IHSG Jeblok, Ternyata Ini Biang Keroknya

Terkait melemahnya IHSG, Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menjelaskan ada beberapa penyebab

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 05 Agu 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2024, 13:00 WIB
IHSG Berada di Zona Merah
Pengunjung mendokumentasikan layar monitor yang memperlihatkan pergerakan indeks di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (16/4/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan saham Senin pagi, 5 Agustus 2024. Mengutip data RTI, IHSG dibuka stagnan di posisi 7.308,12. Pada pukul 11.15 WIB, IHSG tersungkur 1,80 persen ke posisi 7.149. 

Terkait melemahnya IHSG, Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menjelaskan ada beberapa penyebab, pertama akibat data PMI Manufaktur secara global begitupun Indonesia. 

“Itu hasilnya di bawah 50, itu berarti mulai terjadi kontraksi padahal sebelumnya terjadi ekspansi. Ini menandakan, bahwasannya ada potensi terjadinya sentimen perlambatan pertumbuhan ekonomi global,” kata Nafan kepada Liputan6.com, Senin (5/8/2024)

Nafan menambahkan, perlambatan memiliki dampak seperti pelemahan jumlah order, pelemahan output, dan penyerapan tenaga kerja berkurang sehingga membuat manufaktur mengalami kontraksi.

Adapun penyebab kedua melemahnya IHSG menurut Nafan adalah terkait dinamika US Nonfarm Payroll yang di bawah ekspektasi. Selain itu angka pengangguran AS juga mengalami kenaikan. Adapun Nafan menuturkan penyebab lainnya masih datang dari konflik geopolitik di timur tengah. 

Pertumbuhan GDP

Sedangkan dari domestik, data pertumbuhan GDP untuk kuartal kedua akan menjadi sentimen selama pekan ini. 

“Kalau estimasi dari Bloomberg memang hanya tumbuh di bawah 5 persen, tapi kita menantikan data BPS. Namun, saya kira ini adalah efek dari adanya kebijakan suku bunga tinggi yang telah ditetapkan oleh BI,” jelas Nafan.

Akibat hal ini, menurut Nafan, investor bisa mendapat harga saham yang lebih menarik atau lebih murah lagi. Selain itu, momen ini juga bisa dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi.

“Untuk sektor yang bisa dicermati ada finansial, cyclical, infrastruktur, transportasi, teknologi, dan properti. Jadi seperti itu dulu untuk sektor yang dapat dicermati,” pungkas Nafan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


IHSG Anjlok 2% Ikuti Bursa Asia, Saham TOTL hingga MEDC Memerah

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan saham Senin pagi (5/8/2024). Hal ini mengikuti bursa saham Asia Pasifik yang tertekan dan seluruh sektor saham memerah.

Mengutip data RTI, IHSG dibuka stagnan di posisi 7.308,12. Pada pukul 09.21 WIB, IHSG tersungkur 1,25 persen ke posisi 7.217. Pada pukul 09.55 WIB, IHSG anjlok 2,09 persen ke posisi 7.156. Indeks LQ45 merosot 1,2 persen ke posisi 908. Seluruh indeks saham acuan tertekan.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG berada di level tertinggi 7.308,12 dan level terendah 7.200,34. Sebanyak 372 saham melemah sehingga menekan IHSG. 91 saham menguat dan 155 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 202.344 kali dengan volume perdagangan 3,9 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 2,1 triliun.Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.139.

Seluruh sektor saham memerah. Sektor saham basic merosot 1,95 persen dan pimpin koreksi. Sektor saham energi turun 1,63 persen, sektor saham basic terpangkas 1,95 persen, sektor saham industri susut 1,38 persen, dan sektor saham nonsiklikal merosot 0,98 persen.

Selanjutnya sektor saham siklikal turun 0,77 persen, sektor saham kesehatan terpangkas 0,05 persen, sektor saham keuangan merosot 1,1 persen, sektor saham properti melemah 1,36 persen, sektor saham teknologi terbenam 0,74 persen. Kemudian sektor saham infrastruktur melemah 1,48 persen dan sektor saham transportasi terperosok 0,85 persen.

Pada awal sesi perdagangan, saham SIDO merosot 2,04 persen ke posisi Rp 720 per saham. Harga saham SIDO dibuka turun lima poin ke posisi Rp 730 per saham. Harga saham SIDO berada di level tertinggi Rp 730 dan level terendah Rp 710 per saham. Total frekuensi perdagangan 869 kali dengan volume perdagangan 19.748 saham. Nilai transaksi Rp 1,4 miliar.

Harga saham PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) merosot 2,36 persen ke posisi Rp 620 per saham. Harga saham TOTL dibuka turun 35 poin ke posisi Rp 600 per saham. Harga saham TOTL berada di level tertinggi Rp 635 dan level terendah Rp 580 per saham. Total frekuensi perdagangan 595 kali dengan volume perdagangan 42.013 saham. Nilai transaksi Rp 2,5 miliar.

 


Menanti Data Ekonomi Indonesia

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Harga saham MEDC susut 2,26 persen ke posisi Rp 1.295 per saham. Harga saham MEDC dibuka turun 25 poin ke posisi Rp 1.300 per saham. Harga saham MEDC berada di level tertinggi Rp 1.305 dan level terendah Rp 1.290 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.372 kali dengan volume perdagangan 92.922 saham. Nilai transaksi Rp 12 miliar.

Review IHSG

IHSG melemah tipis 0,2 persen ke posisi 7.308 pada Jumat, 2 Agustus 2024. Saham BBCA diminati oleh investor asing seiring mencatat kinerja kuartal II yang baik. Aliran investor asing yang masuk ke saham BBCA mencapai 202 juta pada Juli 2024, kemudian ke saham BMRI sebesar 32 juta, dan saham BBRI sekitar 65 juta.

Di sisi lain, sektor telekomunikasi tetap berada di bawah tekanan. Saham TLKM turun 8 persen dan saham ISAT merosot 11,5 persen.

Pada awal pekan ini, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal II 2024 akan diumumkan. Konsensus berharap pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya