Iran Tak Terima Disebut Memberi Komando kepada Hamas, Aslinya Cuma Ingin Meredakan Konflik Israel - Palestina Agar Tak Makin Meluas

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, menyampaikan pada Minggu (29/10/2023), bahwa negerinya tak ingin perang di Jalur Gaza yang sedang melibatkan Israel melawan militan Palestina, Hamas, makin meluas.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 30 Okt 2023, 12:32 WIB
Diterbitkan 30 Okt 2023, 12:29 WIB
Ilustrasi nuklir Iran
Ilustrasi nuklir Iran (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Iran kini sedang disebut-sebut sebagai salah satu negara yang ekstrim mendukung Palestina dengan cara membantu sekaligus menjadi komando kelompok militan Hamas. Namun rupanya, hal itu tak sepenuhnya benar, seperti dalam satu pernyataan oleh seorang pejabat negara Iran baru-baru ini. 

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, menyampaikan pada Minggu (29/10/2023), bahwa Iran aslinya tak ingin perang di Jalur Gaza yang sedang terjadi ini makin meluas. "Kami tidak ingin perang ini meluas," ujar Amirabdollahian kepada CNN, mengutip Antaranews.com.

Banyak pihak termasuk Amerika Serikat, menduga Iran mengetahui rencana Hamas dalam melancarkan operasi melawan Israel. Namun menurut laporan awal intelijen AS, beberapa pemimpin Iran justru terkejut dengan serangan maut itu.

Hossein Amirabdollahian menolak klaim yang secara langsung mengaitkan Iran dengan serangan maut tersebut pada hari yang sama. Ia menyebutnya sebagai tudingan yang tak berdasar.

 

Iran Bantah Terlibat Operasi Serangan Maut

Perang Israel Palestina
Melansir laporan Associated Press, militer Israel mengajak rombongan wartawan melihat secara langsung kondisi Kibbutz setelah berhasil direbut kembali dari Hamas. (AP Photo/Ariel Schalit)

"Kami selalu mendapat dukungan media politik dan internasional untuk Palestina. Kami tidak pernah menyangkal hal ini," kata Hossein Amirabdollahian.

"Ini adalah kebenarannya. Tetapi sehubungan dengan operasi yang disebut Badai Al Aqsa ini, sama sekali tidak ada hubungan antara Iran dan operasi Hamas ini. Baik pemerintah saya maupun bagian dari negara saya," sambungnya.

 

Koalisi AS Menerima Serangan dari Pasukan yang Didukung Iran

Israel Bombardir Gaza Palestina
Perang Hamas-Israel pecah pada akhir pekan lalu. Serangan Hamas dilakukan secara tidak terduga. (MAHMUD HAMS/AFP)

Selain itu, pasukan AS dan koalisinya telah diserang sekitar 19 kali di Irak dan Suriah oleh pasukan yang didukung oleh Iran selama sepekan terakhir.

Namun Amirabdollahian mengatakan bahwa mengaitkan Iran dengan serangan apapun sambil membawa-bawa isu kepentingan AS tanpa adanya bukti, merupakan tudingan yang sepenuhnya salah.

"Masyarakat di wilayah tersebut marah. Mereka tidak menerima perintah dari kami. Mereka bertindak berdasarkan kepentingan mereka sendiri. Selain itu, apa yang terjadi, apa yang dilakukan oleh Hamas, sepenuhnya merupakan tindakan Palestina," ujarnya.

 

Amerika Serikat Tak Bermaksud Menuai Konflik dengan Iran

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Amerika Serikat juga sempat mengatakan kepada PBB pada Selasa lalu bahwa mereka tidak bermaksud untuk menuai konflik dengan Iran. Namun Menteri Luar Negeri Antony Blinken memperingatkan bahwa Washington akan bertindak tegas andaikan Iran maupun proksinya menyerang personel AS di mana pun.

Pentagon mengatakan pada Kamis lalu bahwa militer AS melakukan serangan terhadap dua tempat penyimpanan senjata dan amunisi di Suriah timur yang digunakan Korps Garda Revolusi Islam Iran serta kelompok-kelompok yang mendapatkan dukungannya.

 

Serangan Maut Hamas di Israel

Sebelumnya, Hamas melakukan serangan kepada Israel yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang dan kebanyakan warga sipil. Aksi itu memicu Israel untuk menyerbu Jalur Gaza dengan serangan udara.

Diketahui, serangan itu telah menjadi hari yang paling mematikan dalam 75 tahun sejarah Israel.

Bahkan, Israel memulai operasi darat agar bisa menghancurkan kelompok Hamas sambil memulangkan lebih dari 200 orang yang diculik untuk dibawa ke Gaza.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya