Liputan6.com, Jakarta - Dinamika perekonomian global kembali menghadirkan sentimen yang beragam pasar modal. Bukan hanya pergantian pemerintahan Indonesia, namun Pilpres AS yang menghadirkan kejutan dengan pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan.
Head of Fixed Income Research Sinarmas Sekuritas Aryo Perbongso menekankan harapannya agar data terkini di AS memberi dampak signifikan bagi pasar di Indonesia.
”Terkait dengan data terbaru dari US seperti data inflasi yang turun dan labor market data yang melemah memberikan harapan terkait dengan FED cut rate akan menguat di bulan September 2024, serta terjadi 2 kali di tahun 2024.” jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (26/7/2024).
Advertisement
Dengan adanya ekspektasi tersebut membuat imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun mencapai 4,21%, sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun juga ikut menurun sebesar 6,95%.
"Rupiah mengalami apresiasi menjadi 16,122 pada 15 Juli 2024, karena adanya kepastian yang diberikan pemerintah terkait dengan APBN 2024. Selain itu, adanya inflow dari foreign ke SRBI yang mencapai sebesar 130 triliun sampai dengan bulan Juni 2024,” tambah Aryo.
Sementara itu Isfhan Helmy Institutional Research Sinarmas Sekuritas menilai bahwa tekanan yang terjadi pada pasar saham Indonesia sejak bulan April hingga Juni lalu lebih dikarenakan keluarnya dana asing yang berjumlah lebih dari Rp 25 triliun secara kumulatif dalam periode April hingga Juni.
“Keluarnya dana asing lebih dipicu pada ketidakpastian arah kebijakan fiskal pemerintahan mendatang (Prabowo-Gibran), terutama terkait dengan defisit anggaran dan Tingkat hutang Indonesia.” kata dia.
Namun, kekhawatiran investor asing seharusnya sudah terjawab dengan siaran pers pada akhir Juni lalu antara Menteri Keuangan incumbent, Sri Mulyani dan juga tim ekonomi Prabowo-Gibran yang diwakili Thomas Djiwandono, Dimana yang bersangkutan kini telah diangkat menjadi Wakil Menteri Keuangan.
"Hal ini dianggap guna menjamin mulusnya masa transisi, terlebih lagi dengan kepastian anggaran makan siang gratis yang hanya mencapai Rp 71 triliun untuk tahun 2025 atau jauh dibawah ekspektasi semula yang bisa mencapai Rp120 triliun,” pungkas Ishfan.
IHSG Dibuka Menguat ke Posisi 7.259
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi dibuka menguat 19,38 poin atau 0,27 persen ke posisi 7.259,66. Hal ini seperti dikutip dari Antara, Jumat (26/7/2024).
Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 3,33 poin atau 0,36 persen ke posisi 919,49.
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan saham Jumat (26/7/2024). IHSG akan menguji rentang 7.026-7.199.
IHSG kembali melemah 0,31 persen ke posisi 7.240 dan masih didominasi oleh volume penjualan pada perdagangan Kamis, 25 Juli 2024, koreksi IHSG pun sempat menguji area support-nya.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, selama IHSG belum mampu break 7.354 sebagai resistance terdekatnya, saat ini posisi IHSG berada pada bagian awal dari wave 2 dari wave (3) sehingga pergerakan IHSG masih rawan melanjutkan koreksinya. “Adapun area koreksi IHSG akan menguji rentang 7.026-7.199,” tutur Herditya.
Herditya menuturkan, IHSG akan bergerak di level support 7.207,7.099 dan level resistance 7.354,7.396 pada Jumat pekan ini.
Advertisement
Kisaran IHSG
Sementara itu, Analis PT RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi menuturkan, IHSG terlihat kembali koreksi untuk menguji support garis moving average (MA)20 harian dengan volume.
Ia mengatakan, IHSG meski berpeluang untuk rebound, tetapi selama di bawah garis MA5 berpeluang untuk kembali koreksi dan breakdown support garis MA20 untuk menguji support garis MA100.
“Namun, jika mampu breakout garis MA5 berpeluang untuk kembali membuat higher high (HH) level dan melanjutkan fase bullish-nya,” tutur dia.
Wafi menuturkan, pergerakan IHSG saat ini berada di kisaran 7.200-7.400 pada Jumat pekan ini.