Angel Has Fallen: Makar Di Amerika Serikat, 18 Paspampres Tewas!

Angel Has Fallen lanjutan dari Olympus Has Fallen (2013) dan London Has Fallen (2016).

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Agu 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2019, 09:00 WIB
Angel Has Fallen
Angel Has Fallen. (Foto: Jack English/Millennium Media/G-BASE/Lionsgate)

Liputan6.com, Jakarta - Wajar jika Angel Has Fallen dibuat mengingat Olympus Has Fallen yang didanai 70 juta dolar AS (980 miliar rupiah) mendatangkan laba kotor hampir 2,4 triliun rupiah.

London Has Fallen lebih gila lagi. Dengan biaya produksi lebih rendah, 60 juta dolar AS (840 miliar rupiah), bisa mengeruk laba kotor 205,8 juta dolar AS atau sekitar 2,88 triliun rupiah. Dengan rekam jejak sebagus ini, para produser percaya diri membiayai Angel Has Fallen 80 juta dolar AS. 

Olympus Has Fallen menceritakan ambyarnya pusat pemerintahan AS. London Has Fallen, sesuai judulnya, mengisahkan jatuhnya Ibu Kota Inggris ke tangan para teroris. Kini, Angel Has Fallen tak lagi bicara lumpuhnya sebuah kota melainkan konspirasi di tubuh pasukan pengamanan presiden (Paspampres) yang berdampak pada ambruknya reputasi tokoh utama, Mike Banning (Gerard).

Pergeseran konflik ini agar Angel Has Fallen punya rasa baru. Bukan sekadar pengulangan jilid terdahulu. Konflik ditubuh Paspampres tak membawa kita pelesir ke suatu negara namun mengeskplorasi organisasi yang membesarkan tokoh utama. Meski demikian kita tidak akan bosan.

Konflik dibuat lebih intens sekaligus rumit. Sebelum menonton Anda harus pahami bahwa sejumlah karakter di Angel Has Fallen adalah hasil pengembangan dari dua pendahulunya. Dalam London Has Fallen, Presiden AS dijabat Benjamin Asher (Aaron Eckhart). Kini Benjamin telah lengser. Tak jelas penyebabnya. Wakil Presiden AS, Allan Trumbull (Morgan), naik tahta 1,5 tahun lalu.

 

18 Anggota Paspampres Tewas

Angel Has Fallen
Angel Has Fallen. (Foto: Jack English/Millennium Media/G-BASE/Lionsgate)

Angel Has Fallen mengisahkan rencana pemerintah AS menyewa pasukan swasta untuk menguatkan posisi AS sebagai negara Adidaya. Rencana ini didukung Wakil Presiden AS yang baru, Kirby (Tim). Allan Trumbull yang gamang masih terus menimbang. Saat menyepi dengan memancing di danau bersama Mike, sekumpulan drone penyerang menghajar kawasan itu. Drone ini melacak pergerakan manusia lalu meledakkan sasaran tanpa ampun. Tak kurang dari 18 anggota Paspampres tewas. Allan dan Mike terjun ke danau. 

Beberapa jam kemudian Allan yang ditemukan dalam keadaan koma, dirawat intensif di rumah sakit. Mike yang siuman mendapati dirinya diborgol. Agen FBI Hellen Thompson (Jada) menetapkannya sebagai tersangka makar karena rambut, DNA, dan bercak darah Mike terdapat di sebuah mobil van yang terletak tak jauh dari TKP. Mobil itu berisi boks bekas peluncuran drone. Rekening Mike sendiri terisi 10 juta dolar AS. Diduga uang itu dikirim dari Moskwa. Skema penyerangan danau juga muncul dalam percakapan terenkripsi di gawai milik Mike. 

Sang istri, Leah (Piper) tak percaya Mike berupaya membunuh presiden. Mike tak terima atas tuduhan ini. Apalagi saat hendak diamankan ke rumah tahanan, mobil yang membawa Mike diserang para penembak jitu. Berhasil menyelamatkan diri, Mike kabur ke rumah ayahnya, Clay (Nick). Perputaran makar mengerucut pada sejumlah kemungkinan. 

 

Keputusan Berani

Angel Has Fallen
Angel Has Fallen. (Foto: Jack English/Millennium Media/G-BASE/Lionsgate)

Angel Has Fallen memperlihatkan aksi makar yang berlangsung cepat dan melibatkan banyak nama. Anda kami sarankan fokus pada film mengingat, beberapa tokoh baru muncul dengan motivasi tertentu dan apa pun bisa terjadi dalam hitungan menit. Beberapa peristiwa yang berlangsung cepat misalnya percobaan pembunuhan Mike dan dialog dalang dengan anak buah. Yang menarik, Angel Has Fallen membuat keputusan berani khususnya dalam pengaturan plot. 

Trio penulis skenario Robert-Matt-Ric membiarkan dalang terungkap setelah sepertiga film bergulir. Dengan terbongkarnya kedok dalang, kita dengan mudah menebak kepentingannya. Ric yang merangkap sutradara tak kurang akal membuat kita bertahan di bioskop.

Ia menyuguhkan kejar-kejaran yang bikin jantung berdegup kencang. Kita disuguhi pertemuan tak terduga Mike dengan ayahnya. Kami tak bermaksud jadi spoiler lo, ya. Mengingat adegan ini sudah ada di trailer resminya.  

Yang tidak Anda duga, mengapa ayah Mike baru muncul di jilid ketiga, masa lalu dua pria dari dua generasi, hingga chemistry Gerard dengan aktor veteran Nick Nolte yang rock and roll. Nick, yang sudah 3 kali dinominasikan di ajang Oscars, bikin kita pangling dengan membiarkan rambut dan jenggotnya tumbuh liar. Karakter Clay hadir bukan untuk mempermanis Angel Has Fallen. Perannya justru penting. Selain membuat latar Mike Banning lebih terang, ada sejumlah falsafah hidup yang dijadikan Mike momen titik balik.

 

 

Politik Dibungkus Elemen Aksi

[Fimela] Angel Has Fallen
(Instagram/angelhasfallen)

Kehadiran Clay memanusiakan Mike. Ia bukan lagi one man show, tempat penonton menggantungkan sebanyak mungkin harapan. Clay pula yang membuat Angel Has Fallen memiliki selera humor. Dengan durasi lebih lama dari biasanya, Angel Has Fallen memperlihatkan keluwesan Ric menata plot, grafik konflik, penokohan, serta mengembalikan para tokoh sebagai manusia biasa. Ric yang kita kenal lewat film Snitch meneruskan kerja apik Antoine Fuqua (Olympus Has Fallen) dan Babak Najafi (London Has Fallen). 

Karena ini drama politik yang terbungkus tebalnya elemen aksi, dialog-dialog heroik khas Hollywood tak terhindarkan. Tanpa dialog pun, tokoh Mike Banning sudah Amerika banget. Belum lagi saat membahas siapa yang salah jika tentara mengalami masalah kejiwaan setelah pulang dari medan perang. 

Cacat terbesar film ini ada di departemen efek visual. Adegan peledakan rumah sakit memperlihatkan asap yang penuh kepalsuan. Detailnya tidak rapi. Ini kesalahan yang mestinya tak perlu terjadi. 

Terlepas dari klise soal nasionalisme dan kepahlawanan, ada sejumlah dialog dengan pesan universal yang mampu membesarkan hati penonton. “Saya memang menyerah. Tapi dengan begitu setidaknya saya tahu kapan harus berhenti, daripada nekat melanjutkan namun menyakiti hati orang-orang yang saya cintai,” ucap seorang tokoh. Dialog lain yang menusuk relung, “Setiap orang pasti pernah melewati masa sulit. Masa-masa sulit itulah yang membentuk jati diri seseorang.” 

 

Pemain: Gerard Butler, Morgan Freeman, Danny Huston, Nick Nolte, Piper Perabo, Jada Pinkett Smith, Tim Blake Nelson, Lance Reddick

Produser: Alan Siegel, Gerard Butler, Matt O Toole, John Thompson, Les Weldon, Yariv Lerner

Sutradara: Ric Roman Waugh

Penulis: Robert Mark Kamen, Matt Cook, Ric Roman Waugh

Produksi: Millennium Media, G-BASS

Durasi: 2 jam, 1 menit 

(Wayan Diananto)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya