Liputan6.com, Jakarta - Lailatul Qadar, atau malam kemuliaan, merupakan salah satu malam yang sangat istimewa dalam Islam. Kemuliannya dituangkan dalam Alquran
Di Surah Al-Qadr, dijelaskan malam Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Ini menunjukkan betapa besar nilainya di mata Allah SWT.
Malam Lailatul Qadar hanya terjadi pada bulan Ramadhan. Ini merupakan omen penting ketika Alqur'an yang merupakan petunjuka untuk umat manusia, diturunkan untuk pertama kalinya kepada Nabi Muhammad SAW..
Advertisement
Keberadaan Lailatul Qadar memperkaya spiritualitas umat Muslim, membangkitkan semangat untuk mencari rahmat, ampunan, dan berkah dari Allah SWT.
Lailatul Qadar juga dikenal sebagai malam penerimaan doa yang luar biasa. Umat Muslim memanjatkan doa-doanya dengan harapan agar diterima oleh Allah SWT.
Malam Lailatul Qadar adalah momen berharga untuk memohon ampunan, keberkahan, dan perlindungan dari segala keburukan. Di malam Lailatul Qadar ini, pintu-pintu surga terbuka lebar dan pintu-pintu neraka tertutup rapat.
Malam Istimewa Ini Tak Menentu Waktunya
Lailatul Qadar juga dianggap sebagai waktu untuk memperbaiki hubungan dengan Allah SWT. Dengan cara bertaubat dan beristighfar.
Ini adalah saat yang tepat untuk mengintrospeksi diri, menilai perbuatan-perbuatan masa lalu, dan bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik di masa depan.
Umat Islam dihimbau untuk memperbanyak ibadah, berzikir, dan memohon ampunan agar mendapatkan berkah dan petunjuk dari Allah SWT.
Advertisement
Mendapatkan Malam Qadar
Menukil Bincangsyariah.com, tidak dapat dipungkiri bahwa malam qadar menjadi momen yang paling dinanti oleh umat Islam pada bulan Ramadhan.
Rasulullah menganjurkan kepada kita semua untuk terus berharap mendapatkan malam qadar, meski malam qadar tersebut tak menentu kapan datangnya. Karena yang mengerti kepastiannya hanyalah Allah. Namun, Rasulullah mengisyaratkan dalam hadis yang bersumber dari Aisyah:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ
Artinya : "Carilah malam Qadar itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan Ramadan". (HR. Al-Bukhari)
Malam Ganjil
Keterangan di atas sekedar menginformasikan bahwa malam qadar itu kemungkinan terjadi pada malam ganjil di sepuluh akhir bulan Ramadhan. Para Ulama berbeda pendapat dalam memprediksi datangnya malam qadar.
Salah satu pendapat ulama yang banyak mendapat rujukan adalah pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili. Beliau merupakan tokoh sufi pendiri tarekat syadziliyah.
Advertisement
Waktu Lailatul Qadar Menurut Imam Abu Hasan al-SyadziliNabi
Pendapat beliau mengenai jatuhnya malam qadar ini terdapat dalam kitab Hasyiyah ash Shaawi 'alal Jalaalain juz IV halaman 337. Sebagaimana dalam keterangan berikut :
فعن أبي الحسن الشاذلي إن كان أوله الأحد فليلة تسع وعشرين، أو الإثنين فإحدي وعشري أو الثلاثاء فسبع وعشرين أو الأربعاء فتسعة عشر أو الخميس فخمس وعشرين أو الجمعة فسبعة عشر أوالسبت فثلاث وعشرين
Artinya; " A. Jika awal Ramadhan hari Ahad maka Lailatul Qadar malam ke 29. B. jika awal Ramadhan hari Senin maka Lailatul Qadar malam ke 21. C. jika awal Ramadhan hari Selasa maka Lailatul Qadar malam ke 27.
D. adapun, jika awal Ramadhan hari Rabu maka Lailatul Qadar malam ke 19. E. jika awal Ramadhan hari Kamis maka Lailatul Qadar malam ke 25. F. awal Raamadhan hari Jumat maka Lailatul Qadar malam ke 17. G. jika awal Raamadhan hari Sabtu maka Lailatul Qadar malam ke 23,".
Berdasarkan pendapat ulama di atas, untuk bulan Ramadhan tahun 2024 ini, berdasarkan mufakat sidang isbat yang menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa 12 Maret 2024, maka Malam Qadar 1445 H. / 2024 M. jatuh pada malam ke 27 menurut pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili. Wallahu a'lam.
Malam Ke-27?
Berdasarkan pendapat ulama di atas, untuk bulan Ramadhan tahun 2024 ini, berdasarkan mufakat sidang isbat yang menetapkan 1 Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada Selasa 12 Maret 2024.
Maka perhitungannya, Malam Qadar 1445 H. / 2024 M. kemungkinan jatuh pada malam ke 27 menurut pendapat Imam Abu Hasan al-Syadzili. Wallahu a’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda Cingebul
Advertisement