Setelah lama berkecimpung di bisnis keuangan dan investasi, para banker dan praktisi keuangan tentu ingin mendapat pengakuan lebih dan menjadi bos yang sesungguhnya. Para banker ini seringkali bingung untuk memilih antara harus kuliah lagi untuk mendapat gelar MBA (Master of Business Administration) atau ikut tes CFA (Chartered Financial Analyst).
CFA adalah sertifikat profesi sebagai analis yang dikeluarkan CFA Institure, Amerika Serikat. Sertifikat ini khusus diperuntukan bagi para profesional yang bekerja di bidang keuangan.
Antara MBA dan CFA, bisa jadi pilihan yang sulit. MBA menawarkan berbagai variasi ilmu dan persahabatan. Berbeda dengan MBA, CFA menawarkan presisi dan kekuatan.
Dari segi waktu, Anda menghabiskan waktu hingga beberapa tahun untuk meraih gelar MBA. Dan untuk meraih CFA, hanya perlu melewati 3 tes (banyak juga yang gagal dan harus mengulang).
Sekadar informasi, jumlah pemegang CFA di Indonesia sendiri masih terhitung sedikit. Dan si pemilik gelar CFA kemampuannya diakui setara dengan praktisi keuangan manca negara.
Namun bagi Anda yang masih bingung memilih antara kedua gelar tersebut, berikut ada 11 alasan kenapa praktisi keuangan sebaiknya memburu sertifikat CFA daripada gelar MBA seperti dilansir dari Business Insider, Selasa (4/6/2013):
1. Biayanya lebih murah
Anda tentu tahu betapa mahalnya meraih gelar master untuk administrasi bisnis. Di sekolah yang bagus di Amerika harganya bisa mencapai lebih dari US$ 100.000 (Rp 980 miliar).
Berbeda dengan CFA. Masing-masing dari tiga tes yang harus diselesaikan harganya sekitar US$ 1.000 (Rp 9.800.000) sampai US$ 1.500 (Rp 14.700.000). Jika Anda gagal tes dan harus mengulang, Anda tak perlu bayar lagi. Tambahan biaya hanya dikenakan pada kursus-kursus atau kelas persiapan.
2. Anda tak perlu berhenti kerja
Banyak orang yang kuliah untuk mendapat gelar master merasa cemas memikirkan apakah dirinya harus berhenti bekerja. Para pemburu CFA tak perlu merasa begitu. Sambil bekerja, Anda masih bisa menemukan waktu-waktu luang untuk belajar dengan keras.
3. Tak ada proses lamaran
Tak perlu mencari transkrip nilai, mencari-cari rekomendasi, atau surat lamaran apapun dengan CFA. Setiap orang bisa ikut tes.
4. Tak ada kerja tim
Jika Anda suka bekerja sendiri dan menyusun jadwal sendiri, pastikan waktu belajar untuk CFA mendominasi jadwal tersebut. Di sekolah bisnis, Anda tak bisa melakukannya.
5. Tak ada kesombongan
CFA adalah CFA. Tak ada yang bisa disombongkan darimana Anda mendapat sertifikat tersebut.
6. Tak semua orang bisa mendapatkannya
"Pada level tertentu, setiap orang bisa mendapat gelar MBA," ujar pendiri perusahaan rekrutmen Street ID Jesse Marrus. "Jika Matematika Anda tak bagus tapi Anda tahu cara berhitung, dan rajin memperhatikan, Anda tetap bisa meraih gelar tersebut," ujarnya.
Sedangkan CFA menuntut banyak ilmu matematika dan kemampuan berargumen, hal ini akan sangat menyulitkan Anda dan tak semua orang bisa mendapatkannya.
7. Anda bisa belajar hal yang sangat spesifik, kemampuan penting untuk Wall Street
CFA hanya diperuntukan bagi para analis investasi. Jika Anda ingin menjadi manajer portofolio, melakukan tes CFA akan mendorong Anda menyerap kemampuan-kemampuan yang nantinya membuat Anda menjadi ahli. Dengan begitu saat Anda mendapat sertifikat resminya, semua orang bisa mengetahuinya.
8. Anda bisa belajar yang tak pernah di pelajari di bangku kuliah
Salah satu pemegang sertifikat CFA mengatakan, saat temannya sedang mengulang banyak hal yang dipelajari saat meraih gelar sarjana di sekolah bisnis, CFA memberikan banyak ilmu yang tak pernah diketahuinya.
9. Didirikan oleh Benjamin Graham
Sepertinya Anda perlu tahu, pendiri CFA institute adalah Benjamin Graham, investor yang paling melegenda selama ini. Tapi mungkin Anda sudah tahu.
10. Anda bisa menggunakannya untuk alih profesi menjadi pembeli
Klien dari sisi penjual lebih tertarik pada orang-orang bergelar MBA, sementara dari segi pembeli (reksa dana, ekuitas pribadi, dll) lebih memilih orang-orang bersertifikat CFA.
11. Bayaran Anda bisa lebih tinggi
Berdasarkan Pay-scale, rata-rata gaji pemegang CFA lebih tinggi daripada yang bergelar MBA. (Igw)
CFA adalah sertifikat profesi sebagai analis yang dikeluarkan CFA Institure, Amerika Serikat. Sertifikat ini khusus diperuntukan bagi para profesional yang bekerja di bidang keuangan.
Antara MBA dan CFA, bisa jadi pilihan yang sulit. MBA menawarkan berbagai variasi ilmu dan persahabatan. Berbeda dengan MBA, CFA menawarkan presisi dan kekuatan.
Dari segi waktu, Anda menghabiskan waktu hingga beberapa tahun untuk meraih gelar MBA. Dan untuk meraih CFA, hanya perlu melewati 3 tes (banyak juga yang gagal dan harus mengulang).
Sekadar informasi, jumlah pemegang CFA di Indonesia sendiri masih terhitung sedikit. Dan si pemilik gelar CFA kemampuannya diakui setara dengan praktisi keuangan manca negara.
Namun bagi Anda yang masih bingung memilih antara kedua gelar tersebut, berikut ada 11 alasan kenapa praktisi keuangan sebaiknya memburu sertifikat CFA daripada gelar MBA seperti dilansir dari Business Insider, Selasa (4/6/2013):
1. Biayanya lebih murah
Anda tentu tahu betapa mahalnya meraih gelar master untuk administrasi bisnis. Di sekolah yang bagus di Amerika harganya bisa mencapai lebih dari US$ 100.000 (Rp 980 miliar).
Berbeda dengan CFA. Masing-masing dari tiga tes yang harus diselesaikan harganya sekitar US$ 1.000 (Rp 9.800.000) sampai US$ 1.500 (Rp 14.700.000). Jika Anda gagal tes dan harus mengulang, Anda tak perlu bayar lagi. Tambahan biaya hanya dikenakan pada kursus-kursus atau kelas persiapan.
2. Anda tak perlu berhenti kerja
Banyak orang yang kuliah untuk mendapat gelar master merasa cemas memikirkan apakah dirinya harus berhenti bekerja. Para pemburu CFA tak perlu merasa begitu. Sambil bekerja, Anda masih bisa menemukan waktu-waktu luang untuk belajar dengan keras.
3. Tak ada proses lamaran
Tak perlu mencari transkrip nilai, mencari-cari rekomendasi, atau surat lamaran apapun dengan CFA. Setiap orang bisa ikut tes.
4. Tak ada kerja tim
Jika Anda suka bekerja sendiri dan menyusun jadwal sendiri, pastikan waktu belajar untuk CFA mendominasi jadwal tersebut. Di sekolah bisnis, Anda tak bisa melakukannya.
5. Tak ada kesombongan
CFA adalah CFA. Tak ada yang bisa disombongkan darimana Anda mendapat sertifikat tersebut.
6. Tak semua orang bisa mendapatkannya
"Pada level tertentu, setiap orang bisa mendapat gelar MBA," ujar pendiri perusahaan rekrutmen Street ID Jesse Marrus. "Jika Matematika Anda tak bagus tapi Anda tahu cara berhitung, dan rajin memperhatikan, Anda tetap bisa meraih gelar tersebut," ujarnya.
Sedangkan CFA menuntut banyak ilmu matematika dan kemampuan berargumen, hal ini akan sangat menyulitkan Anda dan tak semua orang bisa mendapatkannya.
7. Anda bisa belajar hal yang sangat spesifik, kemampuan penting untuk Wall Street
CFA hanya diperuntukan bagi para analis investasi. Jika Anda ingin menjadi manajer portofolio, melakukan tes CFA akan mendorong Anda menyerap kemampuan-kemampuan yang nantinya membuat Anda menjadi ahli. Dengan begitu saat Anda mendapat sertifikat resminya, semua orang bisa mengetahuinya.
8. Anda bisa belajar yang tak pernah di pelajari di bangku kuliah
Salah satu pemegang sertifikat CFA mengatakan, saat temannya sedang mengulang banyak hal yang dipelajari saat meraih gelar sarjana di sekolah bisnis, CFA memberikan banyak ilmu yang tak pernah diketahuinya.
9. Didirikan oleh Benjamin Graham
Sepertinya Anda perlu tahu, pendiri CFA institute adalah Benjamin Graham, investor yang paling melegenda selama ini. Tapi mungkin Anda sudah tahu.
10. Anda bisa menggunakannya untuk alih profesi menjadi pembeli
Klien dari sisi penjual lebih tertarik pada orang-orang bergelar MBA, sementara dari segi pembeli (reksa dana, ekuitas pribadi, dll) lebih memilih orang-orang bersertifikat CFA.
11. Bayaran Anda bisa lebih tinggi
Berdasarkan Pay-scale, rata-rata gaji pemegang CFA lebih tinggi daripada yang bergelar MBA. (Igw)