Liputan6.com, Jakarta - Sigma Energy Compressindo Tbk (SICO) berencana membagikan dividen interim. Rencana tersebut sesuai dengan keputusan direksi yang telah disetujui dewan komisaris pada 1 Oktober 2024.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), besaran dividen interim yang akan dibagikan yakni senilai Rp 3 per saham. Mengacu data RTI, jumlah saham beredar Sigma Energy Compressindosaat ini sebanyak 910.051.634 lembar, sehingga total dividen yang dibagikan sekitar Rp 2,73 miliar.
Baca Juga
Pembagian dividen tunai interim mengacu pada laporan keuangan perseroan per 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 7,76 miliar.
Advertisement
Bersamaan dengan itu, perseroan membukukan saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaanya sebesar Rp 20,99 miliar dengan total ekuitas sebesar Rp 123,6 miliar.
Lebih lanjut, berikut jadwal pembagian dividen SICO:
- Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 10 Oktober 2024
- Tanggal Ex Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 11 Oktober 2024
- Tanggal Cum Dividen di Pasar Tunai: 14 Oktober 2024
- Tanggal Ex Dividen di Pasar Tunai: 15 Oktober 2024
- Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 14 Oktober 2024
- Tanggal Pembayaran Dividen: 21 Oktober 2024
Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 2 Oktober 2024, harga saham SICO ditutup naik 4,76 persen ke posisi Rp 110 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.523 kali dengan volume perdagangan 13,26 juta saham. Nilai transaksi Rp 1,46 miliar.
Setahun Eksis, BEI Beberkan Perkembangan Transaksi Bursa Karbon
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan perkembangan transaksi bursa karbon di Indonesia. Setahun diluncurkan, Direktur Pengembangan BEI mencatat volume transaksi mencapai 613.740 tCO2e. Terdiri dari 3 project dari sektor energi (jumlah SPE-GRK 1.3 jt ton Co2e).
Bursa karbon sendiri diluncurkan pada 26 September 2024. Hingga saat ini terdapat 79 pengguna jasa. dengan retirement sebesar 420.018 tCO2e dari 322 beneficiaries.
"Jika dibandingkan Bursa Regional, perdagangan carbon credit di IDXCarbon lebih besar. Di mana Bursa Malaysia 190.351 tCO2e dan Bursa Jepang 502.811 tCO2e," ungkap Jeffrey kepada wartawan, Jumat (27/9/2024).
Jeffrey mengatakan, IDXCarbon juga terus melakukan pengembangan pasar karbon. Di antaranya melalui serangkaian diskusi, dan sosialisasi, sampai dengan saat ini telah melakukan 185 kali sosialisasi offline maupun online. Pengembangan juga ditandai dengan perolehan fatwa kesesuaian syariah dari DSN-MUI.
Selain itu, IDXCarbon melakukan integrasi sistem dengan kementerian ESDM untuk dapat memperdagangkan PTBAE-PU dalam waktu dekat. Serta memperpanjang insentif untuk pendaftaran sebagai Pengguna Jasa, yang dibebaskan biaya pendaftarannya sampai dengan September 2025.
"BEI juga terus mendorong dekarbonisasi untuk Perusahaan Tercatat, antara lain dengan melakukan sosialisasi berkala," imbuh Jeffrey,
Jeffrey mencatat, IDX Net Zero Incubator saat ini sudah masuk ke modul 3 dan diikuti sebanyak 110 Perusahaan Tercatat. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan awareness dan mengajarkan cara menghitung emisi karbon, termasuk menyediakan tools untuk membantu perhitungan. BEI juga mMengembangkan sistem pelaporan ESG termasuk pelaporan emisi karbon. Mengembangkan indeks terkait karbon (IDX – LQ45 Low Carbon Leaders). Serta melakukan kajian IDX Green Equity Designation.
"BEI terus mendorong aktivitas perdagangan karbon, tetapi tentu saja terdapat banyak faktor di luar aspek perdagangan sekunder yang dapat mempengaruhi aktivitas perdagangan karbon," pungkas Jeffrey.
Advertisement
Suku Bunga The Fed Turun, BEI Harap Nilai Transaksi di Pasar Modal Bisa Naik
Sebelumnya, siklus pemangkasan suku bunga telah dimulai. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) memutuskan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 50 bps ke level 4,75–5%.
Di dalam negeri, penurunan suku bunga disebut menjadi angin segar untuk pasar saham. Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, pasar telah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan pada September ini. Tercermin dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang berada pada tren naik hingga mencapai beberapa kali rekor baru.
"Semua orang menunggu suku bunga turun. Sekarang sudah tercermin hari ini. Kalau diperhatikan indeks sudah naik cukup tinggi dalam 2-3 minggu terakhir. Kalau kami diskusi dengan para pelaku pasar, memang ini adalah optimisme para mereka akan penurunan suku bunga," kata Irfan sata ditemui di Gedung Bursa di Kawasan SCBD, Kamis (19/9/2024).
Pada perdagangan hari ini, IHSG naik 0,85 persen ke posisi 7.891,506 sekitar pukul 15.20 WIB. IHSG dibuka pada posisi 7.829,135, dan sempat menyentuh posisi tertinggi baru di 7.903,325. Seiring dengan sentimen penurunan suku bunga, dibarengi dengan kinerja IHSG yang cerah, Irvan berharap transaksi di pasar modal juga bisa terkerek.
"Memang nilai transaksi masih PR karena masih banyak faktor. Tapi kita berharap dengan tingkat suku bunga yang lebih favorable buat pasar modal atau pasar saham, kita harap transaksi juga akan naik," kata Irvan. Ke depannya, Bursa akan terus mengkaji instrumen baru untuk mengakomodir kebutuhan investor dan mendongkrak nilai transaksi.
Go Green, BEI Godok Indeks Saham Berbasis Iklim
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana meluncurkan indeks baru sebagai alternatif investasi. Kepala Unit Pengembangan Bisnis Indeks dan ESG BEI, Rony Suniyanto Djojomartono mengatakan, jika ada tematik indeks saham yang akan dirilis, kemungkinan besar terkait ESG.
"Indeks (tematik) ESG) itu salah satu yang sedang kita coba kaji. Karena memang sekarang sedang melakukan edukasi ke perusahaan-perusahaan tercatat terkait dengan perubahan iklim dan membantu memberikan edukasi ke perusahaan-perusahaan terkait dengan penghitungan emisi untuk mencapai target zero emission," kata Rony dalam edukasi wartawan pasar modal, Kamis (13/9/2024).
Menurut Rony, saat ini investor mulai memburu produk-produk yang berkaitan dengan aspek ESG. Sehingga Bursa merasa perlu untuk akomodasi kebutuhan investor akan investasi hijau atau investasi berkelanjutan berbasis ESG.
"Kita masih ada beberapa concept index di pipeline. Kita ada beberapa pilihan seperti indeks yang mendukung sustainability ataupun climate. Atau mungkin indeks yang mengacu pada sisi governance indeks gitu mungkin. Tapi itu masih menjadi kajian," jelas Rony.
Produk investasi pasif bisa menjadi pilihan untuk berburu cuan. Gambaran saja, investasi pasif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meniru kinerja indeks pasar. Strategi ini berdasarkan teori bahwa dalam jangka panjang, pasar cenderung menghasilkan imbal hasil yang positif, sehingga lebih menguntungkan untuk mengikuti pasar daripada mencoba mengunggulinya.
Advertisement