Borneo Lumbung Energy Tunda Ekspansi Usaha

PT Borneo Lumbung Energy Tbk harus menunda ekspansi usaha dengan melakukan efisiensi mengingat permintaan hard coaking coal yang turun.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jan 2014, 13:54 WIB
Diterbitkan 10 Jan 2014, 13:54 WIB
borneo-energi130122b.jpg
Manajemen PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) harus menghadapi tekanan untuk mengatasi permintaan hard coaling coal yang mengalami penurunan secara global. Apalagi harga hard coaking coal juga belum membaik.

Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (10/1/2013), Direktur PT Borneo Lumbung Energi Tbk (BORN) Kenneth Allan menuturkan, saat ini perseroan berupaya untuk melakukan efisiensi biaya. Pihaknya melakukan upaya untuk menekan beban operasional.

"Kami akan menekan stripping ratio, mengurangi jarak angkut overbudden, mengurangi penggunaan bahan bakar setiap unit produksi, dan penerapan untuk efisiensi unit produksi lainnya," ujar Kenneth.

Dengan menekan biaya operasional dan produksi diharapkan dapat margin lebih baik. Selain itu, perseroan juga menunda pemesanan alat berat yang telah direncnaankan sebelumnya.

"Kami berkeyakinan bahwa penundaan belanja modal untuk peningkatan kapasitas produksi adalah keputusan yang tepat dalam situasi industri saat ini," kata Kenneth.

Ia menegaskan, pihaknya melakukan operasional dengan efisien dan efisiensi biaya yang menitikberatkan pada kualitas produk dan pemilihan area penambangan dengan biaya lebih rendah dapat mendukung kinerja perseroan.

Perseroan masih mendapatkan pembeli dari China dan Asia untuk membeli seluruh batu bara yang diproduksi oleh PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT). Akan tetapi perseroan tidak mendapatkan harga yang sesuai dan tidak dalam waktu singkat untuk didapatkan.

Berdasarkan prediksi analis, permintaan dan harga akan membaik pada kuartal II tahun 2014. Perseroan berbeda dengan perusahaan batu bara publik lainnya yang produsen batu bara thermal yang dibutuhkan oleh industri di Indonesia, dengan kapasitas produksi yang siginifikan dapat mempengaruhi harga batu bara thermal global.

Perseroan mencatatkan penjualan bersih turun menjadi US$ 264,20 juta hingga kuartal III 2013 dari periode sama tahun sebelumnya US$ 509,21 juta. Dengan penjualan turun, perseroan mengalami rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi US$ 156,97 juta hingga kuartal III 2013 dari untung US$ 61 juta pada periode sama tahun sebelumnya. (Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya