Liputan6.com, Jakarta Usianya masih sangat muda, 19 tahun, namun banyak penghargaan yang sudah diraih Jessica Sudarta. Dan semuanya berhubungan dengan alat musik yang dimainkannya yaitu harpa.
Kehebatannya memainkan alat musik petik itu rupanya tak ingin dimilikinya seorang diri. Uniknya, Jessica Sudarta tak membagi ilmu dengan orang-orang kota, melainkan anak-anak pedalaman.
Advertisement
Melalui yayasan miliknya bernama Symphony of Heaven, Jessica Sudarta mengajak lima guru untuk mengajar ke desa di Bali.
Baca Juga
"Ini adalah panggilan hati untuk melayani masyarakat dengan apa yang Jessica punya. Aku pernah merasakan belajar memperkenalkan musik ke anak-anak waktu pertama tentang musik di kelas pertama, dan itu asyik banget, dan langsung pengin bawa balik dan sharing ke teman-teman di Indonesia," ungkap wanita asal Surabaya yang kini tengah mengecap pendidikan di Amerika Serikat melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, baru-baru ini.
Bagi Jessica Sudarta yang meraih juara pertama Best Saint Saens Performance 2017 ini, banyak keseruan bisa memberikan ilmu pada anak-anak. Dan ia pun mengakui anak-anak Indonesia kreatif, dan bertalenta.
"Tata krama dan sopan santun mereka tinggi banget, enggak ada anak yang enggak nurut dengan gurunya. Mereka juga aktif dan selalu semangat. Anak-anak sangat receptive dengan pelajaran yang dibagikan, mereka juga sangat semangat untuk membagikan apa yg mereka punya (musik daerah dan bahasa daerah)," terang Jessica Sudarta.
Â
Â
Alasan Bentuk Love for Indonesia
Program yang tengah dijalani Jessica Sidarta ini diberi nama Love for Indonesia (Dari dan Untuk Indonesia). Ini merupakan bentuk rasa syukur cewek yang memulai belajar harpa pada usia 12 tahun.
"Ini merupakan bentuk syukur Jessica dari semua yang sudah aku miliki, baik talenta, support dari orang tua, keluarga dan teman, juga hidup yang baik dan berkecukupan. Jessica punya ini ingin sekali dibagikan untuk sekitar Jessica," pungkasnya.
Jessica Sidarta pun bersyukur dilahirkan sebagai orang Indonesia, yang kaya dengan budaya dan kultur. Tak terbayang olehnya bila dirinya menjadi warga negara lain.
Advertisement