Mitratel Proyeksi Raup Pendapatan dan Laba Sebesar Ini di 2024

Adapun sampai semester 1 2024, Mitratel meraup pendapatan mencapai Rp 4,45 triliun, meningkat 7,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

oleh Nurmayanti diperbarui 07 Agu 2024, 21:21 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2024, 21:05 WIB
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL)  Theodorus Ardi Hartoko dan direksi lainnya saat media gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8/2024). Istimewa
Direktur Utama PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) Theodorus Ardi Hartoko dan direksi lainnya saat media gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8/2024). Istimewa

Liputan6.com, Jakarta PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL) menargetkan raihan pendapatan dan laba bersih hingga high single digit di tahun ini.

Adapun sampai semester 1 2024, Mitratel meraup pendapatan mencapai Rp 4,45 triliun, meningkat 7,8% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY) dan laba bersih tembus Rp 1 triliun.

Serta membukukan kenaikan laba sebelum pajak, bunga dan amortisasi (EBITDA) mencapai Rp 3,69 triliun. Angka ini meningkat 10,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengaku jika capaian perusahaan pertengahan tahun ini sudah sesuai dengan rencana perusahaan.

"Apa yang kita rencanakan fulfill dilihat dari achievement baik ebitda, revenue dan nett income di atas 100 persen. Artinya apa, pada saat dulu kita melakukukan perencanaan tahun 2024 berhasil eksekusi sesuai dengan perencanaannya," jelas dia saat media gathering di Labuan Bajo, seperti ditulis Rabu (7/8/2024).

Dia pun menyebutkan jika mengacu pada konsensus analis, EBITDA margin Mitratel akan berada di atas 80%. Sedangkan untuk nett income margin perusahaan di angka 20%.

"Oleh karena itu, 27 analis merekomendasikan beli saham kami dengan target harga di level Rp 852 per saham," jelas Theodorus.

Adapun Mitratel menyiapkan belanja modal sebesar Rp 5,6 triliun. Di mana, ditargetkan ada penambahan tenant baru sebanyak 3.000, dan penambahan fiber optic hingga 14.000 kilometer sampai akhir tahun 2024.

 

 

Sistem Tower Terbang Inovasi Mitratel

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko saat Media Gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8/2024). Foto: Nurmayanti
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko saat Media Gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8/2024). Foto: Nurmayanti

MTEL meningkatkan layanan telekomunikasi di Indonesia melalui inovasi Flying Tower System (FTS), teknologi pesawat tanpa awak bertenaga surya.

Sistem ini menggunakan teknologi High Altitude Platform Station (HAPS) dari anak usaha Airbus, AALTO HAPS Ltd.(AALTO). Ditargetkan sistem tower terbang ini bisa beroperasi secara komersil pada 2026.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengatakan, kerja sama antara Mitratel dan AALTO merupakan potensi yang sangat baik untuk memperluas konektivitas. Hal ini termasuk memperluas cakupan operator seluler (MNO).

“Kerjasama antara Mitratel dan AALTO ini merupakan upaya kami dalam mendukung rencana pemerintah Indonesia untuk memberikan akses yang merata terhadap telekomunikasi berkualitas tinggi bagi seluruh masyarakat. Akses internet dapat meningkatkan kualitas hidup sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah" jelas Teddy panggilan akrabnya.

Kapan Operasi Komersil

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko saat Media Gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8/2024). Foto: Nurmayanti
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko saat Media Gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8/2024). Foto: Nurmayanti

Mitratel dikatakan merintis berbagai inisiatif dan mengadopsi teknologi baru yang memungkinkan untuk memperluas jaringannya secara efektif.

Perusahaan senantiasa berkomitmen untuk tetap menjadi yang terbaik dan tumbuh berkelanjutan dalam mendukung pemerataan dan kedaulatan digital di Indonesia. Salah satunya melalui FTS.

Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menjelaskan proses dari Flying Tower System ini. “Pada 2025 baru akan selesai research and development dan operasional komersil di 2026,” tutur dia. 

Memang, pemerataan akses internet dan jaringan telekomunikasi berkualitas tinggi masih menjadi tantangan utama negeri ini.  Fakta menunjukkan, hingga saat ini masih terdapat lebih dari 57 Juta  penduduk Indonesia belum tersambung internet (Survei APJII, 2024),  terutama di daerah terdepan, terluar dan terjauh (3T).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya