Girry Pratama Bersama Para Sineas Indonesia Rapat Bareng Kemenparekraf Bahas Industri Film Nasional

Girry Pratama mengintruksikan untuk bertanya dengan Host pada acara virtual terkait Fasilitas Pemulihan Ekonomi Nasional Untuk Industri Film Indonesia.

oleh Surya Hadiansyah diperbarui 05 Apr 2022, 15:10 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2022, 06:20 WIB
Sutradara Film The Other Side
Sutradara Film The Other Side, Girry Pratama. (IST)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah tidak tinggal diam untuk membangkitkan industri film nasional. Wujud dari komitmen tersebut adalah bantuan dalam mempromosikan, membantu proses perizinan, hingga produksi karya sineas tanah air.

Langkah ini diambil sebagai bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Subsektor Film. Girry Pratama hadir dalam rapat virtual yang adakan oleh Kemenparekraf yang di hadiri seluruh Produser Film seluruh Indonesia, rapat tersebut membahas terkait Fasilitas PEN Untuk Industri Film Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut Girry Pratama mengintruksikan untuk bertanya dengan Host pada acara virtual terkait Fasilitas PEN Untuk Industri Film Indoneisa.

 

Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harapan

Sutradara Film The Other Side
Sutradara Film The Other Side, Girry Pratama. (IST)

“Terima Kasih untuk kesempatannya saya mewakili teman-teman dan dalam hati saya sendiri, saya Girry Pratama dari PT. LINGKAR KARYA PRATAMA, saya ingin program Fasialitas PEN yang di adakan oleh Kemenparekraf agar bisa lebih netral dan lebih baik lagi dalam memilih membantu Ekonomi Kreatif di Indonesia," kata Girry Pratama beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, Girry Pratama menekankan bahwa subsidi sepatutnya adalah anggaran negara dari rakyat untuk rakyat yang membutuhkan, bener-benar untuk kalangan kreatif yang punya mimpi besar untuk membangun ekonomi kreatif yang terhalang oleh besarnya biaya promosi.

"Dan pemerinah harusnya lebih tahu dalam memilih Production House (PH) yang ada di Indoensia, dan yang membutuhkan dan berhak mendapatkan Fasilistas PEN Untuk Industri Film Indonesia," bebernya.

 


Contoh

[Fimela] Girry Pratama
Preskon film Kain Kafan Hitam (Nurwahyunan/Fimela.com)

Girry Pratama kemudian mengambil mencontohkan seperti Beras Subsidi untuk kalangan yang menurut mereka harga beras sangat mahal, tak mungkin orang-orang kaya raya juga beli beras subsidi dari pemerintah.

"Jangan sampai sama halnya seperti subsidi BBM, yang mampu beli mobil Miliaran dapat subsidi padahal yang membutuhkan banyak warga yang gak mampu yang harus dapatkan anggaran subsidi lainnya," tambahnya lagi.

 


Gelontorkan Dana

Sebagai salah satu subsektor ekonomi kreatif, film juga menjadi salah satu sektor paling terdampak pandemi COVID-19. Hal ini terlihat dari data Outlook Pariwisata & Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021 yang mencatat pertumbuhan subsektor film, animasi, & video pada 2020 mengalami minus 0,03%.

Besaran dana yang digelontorkan pemerintah dalam upaya menggeliatkan perfilman nasional ini juga tidak tanggung-tanggung. Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menggelontorkan dana sebesar Rp75 miliar untuk promosi dan produksi film.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya