Investasi Berkelanjutan di Pasar Modal Indonesia Meningkat Pesat

Obligasi hijau yang pertama kali diterbitkan pada 2018 dengan nilai Rp 249 miliar, kini telah meningkat hampir Rp 24 triliun saat ini.

oleh Gagas Yoga Pratomo Diperbarui 17 Feb 2025, 16:35 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2025, 16:35 WIB
Jeffrey Hendrik
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, dalam acara Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global, di Main Hall BEI, Senin (17/2/2025). (Liputan6.com/Gagas)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Investasi berkelanjutan semakin menjadi perhatian utama bagi investor dan perusahaan di tingkat global. Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, mengatakan aspek Environmental, Social, and Governance (ESG) kini tidak hanya menjadi kewajiban, tetapi juga bagian strategis dalam bisnis yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Jeffrey menjelaskan tren investasi berbasis ESG Di Indonesia mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Jeffrey mengungkapkan bahwa produk investasi pasif bertema ESG, seperti reksa dana dan Exchange Traded Fund (ETF) yang berbasis indeks ESG di BEI, telah mengalami pertumbuhan hingga 211 kali lipat.

Selain itu, penerbitan efek bersifat utang berwawasan lingkungan dan efek berkelanjutan juga menunjukkan lonjakan signifikan. Obligasi hijau yang pertama kali diterbitkan pada 2018 dengan nilai Rp 249 miliar, kini telah meningkat hampir Rp 24 triliun.

"Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa ESG bukan lagi sekadar konsep yang baik untuk dimiliki, tetapi menjadi faktor penting dalam strategi pengambilan keputusan investasi," ujar Jeffrey dalam acara Kompas 100 Outlook: Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global, di Main Hall BEI, Senin (17/2/2025).

 

Investasi Berkelanjutan
Acara Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global, di Main Hall BEI, Senin (17/2/2025). (Liputan6.com/Gagas)... Selengkapnya

Upaya BEI Dorong Investasi Berkelanjutan

Sebagai upaya mendukung perkembangan investasi berkelanjutan, BEI juga telah bergabung dengan UN Sustainable Stock Exchanges Initiative (UN SSI) dan mengembangkan lima indeks berbasis ESG.

“Selain itu, BEI terus berkolaborasi dengan bursa di kawasan ASEAN untuk memperkuat ekosistem keberlanjutan di pasar modal,” jelas Jeffrey

Dengan semakin meningkatnya minat terhadap investasi berkelanjutan, Jeffrey menyebut BEI optimistis tren ini akan semakin berkembang dan mendorong pertumbuhan pasar modal yang lebih inklusif serta ramah lingkungan.

 

Perdagangan Karbon Internasional

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Aktivitas pekerja di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) resmi meluncurkan Perdagangan Karbon Internasional pada Senin, 20 Januari 2025. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman menuturkan peluncuran Bursa Karbon Internasional ini jadi upaya Indonesia untuk mengatasi perubahan iklim yang terjadi.

"Hari ini merupakan momen bersejarah bagi Indonesia dalam upaya kita untuk mengatasi perubahan iklim,” kata Iman dalam sambutannya, di Main Hall BEI, Senin (20/1/2025).

Pada pembukaan perdagangan perdana, transaksi bursa karbon internasional ini mencatatkan volume perdagangan sebesar 41,822 tCO2e. Ada 9 pembeli, dan 5 total proyek yang diotorisasikan.

Adapun harga bursa karbon di unit Indonesia Technology Based Solution (IDTBS) sebesar Rp 96.000, sementara di unit IDTBS Renewable Energi (IDTBS-RE) harganya Rp 144.000.

Iman menambahkan, inisiatif perdagangan karbon Internasional menandai tonggak penting yang menunjukkan kesediaan dan komitmen Indonesia untuk memberikan kontribusi signifikan mencapai target global.

 

Pengawasan dan Pemantauan

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan OJK telah melaksanakan langkah untuk pengaturan pengawasan pemantauan terkait bursa karbon, salah satunya untuk perdagangan internasional ini.

"Untuk infrastruktur ke depan perlu disampaikan hal hal dilakukan seksama dengan bursa karbon Indonesia termasuk pencatatan dengan sistem blockchain," ujar Mahendra.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya