Kekecewaan Derry Drajat Tentang Industri Hiburan Tanah Air

Pria kelahiran Bandung, 8 Agustus 1969 tersebut menyebut bahwa artis di Indonesia tidak punya banyak keleluasaan.

oleh Sylvia Puput Pandansari diperbarui 11 Jun 2014, 20:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2014, 20:00 WIB
Awal Kisah Derry Drajat Kepincut Dunia Politik
Derry melihat Gerindra dan Prabowo Subianto adalah sosok yang tepat untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik, Jakarta, Senin (9/6/2014) (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Derry Drajat, pesinetron dan presenter Tanah Air ini mengungkapkan kekecewaannya kepada Industri hiburan Tanah Air belum lama ini.

Derry yang pernah kondang di jamannya ini mengutarakan bahwa saat ini industri hiburan sudah dianggap menyulitkan artis dalam hal kontrak tertulis. Pria kelahiran Bandung, 8 Agustus 1969 tersebut menyebut bahwa artis di Indonesia tidak punya banyak keleluasaan.

"Intinya paling krusial itu adalah bagaimana kontrak hanya menguntungkan sepihak atau pemilik saja. Kelemahan di Indonesia karena profesi artis itu nggak ada organisasi, jadi si artis berhadapan dengan sebuah lembaga kekuasaan bernama PH. Jadi artis nggak punya kekuatan apa-apa. Di luar negri artis kerja bisa empat kontrak. Kontrak pribadi, agensi, buku, dan lain-lain," ujar Derry ketika bertandang ke kantor Liputan6.com belum lama ini.

Namun begitu, Derry tetap berkiprah dalam dunia Industri ini dengan alasan dirinya tidak mau hambatan itu membuatnya berhenti berkarya seni. Derry juga mengaku masih mengeluti sinetron sebagai perwujudan dari ilmunya semasa belajar seni di Insitut Kesenian Jakarta.

"Itu stripping, judulnya Bule Jadi Santri. Ya kan menyambut Ramadan. Jadi saya berperan sebagai bapak dari anak saya yang suka sama bule ini. Sementara ada laki-laki lain yang suka sama anak saya," cerita Derry.

Derry berharap masyarakat Indonesia bisa ikut menyebarkan banyak seni dan budaya serta keberagaman Indonesia kepada bangsanya sendiri sebelum kepada orang lain. Derry juga sangat  prihatin dengan kurangnya rasa memiliki budaya dan hasil karya bangsa. Malah, banyak dari pengagum itu adalah orang-orang asing.

"Kalau di luar negri ada festival folkore jam 7 malam, orang-orang sudah ngantri dari jam 10 pagi untuk nonton pertunjukkan Indonesia. Tapi di tempat kita sendiri, pertunjukkan semacam itu gratis juga nggak ada yang nonton," pungkasnya. 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya