Jaya Agra Wattie Sudah Pakai Belanja Modal Rp 214 Miliar

Jaya Agra Wattie telah merealisasikan belanja modal Rp 214 miliar untuk penanaman kelapa sawit dan karet baru.

oleh Liputan6 diperbarui 07 Okt 2013, 10:10 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2013, 10:10 WIB
rupiah-130724b.jpg

PT Jaya Agra Watie Tbk (JAWA) telah merealisasikan belanja modal/capital expenditure (capex) sebesar Rp 214 miliar hingga semester pertama 2013.

Emiten perkebunan ini menganggarkan dana belanja modal senilai Rp 570 miliar pada 2013. Direktur Keuangan PT Jaya Agra Watie Tbk, Bambang Ibrahim menuturkan, belanja modal itu telah digunakan untuk pembangunan pabrik kelapa sawit dan karet, pembelian aktiva tetap lainnya, dan pemeliharaan tanaman yang belum menghasilkan.

"Belanja modal juga untuk penanaman sawit dan karet yang baru," ujar Bambang, saat dihubungi Liputan6.com, akhir pekan ini seperti ditulis Senin (7/10/2013).

Saat ditanya mengenai pelemahan Rupiah, Bambang mengatakan, hal itu tidak menjadi masalah bagi perseroan. Malah dolar menguat membuat harga CPO naik. Kenaikan harga CPO didorong sentimen kebijakan baru dari pemerintah tentang biodiesel yang akan pakai CPO dan kurs dolar menguat.

Hingga semester pertama 2013, perseroan mencatatkan penjualan bersih turun menjadi Rp 316, 61 miliar pada semester pertama 2013 dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 365,42 miliar. Laba bersih perseroan turun menjadi Rp 52,27 miliar pada semester pertama 2013 dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 95,24 miliar.

Pada perdagangan saham Jumat (4/10/2013), saham JAWA ditutup menguat 1,3% ke level Rp 390 per saham.

Riset CPO

Dalam riset PT Samuel Sekuritas untuk sektor perkebunan menyebutkan, rencana pemerintah menaikkan kandungan biodiesel pada biosolar dari 7,5% menjadi 10%  dapat menaikkkan konsumsi CPO. Pada 2014, kenaikan konsumsi CPO mencapai 329 ribu ton dengan jumlah ini mewakiliki 1,1% dari produksi CPO Indonesia, dan hanay 0,6% dari produksi CPO dunia.

PT Samuel Sekuritas pun tidak melakukan perubahan proyeksinya seiring kebijakan kenaikan kandungan biodisel pada biosolar. Emiten perkebunan masih mendapatkan tantangan dari tingginya persediaan dibandingkan permintaan. Selain itu, kenaikan upah buruh dan pupuk untuk sebagian perusahaan.

"Kami masih mempertahankan underweight untuk saham sektor perkebunan," tulis riset PT Samuel Sekuritas. (Amh/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya