sukuk senilai masing-masing Rp1,052 trilliun dan Rp 447,48 miliar. Sementara itu, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry menerbitkan obligasi senilari Rp1,023 trilliun. Hasil pemeringkatan PEFINDO atas obligasi Bdan sukuk yang diterbitkan oleh

PT Dian Swastika Sentosa Tbk adalah idAA (Double A) dengan Wali Amanat PT Bank KB Bukopin Tbk. Sedangkan obligasi yang diterbitkan oleh PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry mendapatkan pemeringkatan idA (Single A) dari PEFINDO dengan Wali Amanat PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

Total Obligasi

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang tahun 2024 adalah 45 emisi dari 30 emiten dengan nilai Rp46,16 triliun. Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI adalah 558 emisi dengan nominal outstanding Rp463,78 triliun dan USD50,049 juta, yang diterbitkan oleh 130 emiten.

Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 186 seri dengan nilai nominal Rp5.983,72 triliun dan USD502,10 juta. sebanyak 10 emisi EBA telah tercatat di BEI dengan nilai Rp2,97 triliun.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya