Review Film Dune: Memenuhi Kaidah Seni Sinema, Tapi Maaf Kurang Seru Untuk Perang Lintas Planet

Dune menempatkan Zendaya dan Timothee Chalamet di garis depan. Karya Denis Villeneuve memenuhi idealnya unsur seni namun terasa kurang seru.

oleh Wayan Diananto diperbarui 16 Okt 2021, 11:30 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2021, 11:30 WIB
Film Dune.
Poster film Dune. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu materi paling potensial sekaligus sulit untuk dilayarlebarkan bernama Dune, novel fiksi ilmiah karya Frank Herbert (1965), dulu dipublikasikan dalam dua seri di majalah Analog. Legendary Pictures dan Warner bukan pihak pertama yang tergoda pada Dune.

Pada dekade 1970-an, sineas Alejandro Jodorowsky menjajal memfilmkan Dune. Mengembangkan naskah tiga tahun lamanya diikuti dengan “mengembangnya” biaya produksi, proyek ini lalu kandas. David Lynch memberanikan bikin Dune versi layar lebar tapi berujung cibiran.

Hampir 40 tahun berlalu, Dune kembali dilirik dengan Denis Villeneuve sebagai sutradara. Seperti kita tahu, Dune versi terbaru (di luar posternya yang meh itu) panen pujian. Sebagus itukah Dune versi Denis Villeneuve? Berikut review film Dune versi kami.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Terbang ke Planet Arrakis

Film Dune.
Paul Atreides dalam Dune diperankan oleh Timothee Chalamet. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Adalah planet Arrakis yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, sumber daya alam paling berharga di jagat raya. Selama 80 tahun planet dengan gurun eksotis ini dikuasai klan Harkonnen yang dipimpin Baron Vladimir (Stellan Skarsgard).

Oleh kaisar, Arrakis lalu dipercayakan kepada Duke Leto Atreides (Oscar Isaac). Ia membawa istri, Lady Jessica (Rebecca Ferguson) dan sang pewaris takhta, Paul Atreides (Timothee Chalamet) ke Arrakis. Menguasai Arrakis tak semudah yang dibayangkan. 

Leto berinteraksi intens dengan sejumlah punggawa seperti Gurney Halleck (Josh Brollin), Duncan Idaho (Jason Momoa), hingga dokter Yueh (Chang Chen). Tak dinyana terjadi pengkhianatan yang memaksa Lady Jessica dan Paul mengungsi.

 

Rekam Jejak Denis Villeneuve

Film Dune.
Salah satu adegan film Dune. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Dengan bantuan Liet Kynes (Sharon Duncan-Brewster), keduanya kabur lalu menghadapi Fremen, penduduk asli Arrakis. Di sana, Paul bertemu Chani (Zendaya) gadis yang ia “kenal” lewat sebuah penglihatan. Kedatangan Lady Jessica dan Paul tak diterima oleh komunitas Fremen begitu saja.

Bagi yang belum menonton Dune, izinkan kami memberi tips untuk cek rekam jejak Denis Villeneuve sebagai sutradara. Adakah di antara tumpukan film Denis yang pernah Anda tonton? Jika ya, bagaimana rasanya? Kami pernah menonton Arrival dan Prisoners.

Terhadap keduanya kami jatuh hati. Tempo yang cenderung lambat terasa selaras dengan penyutingan. Tuturan cerita terasa detail, runut, dengan akting para pemain yang aduhai. Wajar saat Oscars mendepak Amy Adams (Arrival) dari bursa Pemeran Utama Wanita Terbaik 2017, banyak yang mempertanyakan dan mencak-mencak. Di tangan Denis, Amy memang sebagus itu.

 

Enggak Kaleng-kaleng

Film Dune
Duke Leto Atreides dalam Dune diperankan Oscar Isaac. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Denis juga pernah menggarap Blade Runner 2049 yang canggih dari aspek sinematografi dan efek visual. Serbaindah dan glamor, panen pujian kritikus, namun performa box office-nya masuk kategori untung tipis. Bisa jadi, ada yang “salah” dengan film ini hingga bikin awam pusing karenanya.

Dune, tanpa mengurangi respek kami terhadap sumber aslinya yang dahsyat, bisa jadi bernasib serupa. Satu jam dan 10 menit awal, Dune berisi perkenalan tokoh. Nyaris tanpa konflik dan untuk ukuran film berdurasi 155 menit, sejujurnya terasa bertele-tele.

Memang, kita dipukau dengan tata kostum dengan detail, pewarnaan, bentuk hingga cutting yang sanggup menggarisbawahi latar belakang karakter. Artistiknya pun enggak kaleng-kaleng.

 

Unsur Sinema Kelas Dunia

Film Dune.
Lady Jessica dalam Dune diperankan oleh Rebecca Ferguson. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Dune yang secara bebas diartikan padang pasir diterjemahkan dalam warna earthy dan turunannya. Bergerak dari warna hitam, kelam baja, cokelat dengan kerabatnya, dan nyaris tanpa warna gonjreng. Setiap kawasan yang dihuni komunitas dibuatkan peradaban.

Dengan melihatnya, kita tahu sedang memasuki daerah kekuasaan siapa. Belum lagi sinematografi yang tak sekadar indah. Bidikan kamera Greig Fraser adalah pintu gerbang bagi audiens untuk memasuki dunia Dune yang luas dan membuat kita berkali-kali terasa seperti serpihan saja.

Semua unsur ini membuat Dune berhasil menjadi karya seni kelas dunia. Ia menyempurnakan versi 1984 bukan hanya dari aspek teknologi, melainkan kaidah sinema secara keseluruhan.

 

 

Yang Absen dari Dune

Film Dune.
Dokter Yueh dalam Duen diperankan oleh Chang Chen. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Yang absen dari Dune adalah unsur seru. Ini perang antarkomunitas antarplanet. Namun, Dune tak punya kedahsyatan yang diharapkan penonton pada umumnya saat menonton “perang lintas planet.” Konfliknya relatif daftar.

Denis bisa saja berlindung di balik kedok, “Kan ini baru bagian pertama. Nanti yang kedua pasti lebih seru, kok.” Tak semua penonton yang ke bioskop bisa menerima dalih semacam ini. Bagaimana pun, kalau boleh mencatut jargon iklan minyak wangi zaman dulu, “Kesan pertama (semestinya) begitu menggoda. Selanjutnya terserah Anda.”

Seru yang dibutuhkan Dune bukan hanya gambar indah, efek visual ciamik, artistik dan tetek bengeknya, yang notabene hanya bisa dipahami mereka yang melek film sejak awal. Elemen perang, konspirasi politik tingkat planet, dan dampak fatal yang menyertainya mestinya juga digarap detail.

Dari Kacamata Awam...

Film Dune.
Salah satu adegan dalam Dune. (Foto: Dok. Legendary Pictures/ Warner Bros. Pictures/ IMDb)

Dengan demikian, penonton yang enggak kenal-kenal amat dengan dunia Dune bisa dibuat terpukau. Syukur-syukur setelah itu mencari bukunya dan menceburkan diri ke sumber asli. Denis membuat perkenalan mendetail. Sibuk mempresentasikan kaisar, para pemangku kepentingan, hingga hulubalang. Lupa pada elemen action yang dicari penonton awam.

Walhasil, Dune bisa jadi kandidat kuat di elemen teknis untuk ajang penghargaan film termasuk Oscar (yang ratingnya makin memprihatinkan bagi pemirsa layar kaca, mohon maaf). Namun bagi mereka yang menganggap film adalah hiburan dan genre adventure action harus meriah, bisa jadi keluar bioskop dengan muka cemberut.

Tak usah jauh-jauh. Cek saja jam tayang Dune di bioskop Tanah Air. Selama pandemi, Dune dengan durasi 155 menit maksimal tayang tiga kali per hari. Belum genap seminggu, beberapa bioskop mengurangi jam tayang.

Bikin aksi yang seru tanpa harus terjebak menjadi B-movie sangatlah mungkin. Banyak kok film kaliber Oscars yang “jedar jedar hore” berjaya di tangga box office. Kalau pun bab pertama harus berupa sesi perkenalan, mestinya bisa menarik satu dua konflik kuat dari bab berikutnya agar jilid perdana ini enggak boring. Dari aspek seni, Dune tak diragukan. Dari kacamata awam, keseruannya meragukan. 

 

 

Pemain: Timothee Chalamet, Oscar Isaac, Josh Brolin, Stellan Skarsgard, Jason Momoa, Dave Bautista, Chang Chen, Zendaya, Sharon Duncan-Brewster, Charlotte Rampling

Produser: Mary Parent, Cale Boyter, Joe Caracciolo Jr., Denis Villeneuve

Sutradara: Denis Villeneuve

Penulis: Jon Spaihts, Eric Roth, Denis Villeneuve

Produksi: Legendary Pictures, Warner Bros. Pictures

Durasi: 2 jam, 35 menit

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya