Lepas Bisnis Es Krim, Unilever Minta Restu Pemegang Saham 14 Januari 2025

Dalam lima tahun terakhir, unit bisnis es krim Unolever Indonesia mengalami penurunan margin laba bersih dari 11,1% pada 2019 menjadi 7,2% pada 2023.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 13 Jan 2025, 11:25 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2025, 11:25 WIB
IHSG Ditutup Melemah, Transaksi Perdagangan Capai Rp14,44 Triliun
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) resmi mengumumkan keputusan strategis untuk melepas unit bisnis es krim senilai Rp 7 triliun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) telah mengumumkan rencana penjualan unit bisnis es krim senilai Rp 7 triliun kepada PT The Magnum Ice Cream Indonesia. Keputusan ini mengikuti strategi global Unilever PLC yang memisahkan bisnis es krim dari grup induk untuk menyederhanakan operasi dan meningkatkan fokus pada segmen yang lebih menguntungkan.

Unilever Indonesia dan pembeli tidak akan memiliki hubungan afiliasi pada saat pelaksanaan dan penyelesaian transaksi.

Namun, pada saat Perjanjian Pengalihan Aset (Business Transfer Agreement/BTA) ditandatangani 22 November 2024, pembeli masih memiliki hubungan afiliasi dengan perseroan. Sehingga demi menerapkan prinsip kehati-hatian dan tata kelola perusahaan yang baik, Perseroan akan meminta persetujuan dari Pemegang Saham Independen dalam RUPS Independen.

Melansir keterbukaan informasi Bursa, Senin (13/1/2025), RUPS Independen untuk menyetujui transaksi akan dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2025. Pemegang saham yang berhak hadir dalam RUPS Independen adalah Pemegang Saham Independen yang tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan dan atau pemegang sub rekening efek pada penutupan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 20 Desember 2024 atau wakilnya yang sah dengan surat kuasa.

Dalam lima tahun terakhir, unit bisnis es krim mengalami penurunan margin laba bersih dari 11,1% (2019) menjadi 7,2% (2023), dengan pertumbuhan pendapatan tahunan majemuk negatif (-2%). Meski tetap menjadi pemimpin pasar, pangsa pasar Unilever di Indonesia turun dari 69,2% pada 2019 menjadi 61,9% pada 2024.

Selain itu, bisnis es krim membutuhkan modal tinggi dengan belanja modal rata-rata 8% dari pendapatan, lebih besar dibandingkan rata-rata 3% untuk segmen lainnya.

 

Fokus Bisnis Inti

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direksi meyakini bahwa struktur kepemilikan baru akan lebih optimal untuk mendukung pertumbuhan dan efisiensi bisnis es krim, yang memiliki karakteristik berbeda dari bisnis inti lainnya, seperti musim yang mempengaruhi penjualan dan intensitas modal yang tinggi.

Setelah penyelesaian transaksi, Unilever Indonesia akan fokus pada bisnis inti. Mengarahkan sumber daya ke segmen Home and Personal Care (HPC) serta Nutrisi yang memiliki profitabilitas lebih tinggi.

Perseroan juga fokus pada distribusi dividen. Di mana hasil penjualan akan digunakan untuk meningkatkan dividen tunai kepada pemegang saham, mencerminkan komitmen perusahaan terhadap pemegang saham. Efisiensi operasional, dengan menyederhanakan struktur bisnis untuk meningkatkan kinerja dan daya saing jangka panjang.

Transaksi ini akan meningkatkan posisi kas Unilever hingga Rp 8,27 triliun dan memperbaiki rasio keuangan. Dengan langkah ini, Unilever Indonesia diharapkan dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar di segmen kebutuhan pokok, sekaligus mengurangi eksposur terhadap risiko dari operasi bisnis es krim.

Keputusan ini juga mencerminkan strategi perusahaan untuk fokus pada segmen dengan pertumbuhan tinggi dan profitabilitas berkelanjutan.

UNVR Jual Bisnis Es Krim Rp 7 Triliun

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) resmi mengumumkan keputusan strategis untuk melepas unit bisnis es krim senilai Rp 7 triliun. Langkah ini dinilai sebagai strategi yang tepat untuk memperkuat fokus pada bisnis inti perusahaan, mengoptimalkan kinerja, dan memberikan manfaat langsung kepada pemegang saham.

Dana hasil penjualan ini akan didistribusikan dalam bentuk dividen tunai, memberikan keuntungan signifikan bagi investor dalam jangka pendek. Ekonom yang juga pengamat pasar modal, Dodi Arifianto menyatakan bahwa langkah ini adalah strategi yang sejalan dengan dinamika ekonomi saat ini.

“Dalam kondisi ekonomi yang dinamis, korporasi besar seperti Unilever seringkali melakukan evaluasi terhadap unit bisnis mereka. Jika ada unit bisnis yang memiliki return on investment (RoI) kecil, lebih baik dialihkan atau dilepas agar sumber daya dapat difokuskan pada bisnis dengan potensi pertumbuhan lebih besar,” ujarnya, Rabu malam (8/1).

Dodi menambahkan bahwa keputusan Unilever untuk melepas divisi es krim adalah langkah logis.

“Bisnis es krim, jika dibandingkan dengan produk rumah tangga seperti sabun, deterjen, dan produk FMCG lainnya, memang memiliki kontribusi yang lebih kecil terhadap total pendapatan perusahaan. Dengan dilepasnya unit bisnis ini, Unilever dapat mengurangi beban operasional dan meningkatkan efisiensi,” jelasnya.

Memperkuat Posisi Keuangan

Penjualan unit bisnis ini juga membuka peluang besar bagi Unilever untuk memperkuat posisi keuangan perusahaan. Dengan tambahan dana segar, perusahaan dapat mengurangi ketergantungan pada utang dan meningkatkan fleksibilitas keuangan.

Menurut Dodi, hal ini memberi ruang bagi Unilever untuk melakukan inovasi produk dan ekspansi pasar di kategori bisnis utama mereka.

“Setiap perusahaan besar pasti memiliki siklus, ada masa untung dan rugi. Langkah Unilever ini sudah benar. Mereka memanfaatkan momentum untuk memperkuat bisnis inti yang memang lebih relevan dengan kebutuhan pasar saat ini,” kata Dodi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya