Wall Street Loyo Usai Rilis Data Pekerjaan AS

Tiga indeks acuan di wall street tergelincir setelah rilis data laporan pekerjaan AS sehingga memicu kekhawatiran resesi.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Agu 2024, 14:35 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 14:35 WIB
Wall Street Loyo Usai Rilis Data Pekerjaan AS
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024. (Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 2 Agustus 2024. Wall street melemah seiring laporan pekerjaan yang jauh lebih lemah dari yang diantisipasi pada Juli sehingga memicu kekhawatiran ekonomi dapat jatuh ke dalam resesi.

Mengutip CNBC, ditulis Sabtu (3/8/2024), indeks S&P 500 merosot 1,84 persen ke posisi 5.346,56. Indeks Nasdaq anjlok 2,43 persen ke posisi 16.776,16. Koreksi indeks Nasdaq merosot dari titik tertingginya baru-baru ini menjadi lebih dari 10 persen. Indeks Dow Jones terpangkas 1,51 persen ke posisi 39.737,26.

Wall street merosot setelah pertumbuhan lapangan kerja di AS pada Juli melambat lebih dari yang diharapkan, sementara tingkat pengangguran naik ke level tertinggi sejak Oktober 2021. Penggajian nonpertanian hanya tumbuh 114.000 bulan lalu, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja.

Data tenaga kerja itu melambat dari 179.000 lapangan kerja yang ditambahkan pada Juni dan di bawah 185.000 yang diharapkan oleh ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Sementara itu, tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun turun ke level terendah sejak Desember seiring investor buru obligasi untuk mencari keamanan karena khawatir the Federal Reserve (the Fed) membuat kesalahan pekan ini mempertahankan suku bunga acuan.

Di sisi lain, sejumlah saham kapitalisasi besar anjlok. Hal ini didorong kinerja kuartal II Amazon yang memicu kekhawatiran investor mengenai tingkat pengeluaran modal terkait kecerdasan buatan Big Tech.

Raksasa e-commerce itu turun 8,8 persen setelah gagal memenuhi harapan pendapatan dan mengeluarkan panduan yang mengecewakan. Sementara itu, Intel turun 26 persen setelah mengumumkan arahan yang lemah dan PHK. Saham Nvidia susut 1,8 persen setelah alami koreksi 6 persen sehari sebelumnya.

 

Indeks Nasdaq

Plang Wall Street di dekat Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)
Dalam file foto 11 Mei 2007 ini, tanda Wall Street dipasang di dekat fasad terbungkus bendera dari Bursa Efek New York. (Richard Drew/AP Photo)

Adapun indeks Nasdaq adalah yang pertama dari tiga indeks acuan utama yang memasuki wilayah koreksi, turun lebih dari 10 persen dari rekor tertingginya. Indeks S&P 500 dan Dow Jones masing-masing turun 5,7 persen dan 3,9 persen dari rekor tertingginya.

“Koreksi pada perdagangan Jumat pekan ini adalah proses alami dalam pasar saham yang senaik setelah tren kenaikan yang tajam,” ujar LPL Financial Chief Technical Strategist Adam Turnquist.

Ia menuturkan, indeks Nasdaq sudah jenuh beli memasuki Juli, hal yang sama terjadi pada semikonduktor. “Dan banyak dari antusiasme AI itu belum benar-benar teruji pada tahap ini. Ini bukan akhir dari kisah AI,” ujar dia.

Akan tetapi, bukan hanya saham teknologi yang alami penjualan. Saham bank terpukul oleh kekhawatiran resesi. Saham Bank of America turun 4,9 persen dan saham Wells Fargo merosot 6,4 persen.

Pada pekan ini wall street bergejolak. Indeks S&P 500 bergerak lebih dari 1 persen pada masing-masing dari tiga sesi perdagangan terakhir. Pasar saham telah menguat pada Rabu pekan ini saat the Fed memberikan petunjuk kuat mengenai pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada pertemuan berikutnya pada September 2024.

Setelah rilis data pekerjaan yang lemah pada Jumat pekan ini, banyak investor mulai percaya bank sentral seharusnya bertindak pada Rabu pekan ini.

Wall Street Pekan Lalu

Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Patrick Weissenberger on Unsplash)

Sebelumnya, bursa saham di Amerika Serikat (AS) atau Wall Street melonjak pada penutupan perdagangan Jumat. Wall Street mempu menutup pekan yang penuh gejolak tersebut dengan catatan positif karena investor mempertimbangkan data inflasi yang baru.

Mengutip CNBC, Sabtu (27/7/2024), indeks saham Dow Jones Industrial Average (DJIA) reli 654,27 poin atau 1,64% dan ditutup pada 40.589,34. Indeks S&P 500 naik 1,11% hingga ditutup pada 5.459,10, sementara Nasdaq Composite naik 1,03% hingga ditutup pada 17.357,88.

Analis CFRA Research Sam Stovall menjelaskan, pergerakan saham pada hari Jumat berasal dari kombinasi sentimen oversold, laporan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Kamis, dan pandangan bahwa Bank Sentral AS akan mulai memangkas suku bunga karena ketahanan ekonomi.

“Laporan PCE yang jinak hari ini membantu menenangkan pasar,” tambahnya.

“Dengan kemunduran ini, rotasi hebat terus berlanjut dan keluasan terus berada di pihak kita,” kata dia.

 

 

Saham 3M

Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Investor melanjutkan aksi dengan memborong saham-saham berkapitalisasi kecil dengan indeks Russell 2000 naik 1,67%. Saham industri dan material naik, mengangkat sektor S&P masing-masing sekitar 1,7%.

Saham 3M meroket 23%, memimpin sektor industri ke atas. Saham tersebut mencatat hari terbaiknya setidaknya sejak 1972.

Beberapa perusahaan nama teknologi yang telah berjuang di tengah aksi jual minggu ini naik, dengan Microsoft dan Amazon masing-masing naik lebih dari 1%. Meta Platforms naik hampir 3%. Sektor teknologi informasi S&P melonjak sekitar 1%.

Wall Street juga menilai indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi bulan Juni, pembacaan inflasi yang disukai oleh para pembuat kebijakan bank sentral. Secara bulanan, PCE utama naik 0,1% dan 2,5% dari tahun lalu. Itu sejalan dengan perkiraan dari para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya