Ernest Prakasa Jelang Hari Film Nasional: Pemerintah, Tolong Jaga Kami Dari Para Pembajak

Jelang Hari Film Nasional, Ernest Prakasa memberi sejumlah catatan kritis dari share market film Indonesia hingga masalah klasik, pembajakan.

oleh Wayan Diananto diperbarui 28 Mar 2020, 06:30 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2020, 06:30 WIB
Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)
Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)

Liputan6.com, Jakarta Hari Film Nasional diperingati tiap 30 Maret. Jelang Hari Film Nasional, Ernest Prakasa memberi sejumlah catatan kritis dari share market film Indonesia hingga masalah klasik, pembajakan.

Dalam sesi wawancara khusus dengan Showbiz Liputan6.com, pekan ini, Ernest Prakasa menilai film Indonesia sebenarnya belum sepenuhnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Kalau dilihat dari angka penjualan tiket dan market share, film Indonesia masih belum sampai 40 persen dari film internasional. Soal jadi tuan rumah di negeri sendiri, ditilik dari segi market atau jualan tiket bioskop, belum tercapai,” ulas Ernest Prakasa.

 

Dorong Lahirnya Naskah Asli

Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)
Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)

Hal lain yang dikritisi Ernest Prakasa, banyaknya produser yang memproduksi film berbasis buku laris. Dalam pandangan Ernest Prakasa, naskah original terhimpit naskah adaptasi merupakan fenomena global.

Di Hollywood misalnya, tangga box office didominasi karya adaptasi, spin-off komik atau buku, remake, dan sejenisnya. “Cuma sebagai penulis, saya mendorong lebih banyak naskah asli lewat kelas-kelas yang saya buka,” ujar bintang film Rudy Habibie dan Ngenest, di Jakarta, pekan ini.

Hasilkan Ghost Writer

Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)
Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)

Kelas sKenario Ernest Prakasa menghasilkan beberapa penulis pendatang baru andal. Salah satunya, Nonny Boenawan yang menulis nashkah Ghost Writer. Film Ghost Writer dirilis tahun lalu dan menyerap 1,1 juta penonton lebih.

Ernest Prakasa berharap produser dan penonton memberi ruang apresiasi lebih bagi film dari cerita asli. Mengingat, jaringan bioskop telah menunjukkan dukungan untuk menayangkan semua film Indonesia.

Bioskop Khawatir, Mengapa?

Niat Menonton Film dengan Teman, Pria di Inggris Tewas Terjepit Kursi Bioskop
(Foto: Derks24/Pixabay)

“Bahkan kadang saya melihat sepertinya jaringan bioskop khawatir dibilang tak mendukung perfilman nasional. Film-film yang trailernya bikin dahi berkerut sambil berujar, ‘Ini film apaan?’ pun tetap dikasih kesempatan tayang minimal beberapa hari untuk membuktikan diri,” cetus sutradara Cek Toko Sebelah.

Ernest Prakasa mengingatkan, Presiden Jokowi telah membuka keran investasi asing agar masuk ke bioskop Tanah Air. Cinepolis misalnya, masuk ke Cinemaxx. Cinema XXI mendapat sokongan investasi dari Singapura.

Perangi Situs Film Ilegal

Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)
Ernest Prakasa. (Foto: Instagram @ernestprakasa)

“Karenanya saya berharap pertumbuhan jumlah layar makin cepat. Bioskop lain masuk ke Indonesia khususnya di second cities di luar Pulau Jawa dan di luar ibu kota provinsi,” ia menyambung. Harapan lain dari Ernest Prakasa untuk pemerintah, lebih gencar memerangi pembajakan.

“Pemerintah tolong perbanyak sekolah film, jaga kami juga dari para pembajak. Kayaknya gampang banget menayangkan film di situs-situs ilegal lalu orang dengan mudah mengakses. Kalau pornografi bisa sedemikian ditindak oleh Menkominfo, masa pembajakan enggak bisa?” ia mengakhiri perbincangan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya