Liputan6.com, Jakarta - Pernah menonton film Unbreakable (2000) atau Split (2016)? Tahun ini, deretan karakter dari dua film tersebut dipertemukan oleh sang sutradara, M. Night Shyamalan dalam film terbarunya, Glass.
Glass kembali menghadirkan nuansa misteri dan ketegangan layaknya Unbreakable dan Split. Tema superhero yang disuguhkan dalam Unbreakable, dibawa kembali dalam film ini melalui narasi dari karakter Mr. Glass.
Menyusul dua film tersebut, Glass melengkapi trilogi bertema Eastrail 177 Trilogy karya M. Night Shyamalan. Selain karakter, alur ceritanya pun menjadi pengembangan dari Unbreakable dan Split.
Advertisement
Baca Juga
Alur cerita dalam Glass terjadi bertahun-tahun setelah Unbreakable, dan beberapa waktu usai Split. Dikisahkan, tiga karakter utamanya, David Dunn (Bruce Willis), Kevin Wendell Crumb (James McAvoy), dan Elijah Price alias Mr. Glass (Samuel L. Jackson), ditangkap lalu dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa.
Ketiganya dihadapkan pada Dr. Ellie Staple (Sarah Paulson) yang berusaha meyakinkan bahwa kekuatan mereka hanyalah ilusi dari keterbelakangan mental masing-masing. Namun, beberapa dari mereka memiliki rencana untuk kabur dari rumah sakit sambil membuktikan kepada dunia bahwa kekuatan superhero itu ada.
Masuk Akal
Menyaksikan Glass secara keseluruhan, M. Night Shyamalan nampaknya mulai unjuk kebolehan dalam membangun sebuah waralaba superhero versinya. Hasilnya pun patut diacungi jempol.
Alur cerita yang ditampilkan hampir 20 tahun lalu dalam Unbreakable, terasa masuk akal ketika dimasukkan untuk film Glass. Pengembangan karakter utama Split yang memiliki banyak kepribadian, termasuk si monster mengerikan, dimainkan lagi secara apik oleh James McAvoy.
Satu lagi yang patut diapresiasi adalah dilibatkannya aktor Spencer Treat Clark sebagai Joseph Dunn, putra dari David Dunn. Dalam Unbreakable, sang aktor kala itu masih anak-anak.
Kembalinya aktris Charlayne Woodard sebagai ibu dari Elijah serta Anya Taylor-Joy sebagai Casey Cooke juga semakin membuat kisah film ini dramatis.
Urusan misteri dan plot twist (kejutan cerita), M. Night Shyamalan lagi-lagi memasukkan unsur-unsur tersebut secara apik dan rapi. Bila kita menonton dua film sebelumnya, maka beberapa kejutan akan mencengangkan kita. Akhir ceritanya pun sukar ditebak, membuat film ini layak diberi tepuk tangan.
Advertisement
Bukan Film Marvel atau DC
Dari segala kelebihan tersebut, Glass masih memiliki beberapa hal yang dirasa kurang memuaskan. Salah satunya adalah adegan perkelahian antar manusia super.
Glass memang bukan film Marvel atau DC yang sarat dengan pertempuran dan pertarungan mega dahsyat. Film ini bisa dianggap memiliki adegan perkelahian yang membumi sampai-sampai terlalu masuk akal.
Sayangnya, beberapa adegan laga selalu digambarkan secara lambat dalam waktu singkat.
Pada intinya, Glass bukanlah film superhero yang sarat dengan bumbu laga. Film ini lebih menekankan pada kondisi psikologis orang-orang yang memiliki kekuatan super.
Kekecewaan
Banyaknya dialog yang menginterupsi momen perkelahian, dirasa bakal menimbulkan kekecewaan bagi para pecinta adegan laga yang menonton film ini.
Motif beberapa karakter untuk mencapai tujuannya ini bisa dianggap masuk akal. Meskipun, cara M. Night Shyamalan dalam menyibak misteri yang dihadirkan terkesan agak memaksakan. Misalnya saja dengan memasukkan cerita buku komik ke dalam salah satu motifnya.
Glass bisa menjadi satu hiburan menarik bagi para pecinta film berjenis ketegangan. Film ini juga menjadi penutup yang pas bagi Unbreakable dan Split.
Namun seperti yang sudah disampaikan, ini bukanlah film superhero yang sarat adegan laga. Jadi, siapkan ruang di dalam otak sebelum menontonnya agar bisa menerka-nerka berbagai misteri dalam film ini.
Advertisement