Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok hingga meninggalkan posisi 7.000 pada perdagangan Kamis (6/2/2024). Koreksi IHSG itu terjadi setelah mayoritas sektor saham memerah.
Mengutip data RTI, IHSG anjlok 2,12 persen ke posisi 6.875,53. Indeks LQ45 melemah 2,97 persen ke posisi 777,63. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Advertisement
Baca Juga
Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.044,71 dan level terendah 6.830,11. Sebanyak 428 saham melemah sehingga menekan IHSG. 176 saham menguat dan 196 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.435.400 kali dengan volume perdagangan 20,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13,7 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.325.
Advertisement
Mayoritas sektor saham memerah kecuali sektor saham kesehatan naik 1,13 persen. Sementara itu, sektor saham basic anjlok 2,43 persen, dan catat koreksi terbesar. Sektor saham keuangan turun 2,24 persen dan sektor saham industri melemah 2,14 persen.
Kemudian sektor saham energi merosot 1,26 persen, sektor saham consumer nonsiklikal susut 0,48 persen, sektor saham consumer siklikal susut 0,02 persen. Lalu sektor saham properti turun 1,89 persen, sektor saham teknologi tergelincir 0,05 persen, sektor saham infrastruktur melemah 1,39 persen dan sektor saham transportasi terpangkas 1,99 persen.
Mengutip Antara, dalam kajian tim riset Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, dari dalam negeri, IHSG tertahan di zona melemah, pasar khawatirkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 setelah respons rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) 2024, serta juga terkait dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja dan pelaksanaan APBN dan APBN yang mencapai Rp 306 triliun.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 sebesar 5,03 persen year on year (yoy), atau lebih rendah dari pencapaian tahun 2023 dan 2022 yang sebesar 5,05 persen (yoy) dan 5,31 persen (yoy).
“Sementara itu, kebijakan efisiensi APBN dan APBD dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, yang dikhawatirkan akan ada program kerja yang di hapus dan juga pemangkasan anggaran tidak dilakukan secara selektif,” demikian seperti dikutip.
Sentimen IHSG Lainnya
Dengan demikian, berpotensi berdampak negatif terhadap investasi publik, penciptaan lapangan kerja, serta produktivitas tenaga kerja, dan menurunkan daya beli masyarakat.
Selain itu, juga dikhawatirkan akan berdampak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 2025, yang mana konsumsi pemerintah memberikan kontribusi terhadap PDB.
Sementara itu, pasar saham Asia menguat, pasar mempertimbangkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah
Data aktivitas sektor jasa AS secara tak terduga melambat pada Januari 2025 di tengah permintaan yang menurun, purchasing managers index (PMI) non-manufaktur AS turun menjadi 52,8 di Januari dari sebelumnya 54,0 di Desember.
“Selain itu, pasar mempertimbangkan meredanya kekhawatiran atas perang dagang global setelahnya ada penundaan dan berharap terealisasi diskusi antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam membahas perkembangan perdagangan serta ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (the Fed),”
Sebelumnya, Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin mengatakan The Fed masih condong ke arah penurunan suku bunga lebih lanjut tahun ini, tetapi menandai ketidakpastian seputar dampak tarif, imigrasi, regulasi, dan inisiatif lain dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Advertisement
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham BUVA melonjak 33,80 persen
- Saham AIMS melonjak 24,60 persen
- Saham SAFE melonjak 24,50 persen
- Saham OBAT melonjak 24,47 persen
- Saham SONA melonjak 21,02 persen
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham BEBS merosot 16,67 persen
- Saham NZIA merosot 15 persen
- Saham KOTA merosot 12,50 persen
- Saham JGLE merosot 12,50 persen
- Saham LMPI merosot 10,62 persen
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham BMRI senilai Rp 3,3 triliun
- Saham BBCA senilai Rp 1,5 triliun
- Saham BBRI senilai Rp 1,5 triliun
- Saham GOTO senilai Rp 404,8 miliar
- Saham BBNI senilai Rp 314,6 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham BMRI tercatat 99.834 kali
- Saham BBRI tercatat 97.137 kali
- Saham AWAN tercatat 89.093 kali
- Saham BBCA tercatat 81.623 kali
- Saham PSAB tercatat 47.030 kali
Bursa Saham Asia Pasifik
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Kamis (6/2/2025). Kenaikan wall street diikuti bursa saham Asia Pasifik pada perdagangan Kamis pekan ini. Hal ini seiring investor abaikan gejolak perdagangan selama sepekan dan laba teknologi Amerika Serikat yang mengecewakan.
Mengutip CNBC, indeks ASX 200 menguat 1,23 persen dan ditutup ke posisi 8.520,7. Indeks Nikkei 225 di Jepang menguat 0,61 persen hingga ditutup ke posisi 39.066,53. Indeks Topix mendaki 0,25 persen dan ditutup ke posisi 2.742,2. Indeks Kospi di Korea Selatan bertambah 1,1 persen dan ditutup ke posisi 2.536,75. Indeks Kosda menguat 1,28 persen hingga akhiri perdagangan di posisi 740,32.
Indeks Hang Seng di Hong Kong mendaki 1,04 persen pada jam terakhir perdagangannya. Indeks CSI 300 di China bertambah 1,26 persen dan ditutup ke elvel 3.842,83. Indeks acuan di India Nifty 50 melemah 0,48 persen, indeks Sensex tergelincir 0,43 persen.
Advertisement