Wall Street Melambung, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Catat Kinerja Mingguan Terkuat

Wall street catat kinerja mingguan yang positif terutama indeks S&P 500 dan Nasdaq jelang pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Sep 2024, 07:25 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2024, 07:25 WIB
Wall Street Melambung, Indeks S&P 500 dan Nasdaq Catat Kinerja Mingguan Terkuat
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada Jumat, 13 September 2024.(AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat pada Jumat, 13 September 2024. Indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatat kinerja mingguan terkuat pada 2024. Penguatan indeks saham acuan itu terjadi jelang pertemuan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Mengutip CNBC, Sabtu (14/9/2024), indeks S&P 500 naik 0,54 persen dan ditutup ke posii 5.626,02. Indeks S&P 500 kurang dari 1 persen dari level tertinggi sepanjang Juli 2024. Indeks Nasdaq bertambah 0,65 persen dan ditutup ke posisi 17.683,98. Dua indeks acuan tersebut membukukan kenaikan selama lima hari berturut-turut.

Sementara itu, indeks Dow Jones melambung 297,01 poin atau 0,72 persen ke posisi 41.393,78. Selama sepekan, indeks S&P 500 naik 4 persen dan Nasdaq bertambah 5,9 persen, ini merupakan pekan terbaik pada 2024 untuk dua indeks acuan itu. Adapun indeks Dow Jones melambung 2,6 persen.

Sektor saham utilitas, layanan komunikasi, dan industri memimpin kenaikan pada Jumat, 13 September 2023. Sektor saham tersebut naik sekitar 1 persen. Investor juga terus mengakumulasi saham perusahaan teknologi dan semikonduktor berkapitalisasi besar. Hal itu mendorong reli pada pekan ini setelah kinerja teknologi yang buruk baru-baru ini.

Saham Super Micro Computer dan Arm Holdings masing-masing naik 3,4 persen dan 5,9 persen. Saham Alphabet melambung 1,8 persen dan Uber melompat lebih dari 6 persen.

"Investor waspada terhadap gelombang volatilitas lebih lanjut, terutama mengingat harapan seputar pertemuan the Fed,” ujar Chief Global Strategist LPL Financial Quincy Krosby.

Ia mencatat, berdasarkan pola historis, saham alami kinerja buruk pada 2024 selama paruh kedua September.

Kini wall street melihat pertemuan the Fed pada 17-18 September 2024. Bank sentral diprediksi menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin. Saat ini target suku bunga 5,25 persen-5,5 persen.

Adapun data ekonomi menunjukkan inflasi yang moderat sehingga mendukung penurunan suku bunga. Indeks harga konsumen pada Agustus 2024 mencapai 2,5 persen secara tahunan, level terendah sejak Februari 2021. Sementara itu, harga grosir naik 0,2 persen pada Agustus sesuai harapan.

Penutupan Bursa Saham Asia pada 13 September 2024

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik beragam pada Jumat, 13 September 2024. Bursa saham China mencapai titik terendah sejak 2019, sedangkan bursa saham Australia dekati titik tertinggi sepanjang masa.

Mengutip CNBC, di Asia, investor cermati angka inflasi Agustus yang dikeluarkan India pada Kamis malam. Data inflasi menunjukkan indeks harga konsumen naik 3,65 persen year on year, naik dari titik terendah dalam lima tahun. Inflasi lebih tinggi dari revisi Juli sebesar 3,6 persen dan juga melampaui harapan 3,5 persen dari ekonom yang disurvei oleh Reuters.

Indeks CSI 300 di China melemah 0,42 persen menjadi 3.172,47. Indeks tersebut masuk level terendah sejak Januari 2024. Sedangkan indeks S&P 500/ASX 200 di Australia menguat 0,3 persen ke posisi 8.099.

Indeks Kospi di Korea Selatan bertambah 0,13 persen ke posisi 2.575,41. Indeks Kosdaq menanjak 0,3 persen ke posisi 733,2. Saham raksasa chip Samsung Electronics melemah hampir 3 persen. Indeks Nikkei 225 di Jepang merosot 0,68 persen ke posisi 36.581,76. Indeks Topix susut 0,86 persen ke posisi 2.571,14.

Wall Street Anjlok Parah, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Kinerja Terburuk

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange, New York, 10 Agustus 2022. (AP Photo/Seth Wenig, file)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau sering disebut dengan Wall Street mengalami tekanan yang sangat dalam pada penutupan perdagangan saham Jumat.

Indeks saham S&P 500 catat kinerja mingguan terburuk sejak 2023 sedangkan Nasdaq anjlok 2% dan juga mencetak kinerja mingguan terburuk sejak 2022.

Penurunan bursa saham AS ini karena investor menilai dampak dari laporan pekerjaan bulan Agustus 2024 yang sangat lemah. Selain itu, pelemahan Wall Street juga karena investor membuang saham-saham teknologi terkemuka.

Mengutip CNBC, Sabtu (7/9/2024), S&P 500 turun 1,73% dan ditutup pada level 5.408,42. Sementara Nasdaq Composite turun 2,55% dan ditutup pada level 16.690,83. Indeks yang sarat teknologi ini mengakhiri sesi dengan selisih lebih dari 10% dari rekor penutupannya.

Sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 410,34 poin atau 1,01% dan ditutup pada level 40.345,41.

"Ini adalah pergerakan yang sebagian besar didorong oleh sentimen kekhawatiran pertumbuhan," kata analis investasi John Hancock Investment Management, Emily Roland.

"Pasar berfluktuasi antara gagasan apakah berita buruk adalah berita buruk, atau apakah berita buruk adalah berita baik. Perasaan bahwa hal itu dapat menghidupkan kembali harapan bahwa Fed bergerak lebih agresif daripada yang diantisipasi pasar." tambah dia.

Saham Teknologi

Saham teknologi dengan kapitalisasi besar anjlok karena investor membuang aset berisiko di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi AS.

saham Amazon turun 3,7% dan Alphabet merosot 4%. Sementara itu, saham Meta Platforms turun lebih dari 3%. Broadcom turun 10% karena panduan kuartal saat ini yang kurang bersemangat.

Nama-nama saham-saham semikonduktor lainnya juga ikut terseret dengan Nvidia dan Advanced Micro Devices masing-masing turun sekitar 4%. VanEck Semiconductor ETF (SMH) turun 4% dan membukukan minggu terburuknya sejak Maret 2020.

 

 

Minggu yang Sulit

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Pergerakan Wall Street hari Jumat menutup minggu yang sulit bagi pasar saham. S&P 500 mencatat penurunan 4,3% dan minggu terburuknya sejak Maret 2023. Nasdaq merosot 5,8% untuk minggu terburuknya sejak 2022, sementara Dow yang terdiri dari 30 saham merosot 2,9%.

Data pekerjaan terbaru bulan Agustus menambah kekhawatiran akan melambatnya pasar tenaga kerja. Serangkaian data yang lemah telah memicu kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi, membuat pasar khawatir, dan mengurangi selera risiko dalam beberapa minggu terakhir. Penggajian nonpertanian tumbuh sebesar 142.000, dibandingkan dengan kenaikan 161.000 yang diharapkan oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Namun, tingkat pengangguran turun menjadi 4,2%, sesuai dengan ekspektasi.

“Pasar secara umum mencari arah, dan itu akan datang dari Federal Reserve,” kata Charles Ashley, manajer portofolio di Catalyst Capital Advisors.

Investor memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya seperempat poin persentase pada akhir pertemuan kebijakannya akhir bulan ini, tetapi tren pasar tenaga kerja yang melemah telah meningkatkan taruhan bahwa bank sentral dapat melakukan pemangkasan yang lebih besar.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya