Cuan, Laba Produsen Boba Ini Melesat 119,64% di Semester I 2024

Produsen boba, PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) mengumumkan kinerja paruh pertama tahun in yang berakhir pada 31 Juni 2024. Pada periode tersebut, perusahaan berhasil membukukan kinerja yang mengesankan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 24 Jul 2024, 11:39 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 11:39 WIB
Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Produsen boba, PT Formosa Ingredient Factory Tbk (BOBA) mengumumkan kinerja paruh pertama tahun in yang berakhir pada 31 Juni 2024. Pada periode tersebut, perusahaan berhasil membukukan kinerja yang mengesankan.

Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (24/7/2024), penjualan perseroan pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 83,73 miliar. Pendapatan itu naik 34,79 persen Rp 62,12 miliar pada semester I 2023.

Bersamaan dengan itu, beban pokok penjualan naik menjadi Rp 59,03 miliar dari Rp 48,47 miliar pada semester I 2023. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan laba kotor Rp 24,7 miliar, naik dari Rp 13,65 miliar yang dicatatkan pada semester I 2023.

Beban usaha pada semester I 2024 juga mengalami kenaikan menjadi Rp 14,91 miliar dibanding Rp 11,05 miliar yang dicatatkan pada semester I 2023. Alhasil, laba operasi pada semester I 2024 tercatat sebesar Rp 9,8 miliar, masih naik dibanding laba operasi semester I tahun lalu yang sebesar Rp 2,61 miliar.

Perseroan membukukan pendapatan keuangan Rp 154,16 juta dan beban keuangan Rp 29,85 juta. Kemudian pendapatan lain-lain tercatat sebesar Rp 616,19 juta dan beban lain-lain RP 1,32 miliar.

Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 7,11 miliar. Laba itu naik 119,64 persen dibandingkan laba tahun berjalan periode paruh pertama tahun lalu yang tercatat sebesar RP 3,24 miliar.

Aset perseroan sampai dengan Juni 2024 turun menjadi Rp 172,79 miliar dari Rp 175,63 miliar pada Desember 2023. Liabilitas juga turun menjadi Rp 22,72 miliar dari sebelumnya Rp 24,57 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan 30 Juni 2024 tercatat sebesar Rp 150,07 miliar, turun dari RP 151,05 miliar pada akhir tahun lalu.

 

Menelisik Prospek Emiten Kapitalisasi Besar pada Semester II 2024, Apakah Masih Menarik?

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham emiten kapitalisasi besar atau big caps masih menarik dicermati pada semester kedua 2024. Hal tersebut seiring potensi kenaikan pada sektor perbankan yang mendominasi saham dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Pada perdagangan Selasa,23 Juli 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,11 persen ke posisi 7.313,857. Sementara indeks LQ5, indeks yang menampung saham paling likuid di Bursa, parkir pada posisi 923 atau stagnan. Berdasarkan data Bursa, indeks LQ45 turun 4,87 persen sejak awal tahun atau secara year to date (YTD).

"Secara prospek emiten big caps masih memiliki potensi melanjutkan kenaikan seperti pada sektor banking. Hal ini dipengaruhi oleh estimasi penurunan suku bunga oleh The Fed dan berpotensi mendatangkan inflow ke market kita," kata Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis Setyo Wibowo kepada Liputan6.com, Rabu (24/7/2024).

Azis merekomendasikan saham BBCA dengan TP 11.000. Kemudian BBRI dengan TP 5.700, TLKM dengan TP 3.500, dan ASII dengan TP 5.400. Saham ICBP dengan TP 11.600, AMRT dengan TP 3.300, dan PGAS dengan TP 1.800. Serta EXCL dengan TP 2.700, SMGR dengan TP 4.750, dan SIDO dengan TP 800.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Dimas Krisna Ramadhani mencermati, kebijakan suku bunga masih menjadi perhatian utama pelaku pasar saat ini. Untuk jangka pendek, Dimas mengimbau investor untuk memperhatikan sejumlah sentimen, yakni PDB AS kuartal II 2024, laporan kinerja emiten pada kuartal II 2024 dan Core PCE AS Juni. Pada Kamis mendatang, AS akan mengumumkan pertumbuhan PDBnya untuk kuartal II ini.

 

Laporan Keuangan Emiten

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurut konsensus, PDB AS kuartal II akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2% atau lebih tinggi dari catatan kuartal I yang hanya sebesar 1,4%.

"Jika dilihat dari pertumbuhan PDB dalam 3 kuartal terakhir, laju pertumbuhan PDB AS menunjukan pertumbuhan terendah sejak mengalami kontraksi pada semester I 2022 yang lalu. Hal ini juga yang bisa memicu The Fed dalam mengambil keputusan suku bunganya dengan melihat data PDB tersebut yang menggambarkan kondisi ekonomi AS saat ini," kata Dimas.

Kedua, laporan kinerja kuartal II 2024 emiten di IHSG. Melihat historical data mengenai waktu penyampaian laporan keuangan kuartalan, ada beberapa emiten besar di IHSG yang berpotensi menyampaikan capaian kinerjanya kuartal II 2024 pada pekan ini.

Seperti BBCA dan BBNI, di mana keduanya menyampaikan laporan keuangan kuartal II 2023 pada 25 Juni 2023. Apabila tidak ada perubahan, besar kemungkinan kedua emiten big banks tersebut juga akan menyampaikan laporan kinerja kuartal II 2024 pada tanggal yang sama, yakni 25 Juli 2024.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya