Liputan6.com, Jakarta Kabar duka datang dari dunia musik klasik Tanah Air. Salah satu maestro musik klasik Indonesia, KRA.Trisutji Djuliati Kamal atau yang dikenal dengan Trisutji Kamal meninggal dunia di usia 84 tahun.
Trisutji Kamal meninggal dunia pada Minggu (21/3/2021) pagi di Jakarta. Kabar terkait kepergian Trisutji Kamal kami lansir dari status teks Facebook pemerhati musik Stanley Tulung, hari yang sama.
Advertisement
Baca Juga
Menyertai status teks ini, Stanley menyertakan foto komposer Trisutji Kamal mengenakan atasan lengan panjang warna hijau dan celana panjang hitam. Dalam suasana santai ia berfoto sambil duduk di kursi panjang dengan sejumlah sahabat.
Maestro Musik Klasik
“Telah wafat pagi ini 21 Maret 2021 komposer, musik Klasik Indonesia Ibu KRA.Trisutji Djuliati Kamal. Jenazah almh. Trusutji Kamal akan disemayamkan di rumah duka,” tulisnya.
Sebelum dikebumikan, jenazah Trisutji Kamal dibawa ke rumah duka di Cilandak Barat, Jakarta. Informasi ini disampaikan anak almarhumah, Rani. “Semoga beliau tenang disisi-NYA. Amin,” Stanley mengakhiri.
"Minggu pagi Rani mengabarkan ke saya berita duka ini sambil menangis," tambah Stanley saat dihubungi Liputan6.com, Minggu pagi.
Trisutji meninggal dunia setelah sempat drop kondisi kesehatannya. "Tensinya turun, sempat dibawa ke dokter. Begitu kata Rani. Ibu Trisutji memang sudah sepuh," kata Stanley.
Advertisement
200 Komposisi
Sang seniman lahir di Jakarta, 28 November 1936, dengan nama Kanjeng Raden Ayu (K.R.A.) Trisutji Djuliati Kamal. Ia dikenal publik dengan nama panggung Trisutji Kamal.
Akrab dengan alat musik piano dan flute, Trisutji Kamal menggubah lebih dari 200 komposisi untuk piano, yang direkam dalam 10 cakram padat bertajuk Complete Piano Works Series yang dimainkan musisi Ananda Sukarlan.
Keluarga Yang Melingkungi
Trisutji Kamal menjadi seniman besar tak luput dari asuhan keluarga yang melingkungi. Ayahnya dokter sekaligus pelukis, Djulham Surjowidjojo, keturunan Keraton Keraton Mangkunegaran Surakarta.
Ibunya, B.R.A. Nedima Kusmarkiay, juga berdarah biru. Nedima cucu langsung Sri Susuhunan Pakubuwono X, dari Keraton Kasunanan Hadiningrat. Dari sanalah darah seninya mengalir.
Advertisement
Bintang Budaya Parama Dharma
Melansir dari laman Wikipedia, ayah Trisutji yang seorang dokter bekerja untuk Sultan Langkat di Binjai, Sumatra Utara. Tak heran jika Trisutji Kamal mengakrabi budaya Jawa dan Melayu.
Keragaman membuat almarhumah mencintai budaya Indonesia dan melahirkan sejumlah karya besar. Pada 2010, Trisutji Kamal dianugerahi penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma.