Microsoft Bakal Investasi Rp 1.296 Triliun untuk Pengembangan Pusat Data AI

Microsoft telah investasikan miliaran dolar AS untuk meningkatkan infrastruktur AI dan memperluas jaringan pusat datanya.

oleh Agustina Melani diperbarui 06 Jan 2025, 10:15 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2025, 10:15 WIB
Microsoft Investasi Rp 1.296 Triliun untuk Pengembangan Pusat Data AI
Microsoft akan investasi untuk mengembangkan pusat data yang melatih model kecerdasan buatan. (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft akan investasi sekitar USD 80 miliar atau Rp 1.296 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.205) untuk mengembangkan pusat data atau data center. Data center ini untuk melatih model kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) serta aplikasi berbasis cloud.

Demikian disampaikan Microsoft dalam sebuah unggahan di blog pada Jumat, 3 Januari 2025 yang dikutip dari CNN, Senin (6/1/2025).

Investasi di AI melonjak sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada 2022 karena perusahaan di seluruh sektor berupaya integrasikan kecerdasan buatan ke dalam produk dan layanan mereka.

AI membutuhkan daya komputasi yang sangat besar sehingga mendorong permintaan akan pusat data khusus yang memungkinkan perusahaan teknologi untuk menghubungkan ribuan chip bersama-sama dalam kluster.

Microsoft telah investasikan miliaran dolar AS untuk meningkatkan infrastruktur AI dan memperluas jaringan pusat datanya. Berdasarkan Visible Alpha, analis perkirakan belanja modal Microsoft tahun fiskal 2025 termasuk sewa modal sebesar USD 84,24 miliar. Belanja modal perusahaan pada kuartal I tahun fiskal 2025 naik 5,3 persen menjadi USD 20 miliar.

Sebagai pendukung utama OpenAI, raksasa teknologi itu dianggap sebagai pesaing utama di antara perusahaan big tech dalam perlombaan AI karena kemitraan eksklusifnya dengan pembuat chatbot AI.

Vice Chair dan President Brad Smith menuturkan, lebih dari separuh investasi Microsoft senilai USD 80 miliar akan dilakukan di Amerika Serikat (AS).

"Saat ini, Amerika Serikat memimpin persaingan AI global berkat investasi modal swasta dan inovasi oleh perusahaan-perusahaan Amerika dari semua ukuran, mulai dari perusahaan rintisan yang dinamis hingga perusahaan-perusahaan yang mapan," kata Smith.

Raksasa Teknologi Microsoft hingga Meta Investasi di Nuklir, Ini Alasannya

Ilustrasi Lipsus Nuklir
Ilustrasi Lipsus Nuklir

Sebelumnya, pusat data yang mendukung kecerdasan buatan (AI) dan layanan komputasi awan semakin mendorong permintaan energi ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebutuhan listrik pusat data untuk mendukung kecerdasan buatan ini sangat besar. 

Berdasarkan informasi dari Departemen Energi AS, penggunaan listrik global dapat meningkat hingga 75% pada tahun 2050. Peningkatan yang luar biasa ini sebagian besar disebabkan oleh ambisi industri teknologi untuk mengembangkan AI.

“Pusat data baru yang membutuhkan jumlah listrik yang sama seperti, misalnya, Chicago, tidak bisa hanya terus membangun tanpa memahami kebutuhan energi mereka,” kata Direktur Pelaksana Radiant Energy Group Mark Nelson,  dikutip dari CNBC pada Kamis (3/1/2025).

Pusat data ini diperkirakan akan tumbuh begitu besar hingga dapat menggunakan lebih banyak listrik daripada seluruh kota. Karena itu, para pemimpin teknologi yang berlomba dalam pengembangan AI kini menghadapi tantangan besar untuk memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar sambil tetap berkomitmen pada tujuan keberlanjutan mereka.

Peralihan ke Tenaga Nuklir

Setelah bertahun-tahun fokus pada energi terbarukan seperti angin dan matahari, perusahaan teknologi besar mulai beralih ke tenaga nuklir. Alasannya sederhana karena tenaga nuklir mampu menyediakan listrik dalam jumlah besar, stabil, bebas karbon, dan berkelanjutan.

Direktur senior energi dan iklim di Google, Michael Terrell menjelaskan, "Yang kami lihat adalah tenaga nuklir memiliki banyak manfaat. Ini adalah sumber listrik bebas karbon, dapat beroperasi sepanjang waktu, dan memberikan dampak ekonomi yang luar biasa."

 

Perusahaan Teknologi Besar Bertaruh pada Nuklir

Google, Amazon, Microsoft, dan Meta adalah beberapa nama besar yang kini menjajaki atau berinvestasi dalam tenaga nuklir.

Langkah ini didorong oleh kebutuhan energi dari pusat data mereka, terutama dengan berkembangnya teknologi AI yang membutuhkan daya besar sepanjang waktu.

Langkah ini juga dipandang sebagai awal dari "kebangkitan nuklir," menurut para ahli, yang percaya bahwa tenaga nuklir bisa mempercepat transformasi energi global.

Dari Kekhawatiran ke Harapan

Di masa lalu, tenaga nuklir sempat ditinggalkan karena kekhawatiran tentang keamanan dan risiko kehancuran yang diperbesar oleh informasi yang salah.

Namun, dengan teknologi yang semakin canggih dan pemahaman yang lebih baik tentang keamanannya, tenaga nuklir kini dipandang sebagai solusi yang ideal untuk kebutuhan energi masa depan.

Daya Stabil

“Daya yang stabil, langsung, 100%, 24 jam sehari, 365 hari setahun. Itulah yang dapat diberikan oleh tenaga nuklir,” tambah Nelson.

Dengan langkah besar ini, perusahaan teknologi berharap tidak hanya memenuhi kebutuhan energi mereka yang terus meningkat tetapi juga tetap berada di jalur keberlanjutan.

Jika berhasil, tenaga nuklir bisa menjadi kunci dalam mencapai tujuan energi bersih global di masa depan.  

 

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya